Chapter 10 - Petaka
Cinta adalah sebuah anugerah yang tidak terkira. Cinta bisa datang kapan saja tanpa kita duga. Bahkan cinta tidak memandang siapapun. Ketika cinta itu datang, kita harus siap-siap jatuh dan merasakan pahit manisnya cinta. Perjalanan cinta itu tak mudah. Banyak ujian yang harus di tempuh. Baik pengorbanan maupun waktu. Kadang cinta tak selalu indah. Cinta kadang juga menyakitkan. Namun semua cinta memang mempunyai awal yang indah. Seakan dunia milik berdua. Cinta juga bisa membutakan siapapun. Bisa membuat orang nekat, jika sedang di mabuk cinta. Bisa melakukan apapun karena cintanya. Bisa berubah karena cinta. Ada yang berubah menjadi lebih baik, dan ada juga malah menjadi jahat. Semua itu tergantung pada diri kita. Jika kita mempunyai cinta tulus. Maka cinta suci yang akan kita dapat. Namun jika cinta karena obsesi. Hanya akan mendapatkan kehancuran semata.
"Itu rumah gue," tunjuk Merlin. Saat berada di depan rusun kumuh di pinggiran Jakarta. Fabio harus berjalan menyusuri gang-gang kecil, untuk mencapai rumah Merlin. Karena rusunnya Merlin tidak bisa di jangkau oleh mobil. Jadi mobilnya Fabio di tinggalkan di jalan besar, bersama supirnya.
"Gue di rusun ini masih ngontrak. Apa lo masih mau tetep jadi cowok gue? Gue itu cewek miskin. Ga modis kaya temen-temen artis lo," ucap Merlin terang-terangan. Merlin ingin sekali tahu ekspresi Fabio, saat ia tahu status sosialnya. Fabio pasti risih. Kalau harus punya pacar miskin, seperti Merlin. Dia kan publik figur. Jadi cocoknya sama artis lagi. Atau minimal sama anak pengusaha deh. Yang sama-sama kaya.
Mereka itu, bagai bumi dan langit. Fabio langit. Merlin buminya. Sangat berbeda jauh. Awalnya Merlin ragu, untuk memperlihatkan tempat tinggalnya pada Fabio. Mungkin saja Fabio akan risih, melihat rusun kumuh yang tidak terurus ini. Yang tahu rumah Merlin, hanya Gloria dan Novia saja yang tahu. Karena memang Merlin hanya dekat dengan si kembar saja. Merlin tidak terlalu membuka diri, pada orang lain. Ia bukan termasuk orang yang supel. Yang bisa kenal dengan mudahnya sama orang lain. Apalagi orang baru. Merlin terlalu cuek. Dia tidak perduli. Ada atau tidak adanya sorang teman. Yang ia pikirkan adalah impiannya saja. Impian untuk menjadi seorang artis.
Yang lain hanya tau, kalau Merlin itu cewek galak. Cewek selebor. Cewek jagoan. Karena Merlin ikutan ekskul karate. Merlin tidak suka di dekati orang. Selain si kembar Gloria dan Novia sahabatnya. Di sekolah, Merlin hanya punya dua sahabat. Yaitu Gloria dan Novia saja. Hanya Gloria dan Novia yang tau segalanya tentang Merlin. Karena Merlin hanya fokus pada, karirnya. Ia harus bisa menjadi aktris seperti impiannya. Agar ia bisa mengangkat drajat keluarganya, untuk lebih baik. Tidak miskin seperti sekarang. Jadi di sekolah ia hanya mempunyai sedikit teman.
Merlin yakin, selama kita berusaha. Semua itu pasti akan tercapai. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Merlin percaya, namanya akan bersinar suatu saat nanti. Sekarang Merlin yang mengejar-ngejar chasting, untuk menjadi figuran. Mungkin nanti, malah sutradara yang akan mengejar-ngejar Merlin. Untuk jadi peran utama di filmnya. Engga ada hal yang engga mungkin. Merlin harus tetap berusaha. Selagi masih bisa berusaha. Kenapa harus menyerah?
