Chapter 7 - Tiga Syarat

2305 Words
Chapter 7 - Tiga Syarat "Oke apa syaratnya?" tanya Fabio antusias. Akhirnya Merlin luluh juga. Apapun syaratnya Fabio akan berusaha untuk mengabulkanya. Ini adalah kesempatan baginya untuk meraih hati Merlin. Merlin mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke bibirnya, Merlin berpikir. Kira-kira syarat apa yang harus ia berikan pada Fabio. Yang jelas syarat itu tidak akan mudah untuk Fabio. "Emm.. Pertama lo berhenti bilang kalo gue cewek lo di depan media. Itu cukup bikin gue pusing gara-gara kejadian kemarin. Kuping gue panas dengerin anak-anak satu sekolahan ngoceh, tentang gue. Lagian lo rese sih pake acara peluk-peluk gue segala. Mau gue kasi ini!" acam Merlin sambil mengacungkan kepalan tangannya. "Galak amet. Kalo aja kamu kemarin engga nampar aku. Kejadiannya engga akan gini ko," kilah Fabio. "Ya gue pasti nampar lo lah. Untungnya ga sampe gue buat babak belur elo. Maen peluk-peluk tanpa izin orang. Lancang tau!" omel Merlin tanpa titik koma. "Iya, iya. Maaf, aku bakalan nerima syarat dari kamu. Terus apa lagi?" Fabio bersemangat. Seakan mendapat celah untuk menerobos hati Merlin. Fabio harus benar-benar berusaha keras untuk mendapatkan pujaan hatinya. Jangan sampai lepas. Apalagi di rebut orang lain. "Yang ke dua... Emhhh bantu gue buat jadi artis. Tapi, gue ngga mau elo pake nama lo, buat masukin gue jadi artis. Gue mau usaha sendiri. Lo tinggal bilang aja ada cashting di mana atau apa ke.. Terus.. Yang ke tiga, dapetin gue ga mudah. Banyak syaratnya, gue kasih waktu tiga bulan buat naklukin hati gue gimana? Deal?" Merlin memberikan penawaran. Ternyata ada tiga syarat yang harus Fabio penuhi. Apa Fabio mampu memenuhinya? "Oke, apapun yang kamu minta aku akan lakuin. Well besok aku bakalan adain konfersi perss buat ralat semua kejadian kemarin. Dan.. Untuk jadi artis. Itu hal mudah, asal kamu mau nurut apa kata aku. Dan permintaan kamu yang ketiga. Aku akan berusaha lebih keras. Aku engga perduli. Biarpun nyawa aku taruhannya," ucapan Fabio terlihat sangat serius. Merlin tidak menyangka sama sekali, kalo ada cowok yang benar-benar jatuh cinta padanya. Fabio kan aktor. Bisa bisanya ia jatuh cinta padanya. Merlin hanya artis figuran yang belum di kenal. Bahkan bisa di bilang Merlin itu miskin. Beda jauh dengan Fabio yang berlimpah harta dan ketenaran. Padshal masih banyak cewek yang setara dengan Fabio. