"Astaga Raisa, lo tuh dari mana sih? Lo tadi kemana pas jam nya Pak Mar sama Bu Dani heh. Tadi kita nyariin tapi ga ketemu- ketemu. Balik- balik istirahat gini" ujar Ayu pada Raisa. Raisa memang baru saja muncul atau kembali ke kelas nya sejak tadi ia pergi dari kantin. Tadi, Raisa ber sembunyi di rooftop sekolah, ia menenang kan diri nya.
"Santai guyss gua ga ke mana- mana kok wkwkw. Ga usah pada ribut" jawab Raisa itu.
"Gimana ga ribut kalo lo nya ngilang tiba- tiba gini tuh Raisa" ujar Ayu kepada Raisa.
"Maap guys wkwkw. Btw tadi ada tugas ga?" tanya Raisa kepada Ayu dan juga Lini
"Ada Sa, and maybe this task make you happy because lo bakalan sekelompok sama Gilang di tugas nya Bu Dani" ujar Ayu yang tentu nya sangat membuat Raisa senang karena ini yang Raisa tunggu- tunggu yaitu sekelompok dengan Gilang, cinta nya itu.
"SERIOUSLY? LO BENERAN? EH tapi kok aneh? Emang nya Gilang ga protes sama Bu Dani? Secara kan kalo ada apa- apa mau kelompok an atau apa pun Gilang ngehindarin nama gua ada di kelompok nya" ujar Raisa ber tanya dengan senyum kecut di bibir nya.
"Yes totally right babe. Gilang tadi protes mati- matian buat ngerubah kelompok itu. Tapi Bu Dayu udah bilang kalo ada yang mau merubah kelompok nilai nya ter ancam auto E. Dan ya Gilang ga bisa apa- apa dong jadi nya" ujar Lini membuat Raisa sangat senang.
"Tuh kan apa gua bilang, gua tuh di takdir kan buat sama Gilang tau" ujar Raisa yakin.
"Not agree with you Raisa, cause cinta lo sama Gilang only cinta monyet" ujar Lini yakin.
"What ever that you say. But i love him so much and i hope him love me too" ujar Raisa.
Setelah itu mereka pun pergi ke kantin karena Raisa lapar, memang tadi Raisa belum sempat makan banyak somay nya dan sudah ada kejadian antara Raisa dan Gilang tadi. Maka dari itu saat ini Raisa pun sangat lapar sekali. Sesampai nya mereka di kantin, Raisa pun langsung membeli beberapa roti untuk diri nya, Lini dan juga Ayu. Tak lupa juga ia membeli minuman untuk ia minum nanti nya. Mereka pun duduk di meja kantin.
Raisa pun memakan roti ter sebut dengan nikmat karena memang ia lapar sekali, tak lupa ia juga menawari Ayu dan Lini terus sebut. Mungkin bagi sebagaian orang, Raisa ini ter lihat sangat menakut kan. Apa lagi bagi cewek- cewek yang ter lihat dekat dengan Gilang, bisa- bisa Raisa langsung datangi dan labrak cewek ter sebut agar tidak dekat- dekat lagi dengan Gilang. Namun ber beda dengan Ayu dan Lini. Mereka menanggap Raisa ini cewek yang baik, hanya saja ia ter lalu mencintai cowok yaitu Gilang. Sampai- sampai cinta nya itu ber ubah menjadi obsesi untuk memiliki. Namun apa pun yang di laku kan oleh Raisa, asal tidak menyakiti diri nya, Ayu dan Lini akan selalu mendukung.
Bel masuk pun ber bunyi, kali ini Raisa masuk ke kelas karena Raisa ingin mengetahui bagaimana Gilang saat ini. Lebih tepat nya Raisa rindu kepada Gilang nya. Ia pun masuk dan di dalam sudah ada Gilang. Entah ini keberuntungan Raisa yang ingin terus ber ada di sisi Gilang atau apa. Namun mata pelajaran ter akhir di kelas ini ter nyata kosong. Raisa pun langsung saja duduk di kursi Abyan yang ber ada di samping Gilang itu.
"Hallo temen sekelompok heheheh. Btw kita mau ngerjain kapan nih tugas nya? Mau besok? Atau nanti? Atau mau kapan?" tanya Raisa dengan penuh cerewet dan bawel.
"Lo ga usah ngerjain. Biar gua aja" ujar Gilang yang tidak ingin ber dekatan dengan Raisa. Namun tentu saja Raisa langsung menolak nya. Ia ber alasan jika nanti nilai kekompakan Raisa dan Gilang akan ber kurang jika Gilang memutus kan untuk mengerja kan nya sendiri. Akhir nya Gilang pun hanya bisa pasrah saja dengan semua.
"Ya udah ter serah lo maun kapan. Masih ada waktu dua minggu" ujar Gilang dengan berat hati dan tentu nya sangat membuat Raisa senang setengah mati karena akhir nya setelah sekian lama ia menunggu kesempatan ini akhir nya sekarang datang juga.
"Oke deh siapp Gilang" ujar Raisa yang masih tetap setia ber ada di dekat Gilang walau pun Gilang saat ini sedang ber main game dan tidak menghirau kan Raisa. Namun Raisa masih tetap ter senyum- senyum sendiri sembari melihat Gilang di samping nya.
Mereka sebenar nya ada tugas pada jam ini, namun ter nyata guru nya mengata kan bahwa tugas itu akan di kumpul kan di minggu depan. Maka dari itu kelas mereka saat ini tidak melaku kan apa- apa. Mereka semua ramai tapi masih dalam batas normal karena Raka sering kali marah- marah jika kelas mereka ramai ber lebihan. Nanti juga pasti akan ada guru yang mendatangi mereka dan menghukum mereka semua itu.
"Lo lagi main game apa sih Lang? Coba dong lihat" ujar Raisa sembari mencoba menarik tangan Gilang agar Raisa bisa melihat game ter sebut, namun Gilang langsung menepis nya dan malah mengenai luka Raisa yang belum menering. Luka yang selama ini ia sembunyi kan melalui cardigan dan jacket yang selalu ia pakai ke sekolah itu.
"Awww" ujar Raisa sembari memegangi tangan nya, hal itu pun membuat Gilang menatap ke arah Raisa karena Gilang pikir ia tadi tidak ter lalu keras pada Raisa. Namun kenapa Raisa ter lihat sangat kesakitan seperti itu. Gilang sungguh sangat heran.
"Kenapa lo? Lo ga usah kebanyakan akting deh. Orang gua ga keras- keras juga tadi. Lo mau cari perhatian hmm? Ga ngaruh buat gua" ujar Gilang kepada Raisa yang masih meringis kesakitan itu. Masalah nya ini adalah luka yang tadi malam baru Raisa cipta kan sendiri dan masih belum kering. Ya, luka yang di cipta kan Raisa dari self harm.
Tadi malam, Raisa sangat ruwet sekali pikiran nya dan ber akhir dengan ia melakukan kan self injury yaitu cutting. Ia menggores tangan nya sendiri dengan silet yang selalu ada di kamar Raisa. Dan selama ini Raisa sering mengguna kan cardingan atau jacket karena ia ingin menutupi luka di tangan nya itu. Ia tidak ingin temab- teman nya tahu mengenai luka nya ini. Bah kan Lini, Ayu, atau pun Bi Marni dan Pak Marno pun tidak mengetahui tentang kebiasaan cutting yang sering di laku kan Raisa ter sebut.
"Ah ga papa kok Lang. Hehhee tadi itu kaki gua kayak ada semut yang gigit, tapi sekarang udah ga ada kok" ujar Raisa ber bohong kepada Gilang. Namun ya nama nya juga Gilang, ia tidak perduli dengan Raisa dan juga segala ucapan dari mulut Raisa.
"Btw Gilang, besok ngerjain nya di rumah lo atau rumah gua?" tanya Raisa pada Gilang.
"Itu pikir besok aja bisa ga sih. Lagian juga masih dua minggu tugas nya. Gua ga mau deket- deket ini ngerjain nya" ujar Gilang kepada Raisa dengan masih ber main game.
"Ah iya Gil hehehe. Pokok nya kapan pun lo mau gua siap" ujar Raisa kepada Gilang.
"Lang ada yang nyariin tuh di depan" ujar Andin pada Gilang yang membuat Gilang ber henti sejenak memain kan game di handphone nya ter sebut. Gilang pun ber tanya.
"Siapa Ndin?" tanya Gilang kepada Andin yang sudah duduk di tempat duduk nya itu.
"Sahara, kata nya penting sih tadi" ujar Andin yang membuat Gilang langsung ber anjak dari tempat duduk nya dan akan menuju ke depan, Raisa pun juga sudah ber anjak.