"Aku boleh mampir? Menemui ibu kamu? Atau sekalian ngelamar kamu? Haha." tanpa risih, Fabio malah tertawa geli. Di luar dugaan Merlin. Ternyata cowok satu ini, pantang menyerah. Meski sudah melihat status sosialnya di depan mata. Padahal Fabio kan seorang aktor terkenal. Apa Fabio benar-benar tulus pada Merlin? Tadi juga pas Fabio tau, Merlin jadi buruh cuci. Ia dengan cueknya saja, bilang tidak masalah. Mungkin memang harta dan ketenaran tidak menjanjikan apa-apa. Apalagi soal cinta. Di sini malah Fabio yang berjuang mati-matian, untuk mendapatkan cintanya Merlin. Padahal kalau Fabio mau, ia bisa tinggal tunjuk aja. Pasti cewek itu mau kok, jadi pacarnya Fabio. Apalagi kalau fansnya. Di jamin engga akan nolak deh.
"Gila lo! Kita kan masih sekolah. Lagian gue ga mau nikah muda. Gue mau nikmatin masa muda gue dulu. Sayang aja, kalo masih muda udah punya anak. Cepet tua kali gue. Lagian belom tentu gue juga mau sama lo. Main lamar-lamar aja!" sanggah Merlin.
Merlin sedikit gemetar. Takut-takut, Fabio nekat mau melamar Merlin. Kalau sampai iya. Laras, ibunya Merlin. Pasti akan langsung setuju. Mana ada yang mau nolak calon menantu aktor muda, terkenal pula. Secara otomatis mereka akan kaya mendadak. Membuat status sosial mereka menjadi lebih baik dari sekarang ini. Itulah yang di inginkan Laras. Tapi Merlin ingin melihat Fabio berjuang dulu. Karena mengubah perasaan di hati. Tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena cinta butuh waktu dan pengorbanan. Fabio tidak bisa memaksakan cintanya pada Merlin. Karena Merlin orangnya tidak mudah untuk jatuh cinta. Baginya ini semua terbilang, terlalu cepat dan mendadak. Belum ada sebulan mereka saling kenal. Masa iya, cinta itu datangnya begitu cepat.
"Haha, ya udah yuk masuk! Aku pengen kenal orang tua kamu," ajak Fabio semangat. Merlin menahan langkah Fabio.
"Lo serius pengen kenal sama orang tua gue?" tanya Merlin. Fabio menangguk mantap.
"Ayo ah! Jangan ngulur-ngulur waktu lagi. Aku ini benar-benar serius, Merlin," ajak Fabio dengan penuh keyakinan. Ia penasaran. Seperti apa rumah calon pacarnya ini? Dan seperti apa orang tua calon pacarnya ini? Ia tidak perduli apapun status sosialnya Merlin. Karena harta bisa di cari. Beda dengan cinta. Yang tidak bisa di beli oleh harta. Bahkan harta sepenuh bumi pun. Tidak cukup untuk mendapatkan cinta sejati.
Akhirnya Merlin pasrah berjalan menuju rusun kontrakan, di mana ia tinggal. Meski tadi sempat berdebat dulu dengan Fabio. Fabio di belakang mengekor tanpa protes apapun. Ternyata Merlin menilai salah tentang Fabio. Tidak semua orang kaya, bahkan artis, risih dengan status sosialnya. Malah sebaliknya Fabio sangat bersemangat, ingin kenal keluarganya. Itu karena Fabio jatuh cinta pada Merlin. Kalau engga, mana mau Fabio mampir ke daerag kumuh seperti ini. Haruskah Merlin memberi kesempatan pada Fabio? Ini sudah sangat kentara sekali, kalau Fabio benar-benar serius pada dirinya. Fabio benar ingin menjadi kekasih Merlin. Tapi Merlin masih tidak mau terburu-buru dalam mengambil langkah. Merlin takut salah langkah. Lagian kan ini baru awal.
Merlin berjalan menuju tangga rusunnya. Ia menaiki anak tangga satu per satu. Sampai tiba di lantai empat. Rusun nomor delapan puluh delapan. Dari tampak depan terlihat sedikit kumuh. Meskipun kumuh, tapi terlihat sangat bersih. Rusun tidak ada liftnya. Jadi mereka harus menaiki anak tangga satu per satu. Fabio keliatan ngosh-ngoshan naik tangga. Sampai lantai empat pula.
Merlin tertawa dalam hati, melihat Fabio yang ngosh-ngoshan. Pasti ini pertama kali. Fabio naik tangga ke lantai empat, dengan menggunakan tangga. Kalau Merlin sih sudah biasa. Jadi engga terlalu ngosh-ngoshan lagi. Ingin tertawa tapi Merlin tahan. Karena Merlin kembali ingat. Gimana kalau ada bapak Merlin di dalam rumah? Bisa kacau. Tapi semoga saja tidak ada bapaknya Merlin di rumah.
Begitu sampai di di depan pintu rusunnya. Sedikit terdengar ricuh di dalam. Seperti sedang berkengkar. Merlin menduga, pasti ibu dan bapaknya sedang bertengkar. Benar saja feeling Merlin. Kalau bapaknya sedang ada di rumah. Merlin jadi ragu untuk mengenalkan Fabio, kepada orang tuanya. Belum kenalan saja, Merlin sudah di buat malu dengan pertengkan kedua orang tuanya. Sedang bertengkar apa sih mereka?
"Lo yakin mau kenal sama orang tua gue?" tanya Merlin lagi. Ia mengulur waktu. Agar kondisi di dalam rumahnya sedikit mereda. Semoga saja Fabio berubah pikiran dan mengurungkan niatnya, untuk masuk ke dalam rumahnya. Situasinya sedang tidak mendukung soalnya.
"Yakin dong, engga mempersilahkan aku masuk nih?" Fabio benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Apa ia tidak dengar, kalau di dalam rumah sedang terjadi pertengkaran? Ini cowok pura-pura engga peka atau emang engga peka sih. Gue kan kasih kode. Biar dia balik gitu, tanpa harus masuk ke rumah. Bisa kacau semuanya. Soalnya bapak ada di rumah, rutuk Merlin dalam hati.
Merlin membalikan badannya. Ia menghela nafas panjangnya. Dengan ragu, Merlin membuka pintu rumahnya perlahan-lahan.
PRANG!
Sebuah piring baru saja melayang di depan Merlin. Piring itu pecah membentur tembok luar. Untung saja Merlin dan Fabio menghindar. Ini pasti bapak Merlin mengamuk lagi pada ibunya. Sebetulnya kejadian ini sudah sering terjadi. Tapi sekarang, Merlin merasa malu. Kenapa kejadian ini terjadi lagi, justru ketika ada Fabio? Meskipun ia belum ada rasa pada Fabio. Tapi tetap saja. Ini kejadian memalukan. Harusnya tadi Merlin menyuruh Fabio pulang saja. Mungkin saja, Fabio pasti akan membeberkan keburukan keluarganya Merlin, di sekolah. Tapi Fabio bukan anak seperti itu. Mungkin Merlin terlalu takut. Keluarganya memang kacau. Baru kali ini ada orang luar yang melihat, kekacauan keluarganya.
Kemudian tak lama sebuah gelas melayang lagi. Dan langsung saja Merlin, respek menghindar. Telat sedikit saja. Pasti gelas itu melayang ke kepalanya Merlin.
PRANG!
Merlin melihat ke belakang. Ternyata gelas itu membenur tembok sampai pecah. Pecahan gelas itu, mengenai tangan kiri Fabio. Tadi Fabio telat menghindar. Darah segar mengalir disekitar lukanya. Merlin langsung menghampiri Fabio. "Elo engga apa-apa kan?" Fabio tersenyum samar, sambil menutup lengan kirinya dengan tangan kanannya. Fabio hanya bisa diam. Dia tidak mau memper keruh suasana. Lukanya bisa di obati nanti. Yang jelas, mereka harus keluar dulu dari situasi ini. Situasi yang sangat genting.
Tanpa basa basi Merlin langsung masuk rumah. Ia melihat rumahnya sudah seperti kapal pecah. Pecahan kaca di mana-mana. Hampir semua barang-barang di rumah. Bertebaran di mana-mana. Ngamuk sih ngamuk. Engga usah pake ngerusakin barang segala. Apa nantinya engga perlu sama barang-barangnya? Piring, apa ga perlu buat alas makan? Gelas juga, apa engga perlu buat minum?
Bapaknya Merlin pasti mabuk lagi. Dasar! Kalau orang sedang mabuk, memang suka tidak sadar dengan apa yang telah mereka perbuat. Sebesar itu, alkohol mempengaruhi tuannya saat mabuk? Sampai tidak sadar melakukan apapun ketika mabuk. Makannya alkohol itu dilarang. Karena kalau terlalu mabuk. Akibatnya akan fatal. Orang yang sedang mabuk itu. Biasanya nekad, karena pengaruh alkohol yang sangat besar.
