Misi Melarikan Diri

1212 Words
"Apa yang membuatmu ragu?" Angeline menengadah kepada grand duke yang menatapnya dengan mata sayu yang tak pernah Angeline bayangkan dapat hinggap di wajah angkuh pria seperti dia ini. "Aku perlu tahu siapa Anda, tuan. Dan tuan perlu tahu siapa saya. Bukan begitu?" Grand Duke Sunset tak berpaling dari Angeline. Pria itu menyisir rambut Angeline dengan jari jemarinya sambil tersenyum. "Tidakkah kita sudah pernah melakukannya?" Katanya. "Kapan?" Grand duke semakin meneliti wajah Angeline. Ia tengah mencari setitik kebohongan yang tergelincir dari gadis itu. Tapi sspertinya untuk tuan grand duke, Angeline kelihatan serius dengan pertanyaan itu. Gadis ini benar-benar lupa. "Mungkin saat itu kamu terlalu mabuk sampai tidak ingat apa-apa ya." Angeline menarik kedua bibirnya masuk ke mulutnya sambil memikirkan kapan terjadinya 'saat itu' di kalimat grand duke. Lalu pikirannya berhenti berputar ketika gadis itu melihat memori yang samar tapi mencurigakan itu. Memori itu penuh dengan gemerlap yang buram dan suara tawa manis yang menggema. Sebagaimana sebuah memori yang hampir terlupakan adanya. Meski memori itu tak jelas, tapi Angeline yakin memori itu tentang sebuah acara sosial dengan cahaya dan pendar samar itu. Angeline tak sering mendatangi acara sosial atau penggalangan dana. Mengingat betapa sibuknya ia dalam belajar dan menulis buku-buku barunya. Mungkin pada suatu saat pada satu acara sosial ia bertemu dan berkenalan dengan grand duke. Tapi ia tidak begitu ingat kalau dia pernah minum alkohol sampai sebanyak itu. Entahlah. Rasanya tidak pas saja. Seorang Archeness yang sudah jadi bahan gosipan tanpa ada embel-embel pernah tidur bersama Grand Duke Sunset karena mabuk-mabukan. Dan kini seorang Archeness ini akan menikah dengan sang grand duke. "Kamu selalu berpikir sangat keras," kata sang grand duke. "Kamu tidak perlu khawatir. Malam itu kamu tidak mabuk yang seperti orang gila. Kamu mabuk.. seperti gadis yang haus kasih sayang." Katanya sambil tersenyum miring kepada Angeline yang segera panas dan memerah. "A.. Aku..- Maksudku.. Saya perlu khawatir, tuan. Akan reputasi keluarga saya." Kata Angeline. Grand duke mengangkat kedua alisnya. "Oh itu pun sepertinya kamu tidak perlu khawatir lagi bukan?" Katanya sambil kembali mengelus pipi Angeline. "Kamu akan menikah dengan seorang grand duke. Dan kamu akan menjadi grand duchess. Dan keluargamu akan segera naik ke tingkat tertinggi pada kelas sosial. Ini akan jadi sangat mudah, Angeline. Untukku dan untukmu." "Untuk saya dan untuk Anda, tuan?" Sang grand duke terkekeh kecil melihat wajah bingung Angeline lalu mencuri sebuah kecupan singkat. "Ya, dan untuk si kecil nanti. Ingat 'kan? Aku harus tanggung jawab dong." Bisik sang grand duke. Angeline segera menarik tubuhnya menjauh dari sang grand duke seiring jantungnya berdetak keluar dari dadanya yang sesak. Gadis itu memekik kecil sambil menggigit bibir bawahnya dan melotot pada sang grand duke yang malah tertawa. "Ah.. aku tidak bisa bosan dengan wajah malumu." Katanya. "Tidak perlu takut." Kata sang grand duke sambil mendekatkan Angeline pada dadanya, mendekap gadis kecil itu dengan lembut. "Aku akan menjagamu dengan baik." "T-tapi. Aku mau tahu berbagai hal dulu." Kata Angeline sambil kembali menarik tubuhnya menjauh dari dekapan sang grand duke supaya bisa melihat wajah pria itu dengan serius. "Ya? Soal apa?" Angeline kelihatan ragu untuk mengatakannya tapi ia kembali memberanikan diri dan kembali menatap lurus kepada mata sang grand duke, "Posisi hartamu." Dahi grand duke mengernyit pada Angeline, tapi kemudian tertawa pada wajah serius Angeline. Pria itu menangkup pipi Angeline lalu mencubitnya lembut. "Tentu. Ayo kemari." Kata sang grand duke sambil mengangkat tubuhnya, Angelina mundur lalu berdiri dari pangkuan pria itu lalu mengikutinya kearah meja kerja pria itu. "Seperti yang kamu tahu keluargaku adalah Keluarga Permata. Asetku letaknya di tambang. Keluargaku juga ada yang pernah melebarkan usaha sampai ke ekspedisi dan mendapat untung yang sangat sangat banyak. Tapi sebelum aku lahir ayahku menutupnya dan hanya menggunakan pelabuhannya saja. Yah