"Jangan ikuti gua. Kalo lo masih mau tetep sekelompok sama gua" ujar Gilang mengancan Raisa yang membuat Raisa akhir nya diam dengan perasaan penasaran.
Gilang pun pergi ke depan dan ter lihat ia dan Sahara meninggal kan depan kelas. Raisa pun ber tanya- tanya tapi ia masih diam saja. Tak lama kemudian ia sadar bahwa ter nyata handphone Gilang di tinggal di meja nya. Dengan sedikit penasaran akhir nya Raisa pun mengambil dan membuka handphone Gilang yang ter nyata tidak di kunci.
Dengan mudah nya Raisa melihat bahwa di handphone ter sebut wallpaper nya ber isi foto antara Gilang dan seorang cewek yang Raisa tidak tahu itu siapa. Namun seperti nya cewek itu sangat ber arti bagi Gilang karena Gilang seperti sangat menyayangi nya.
"Itu Caca. Cewek itu Caca" ujar Abyan kepada Raisa. Saat ini Abyan duduk di tempat Gilang. Tepat di dekat Raisa yang saat ini sedang membuka handphone Gilang ter sebut. Ber beda dengan Reza dan Danu yang sangat membenci Raisa, Abyan ber sikap biasa.
"Caca? Gua dong. Gua kan juga sering di panggil Caca" ujar Raisa dengan bingung.
"Bukan Caca lo, dia Caca adik sepupu nya Gilang. Bisa di bilang adik kesayangan nya Gilang sih. Beda setahun dari Gilang" ujar Abyan kepada Raisa, Raisa pun mengangguk.
Raisa akan melihat lagi isi galeri dari Gilang, namun saat ia masuk ke Galeri dan ter kejut karena di dalam nya ada file ber judul 'Love' ia pun akan membuka nya. Namun sayang sekali, Abyan langsung merebut handphone ter sebut dari tangan Raisa itu.
"Kali ini udah cukup lo tau nya. Jangan cari tahu lagi. Dan saran gua jangan ber harap sama Gilang. Lo tau kan file tadi arti nya apa?" tanya Abyan yang langsung keluar meninggal kan Raisa dengan segala kesesakan hati nya. Sungguh saat ini hati Raisa sangat sesak sekali. Tadi Raisa melihat sekilas di file ber judul 'love' itu bahwa ada foto cewek sangat cantik, cantik sekali dan mungkin itu adalah pacar dari Gilang, Gilang nya.
Jadi apa selama ini lo punya cewek Lang? Maka nya lo ber usaha jauhin gua. Siapa cewek itu Lang. Kenapa lo ga bilang aja Lang? Batin Raisa dengan ber kaca- kaca.
Raisa pun langsung kembali ke tempat duduk nya dan mengemasi barang- barang nya. Mungkin Raisa butuh sendiri kali ini. Ia butuh kesunyian, barang kali kesunyian itu bisa menampaf Raisa dan mengata kan kepada Raisa bahwa Raisa cewek yang bodoh.
"Loh Sa, lo mau ke mana Sa? Kan belum pulang?" tanya Lini pada Raisa yang saat ini sudah akan keluar dengan membawa tas di pundak nya itu. Raka pun ikut ber tanya.
"Sa, lo mau kemana Sa?" tanya Raka sembari ia mendekati Raisa yang ada di depan nya.
"Gua mau balik Rak, tiba- tiba gua pusing. Ini gua mau ambil surat ijin nya kok. Gua ga akan bolos. Kalo gitu gua balik dulu ya" ujar Raisa kepada Raka. Raisa pun meminta surah ijin dan ia pun sudah keluar dari SMP nya. Saat ini, Raisa pun ber jalan tak tentu arah. Ia ter lalu tanpa tujuan untuk ber jalan sendiri, tak ada yang menuntun nya.
Satu- satu nya orang yang bisa buat semangat gua penuh lagi dan jadi alasan gua buat tetap hidup itu cuman lo Lang. Ga ada yang lain nya lagi, jadi sekarang saat gua tau lo udah ga mungkin lagi gua milikin, apa gua harus mengakhiri nya sekarang Lang? Jujur aja gua capek kayak gini Lang. Gua capek harus bergelut sama semua overthinking dan pikiran negatif gua. Kenapa semua ini ter jadi sama Gua ya Lang? Lang, apa ga ada kesempatan lagi buat gua gitu? Batin Raisa saat ia di taman sendirian.