"Mana duit?" teriak bapaknya Merlin. Terlihat Laras dan Meylia ketakutan, di sudut ruang tamu yang sempit. Merlin juga melihat memar di pipi Laras. Pasti bapak telah menampar Laras, ibunya Merlin lagi. Merlin tidak suka, kalau bapaknya udah main kasar sama ibunya.
Merlin berlari menuju Laras dan Meylia berada. Hanya Merlin yang mampu meredakan amarah bapaknya. Secara Merlin mempunyai keahlian ilmu bela diri karate. Laras dan Meylia pasti sudah ketakutan dari tadi.
"Bapak apa-apa sih? Masih ga cukup juga bapak meres ibu terus? Gimana udah dapet kerja? Jangan bisanya mintain duit aja! Kalo mau duit. Kerja dong kerja!" tandas Merlin dengan nada tinggi. Rasanya Merlin malu melihat Fabio mematung di depan pintu. Melihat Fabio menonton keburukan keluarganya. Fabio juga bingung harus berbuat apa. Ia tidak mau mencampuri urusan keluarga Merlin. Fabio hanya bisa mematung tanpa berkata.
Bapak Merlin berjalan sempoyongan menghampiri Merlin. Ini pasti bapaknya Merlin mabuk lagi. "Heh! Elo siape? Lo cantik juga! Mau yah sama abang? Ayo kita jalan sama abang," rayu bapaknya Merlin. Bapaknya Merlin pasti mabuk berat. Sampai tak mengenali anaknya sendiri.
Merlin baru sadar, kalau penampilannya malam ini memang sangat feminim. Pantas saja bapaknya sendiri, tidak memgenali dirinya. Biasanya kan Merlin hanya mengenakan kaos dan celana jins butut. Sekarang wajah dan penampilannya sudah berubah, bak seorang putri kerajaan. Sangat cantik. Seperti bukan Merlin.
"Sini temenin abang," bapaknya Merlin menyentuh lembut pipi Merlin. Merlin langsung melintir tangan bapaknya. Fabio membantu Merlin, ia mendorong bapaknya Merlin, hingga tersungkur ke lantai. Akhirnya Fabio bergerak juga. Meskipun yang menyentuh Merlin itu bapaknya. Fabio tidak mau, kalau terjadi apa-apa pada Merlin.
"Galak bener sih neng! Dan elo siapa? Pacarnya si Eneng?" bapaknya Merlin menghampiri Fabio. Merlin menarik jauh Fabio.
Merlin membawa Fabio keluar rumah. Menuruni tangga rusun satu per satu. Mereka sampai di bawah. Di depan rusun Merlin.
Merlin mulai menahan tangisnya. Matanya sudah mulai merah, "Lebih baik lo pulang aja. Sekarang lo tau kan? Betapa hancurnya keluarga gue. Gue jauh dari kata sempurna, Fab. Gue itu engga pantes bersanding sama lo,"
"Mer, semua ini engga akan bikin aku nyerah ngejar kamu. Aku cinta sama kamu," Fabio bersi kukuh dengan perasaannya.
Ternyata bapaknya Merlin terus mengejar mereka. Hingga bapak berhasil menarik Merlin. Bapaknya memukul Merlin, dengan botol minuman yang ia bawa. Disudut bibir Merlin mengeluarkan darah. Fabio yang melihat kejadian itu merasa tidak terima. Ia menghajar bapaknya Merlin. Fabio tidak perduli itu bapaknya Merlin. Fabio tidak suka melihat cewek di sakitin. Apalagi orang yang sangat spesial di hatinya, seperti Merlin. Terjadilah baku hantam diantara mereka. Dan...
BUK!
Prrraanngg!!
Pukulan terakhir dari bapaknya Merlin, berhasil membuat Fabio tidak sadarkan diri. Fabio terjatuh ke tanah. Bapaknya Merlin memukul tepat di kepala Fabio, dengan keras. Sampai sampai botolnya pecah. Darah segar mengalir di sekitar kepala Fabio.