selain itu aku seperti keluargamu, aku punya tanah yang disewakan ke penduduk dan mendapat pajak tahunan." Kalau maksud sang grand duke adalah ia ini seratus kali seperti keluarganya, Angeline akan mengerti lebih mudah. Karena orangtuanya tak punya sebidang tanah sebanyak sebidang tanahnya grand duke. Yah, tidak lagi. Angeline lagi-lagi menaikkan senyum palsu untuk muncul di permukaan air wajahnya. Apa sebenarnya rencana k**i Grand Duke Sunset untuknya dan keluarganya? Apalagi mau keluarga pria ini? Apalagi kemauan k**i keluarga kerajaan? Pikir Angeline. Tidakkah cukup mereka melucuti Archeness dari gelar Earl yang sudah keluarga itu miliki secara turun temurun? "Tuan." Cicit Angeline. Grand duke menoleh dari surat-surat aset yang ingin ditunjukkannya pada Angeline. "Kenapa aku?" Tanya Angeline. "Bukankah Anda telah berjodoh dengan nona besar dari keluarga Ivarsa?" Angeline mengingat kabar gempar itu. Sebuah perjodohan dari surga, kata surat kabar. Seorang grand duke yang dijodohkan dengan Rhea Ivarsa dari keluarga Earl terakhir di kerajaan semenjak keluarga Archeness yang awalnya pun memiliki gelar Earl malah mengalami skandal yang membuat mereka harus turun gelar atas dasar keputusan raja muda itu. Kakak dari Grand Duke Sunset itu. Tapi sang grand duke terkekeh kecil. "Rhea adalah gadis yang manis. Tapi dia bukan gadis yang cerdas, Angeline. Lagipula kamu pun aku rasa tahu kalau pertunangan itu bukan atas dasar keinginanku. Aku tertarik denganmu karena kabar yang mengatakan kalau seorang gadis bangsawan baru saja dikirim orangtuanya ke akademi. Kamu satu dari satu juta. Aku mau satu dari satu juta." Malam itu Angeline tidak bisa tidur. Ia memikirkan kesempurnaan dari jeratan grand duke ini. Angeline menelan ludahnya. Ia akhirnya menyadari di tanah seperti apa ia berdiri. Bukan yang kokoh dan meyakinkan, tentu saja. Ia bisa jatuh ke kehampaan semudah caranya hadir di tanah itu. Ia tidak bisa berlama-lama disana. Ia tidak bisa melihat apa yang bisa dicapainya kalau bersanding dengan sang grand duke. Selain posisi tinggi dan kemungkinan bersanding sebagai ratu, lalu kekayaan dan aset yang akan dibagi grand duke bersamanya, selain itu ia tidak bisa melihat keuntungan yang lain. Angeline tidak mau kekayaan. Atau posisi tinggi. Ia melihat betapa semua orang mendambakan posisinya yang ingin segera dinikahi oleh seorang grand duke (dan sederet pria bangsawan lain) karena nama keluarganya yang terkenal seantero kerajaan dan segalanya yang bisa diberikan oleh seorang Angeline sebagai seorang Archeness. Dan Angeline sejujurnya akan dengan senang hati memberikan posisinya pada gadis manapun. Sejujurnya ia sampai saat itu hanya kepikiran untuk duduk di bawah pohon besar di halaman belakang rumahnya dan membaca buku dengan sampul kulit biru yang ia temukan di sudut perpustakaan di rumah keluarganya. Lalu Angeline menyadari yang ia lihat itu hanyalah sebuah fatamorgana. Karena di depan matanya saat ini adalah kelambu biru dari ranjang besarnya. Angeline memejamkan matanya bukan untuk tidur. Ia memejamkan mata karena ia sedang melukis ulang semua pengetahuan yang ia miliki tentang keluarga grand duke. Sepertinya Angeline tidak bisa memanjat pagar dan pergi menghilang begitu saja dari kota itu. Ia adalah seorang Archeness. Sudah ada terlalu banyak skandal di dalam nama keluarganya. Meski ia tahu demi dirinya, ayah dan ibunya akan rela dan menguatkan diri untuk menerima satu lagi berita buruk tentang Archeness kalau Angeline ketahuan melarikan diri, Angeline tahu ia juga bukan seorang lady pengecut yang punya hati untuk menelantarkan keluarganya. Malam itu Grand Duke Sunset memperlihatkan sebuah titik cerah untuk Angeline. Ia hanya perlu mengikuti permainan manis ini sampai ia bisa mendapatkan celah yang bisa ia ambil untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan atau tanpa membawa cahaya terang dari nama Archeness. Untuk Angeline, keluarganya sudah terlalu banyak menanggung beban. Untuk Angeline, keluarganya harus keluar dari kota neraka ini. Dan untuk Angeline, Grand Duke Sunset adalah batu pijakannya untuk melangsungkan misinya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD