Bab 3: Pertemuan dengan Para Dewa
Setelah kelahirannya yang gemilang, Athena resmi bergabung dengan para dewa di Gunung Olympus. Kehidupan di Olympus penuh dengan kemegahan, namun juga dipenuhi tantangan tersendiri. Sebagai dewi yang lahir dengan kecerdasan dan keberanian, Athena harus segera beradaptasi dengan peran barunya di antara para dewa yang beraneka ragam, masing-masing dengan kekuatan, karakter, dan tanggung jawabnya.
Athena memulai perkenalannya dengan para dewa satu per satu. Pertama, ia bertemu dengan Hera, dewi pernikahan dan istri dari Zeus. Hera, yang penuh ketegasan namun juga bijaksana, memandang Athena sebagai ancaman pada awalnya. Namun, Athena dengan rendah hati dan hormat menunjukkan rasa hormatnya, menyadari pentingnya posisi Hera sebagai ratu Olympus. Athena belajar darinya tentang pentingnya kesetiaan dan kehormatan dalam menjaga keseimbangan di antara para dewa dan manusia.
Selanjutnya, Athena bertemu dengan Hermes, dewa pembawa pesan yang cerdas dan lincah. Hermes mengagumi kecerdasan Athena, dan mereka segera menjadi sahabat baik. Athena memahami bahwa Hermes adalah sosok yang dapat diandalkan dalam situasi diplomatik, dan darinya ia belajar cara berkomunikasi dengan bijak dan cerdik. Hubungan mereka akan menjadi salah satu yang paling penting, terutama ketika Athena membutuhkan bantuan dalam misi-misi yang melibatkan hubungan antara para dewa dan manusia.
Athena juga berhadapan dengan Ares, dewa perang yang mewakili kekerasan dan amarah. Sifat mereka bertolak belakang, sebab Athena percaya bahwa perang harus ditempuh dengan kehormatan dan strategi, sementara Ares mengandalkan kekuatan brutal. Pertemuan mereka sering kali diwarnai ketegangan, namun Athena memahami bahwa bahkan Ares memiliki tempat dalam tatanan alam semesta. Ia belajar bahwa, meskipun tak setuju, menjaga hubungan yang baik di Olympus adalah hal yang penting.
Athena kemudian berinteraksi dengan Aphrodite, dewi cinta dan kecantikan. Meski mereka memiliki sifat yang sangat berbeda, Athena menghormati keindahan yang dibawa oleh Aphrodite ke dunia. Ia menyadari bahwa cinta dan kedamaian yang disimbolkan oleh Aphrodite adalah bagian dari keseimbangan kehidupan. Athena pun mengerti bahwa tugasnya sebagai pelindung dan pemikir tidak hanya terbatas pada perang dan strategi, tetapi juga mencakup penghargaan pada keindahan dan harmoni.
Dengan setiap pertemuan, Athena semakin memahami peran unik yang dimiliki setiap dewa dan tanggung jawabnya dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Ia mulai menerima bahwa kekuatan sejati Olympus terletak pada keragaman dan harmoni yang ada di antara para dewa. Meskipun mereka memiliki kepribadian yang beragam, masing-masing dewa dan dewi memiliki tempat penting dalam menciptakan dunia yang penuh dengan dinamika dan keadilan.
Athena akhirnya menyadari perannya sendiri sebagai penengah di antara dewa-dewa lainnya, seorang pemimpin yang mengandalkan kebijaksanaan, bukan hanya kekuatan. Ia menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai dewi kebijaksanaan dan pelindung tidak hanya berlaku untuk dunia manusia tetapi juga di dalam kehidupan para dewa. Dengan semangat baru, Athena bertekad untuk memegang peran ini dengan penuh kehormatan, menjaga keseimbangan di Olympus dan membimbing para dewa dan manusia menuju kedamaian dan keadilan.