Melihat kejadian itu, bapaknya Merlin langsung gemetar. Ia tidak menyangka sama sekali, kalau kejadiannya akan seperti ini. Secara tidak langsung ka telah melukai orang lain. Bahkan mungkin nyawa Fabio sedang terancam. Jika tidak cepat di bawa ke rumah sakit. Mungkin Fabio akan bernasib buruk. Darah segar terus mengalir di kepala Fabio. Bapaknya Merlin langsung kabur. Ia sangat takut. Bapaknya Merlin lepas dari tanggung jawabnya. Ia tidak mau, kalau sampai harus di penjara. Gara-gara kejadian ini.
Merlin menghampiri Fabio yang sepertinya sudah tidak sadarkan diri. "Fabio! Bangun Fab, bangun!" air mata Merlin mulai menetes. Seharusnya ia tidak perlu membawa Fabio malam ini. Lagi-lagi petaka ini memakan korban. Tapi kenapa harus Fabio? Merlin tidak perduli bapaknya kabur kemana. Yang terpenting sekarang adalah Fabio. Ia sedang membutuhkan pertolongan sekarang ini.
"Merlin!" teriak Laras sambil menghampiri Merlin. Meylia adiknya Merlin juga ikut menghampiri Merlin. "Ini Fabio kan?" tanya Laras. Merlin mengangguk sambil menangis.
"Ya ampun kak. Kayanya kak Fabio pingsan. Lebih baik cepet di bawa ke rumah sakit. Takutnya ada apa-apa sama kak Fabio," saran Meylia. Merlin mencoba mengangkat tubuh Fabio yang melemas. Laras dan Meylia ikut membantu membopong Fabio. Untung saja supir Fabio masih ada di ujung jalan. Melihat ada sesuatu terjadi pada majikannya. Sang supir menghampiri tiga perempuan yang tergopoh-gopoh, membopong tubuh Fabio. Supir langsung membantu membopong Fabio juga. Setelah itu supir segera menancap gas menuju rumah sakit terdekat. Merlin, Laras dan Meylia ikut dalam mobil Fabio, menuju rumah sakit. Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Fabio.
*****
Kondisi Fabio keritis. Banyak darah yang keluar dari kepalanya Fabio. Semenit saja terlambat tadi. Mungkin nyawa Fabio tidak akan tertolong. Untuk yang kedua kalinya Fabio mengalami cidera dikepalanya. Yang pertama kecelakaan jatuh dari tangga, saat bercanda dengan Leon. Dan sekarang di pukul dengan botol oleh bapaknya Merlin. Apakah kali ini Fabio akan selamat lagi dari maut?
Merlin harap-harap cemas menunggu kabar dari dokter. Fabio masih berada di dalam UGD. Sedangkan Merlin di luar bersama Meylia dan Laras. Merlin terus mondar mandir gelisah. Ia sangat takut, kalau kejadian ini memakan korban. Korbannya aktor terkenal pula. Ingjn rasanya Merlin mendobrak pintu UGD. Untuk mengetahui kondisi Fabio sekarang. Tapi Merlin bisa apa? Ia tidak mengerti medis sama sekali. Biarlah dokter dan perawat yang bekerja.
Satu jam berlalu. Masih juga belum ada tanda-tanda dokter keluar. Hanya untuk sekadar memberikan kabar, mengenai kondisi saat ini tentang Fabio.
"Lama banget sih!" gerutu Merlin kesal.
"Sabar kak, mungkin dokter lagi ngobatin kak Fabio dulu. Nanti juga kalo udah selesai. Dokter keluar kok, kabarin kita soal ka Fabio," Meylia mencoba menenangkan Merlin. Dari tadi Merlin terlihat sangat tegang. Bukan hanya Merlin. Meylia dan Laras juga ikut tegang dengan situasi seperti ini. Pasalnya belum ada kepastian. Apa Fabio baik baik saja. Atau bagaimana. Mereka bertiga masih bertanya-tanya dalam hati. Pikirannya sibuk masing-masing.
Setelah di periksa oleh dokter UGD, ternyata Fabio harus di operasi. Katanya dokter bilang, untuk mengeluarkan pecahan botol kaca di kepala Fabio. Seserius itu kah luka Fabio? Tapi apapun itu, demi keselamatan Fabio. Mereka setuju saja, kalau Fabio harus di operasi.
Supirnya Fabio mencoba menghubungi Mitha. Namun tidak ada jawaban dari Mitha sama sekali. Malah hapenya sekarang tidak aktif. Supir itu semakin panik. Karena mendengarkan tuannya harus di operasi.
"Pak tolong hal ini di rahasiakan dulu yah. Biar engga ribut kemana-mana. Kalau media tau Fabio kecelakaan seperti ini. Akan jadi heboh nantinya. Kita lagi berusaha cari cara untuk menyelamatkan Fabio. Jadi bapak jangan bilang ke ibunya Fabio dulu. Kita lihat saja dulu hasil operasinya," pinta Laras pada supir itu.
Iya juga. Kalau sekarang supir itu ribut. Atau memberitahu Mitha. Dia juga yang akan kena masalah. Pasalnya dia secara engga langsung. Menyaksikan kecelakaan yang di alami Fabio.
Fabio masuk ke ruang operasi. Semua terlihat cemas di depan ruang operasinya Fabio. Sudah ada tiga dokter yang keluar masuk ruang operasi Fabio. Seserius itukah kondisi Fabio sekarang? Kenapa satu dokter tidak mampu menangani Fabio? Kenapa harus sampai tiga dokter? Apa ini akhir dari hidup Fabio?
"Kamu kenapa ajak Fabio ke rumah Mer?" tanya Laras memecah keheningan di antara mereka.
"Fabio pengen kenal sama ibu. Dia sama sekali engga risih dengan status sosial Merlin," jawabnya dengan mata menatap lurus kedepan. Nampaknya Merlin masih shock dengan kejadian ini. Semuanya begitu cepat. Fabio terluka karena dirinya. Bisa saja nyawa Fabio melayang hari ini. Tidak. Semoga Fabio selamat. Merlin menggeleng keras pikiran buruk yang ada di otaknya.
"Harusnya kamu lihat situasi Mer, kamu lihat dulu ada bapak engga di rumah. Gini kan jadinya. Mana tadi Fabio lihat, betapa hancurnya keluarga kita. Ibu malu Mer, malu!" mata Laras mulai berkaca-kaca.
"Mana Merlin tahu bu. Fabio langsung pengen masuk ke rusun aja. Dan mana tahu bapak lagi ada di rumah. Biasanya kan bapak jarang pulang, kalo malem minggu. Biasanya bapak judi. Bukan ibu aja yang malu. Tapi Merlin juga malu bu. Merlin takut Fabio meninggal bu. Merlin engga mau bu," Merlin menangis sesegukan.
"Udah.. Udah.. Kita memang sama-sama malu dan merasa bersalah sama kak Fabio. Tapi, bertengkar dan saling menyalahkan engga akan menyelesaikan masalah. Sekarang yang terpenting adalah berdo'a buat keselamatan kak Fabio. Semoga kak Fabio engga kenapa-napa," Meylia melerai pertengkaaran antara Merlin dan ibunya. Meylia memeluk Laras ibunya dan Merlin kakak kesayangannya. Berharap semuanya akan cepat berlalu. Tanpa harus ada kabar buruk dari Fabio. Mereka tidak mau kejadian ini menjadi akhir hidupnya Fabio. Mereka ingin Fabio tetap bertahan dan kembali bersamanya.
Meylia mengenggam tangan Merlin yang terlihat gemetar. Ia tau sekali kakaknya merasa bersalah atas kejadian ini. "Udah yah kak. Kakak tenang aja. Aku yakin, ka Fabio pasti bertahan. Dia itu cowok yang hebat dan kuat. Kita berdo'a aja yah. Semoga operasinya berjalan lancar dan berhasil," ucap Meylia menenangkan Merlin.
"Aamiin," jawab Merlin dan Laras.
Mereka terus berdo'a untuk keselamatan Fabio. Berharap Fabio selamat dari mautnya. Berharap semua kejadian ini hanya mimpi. Mimpi buruk yang harusnya tidak terjadi. Kalau benar memang mimpi. Mereka ingin segera bangun dari mimpi buruknya. Namun sayangnya ini semua nyata. Mereka harus bisa melewati semua ini. Karena nasi sudah menjadi bubur.
Ketegangan itu masih berlanjut. Sampai saat lampu opeasi padam. Itu artinya, Fabio telah selesai di operasi. Setelah memakan, kira-kira hampir delapan jam di ruang operasi. Cukup lama juga ternyata.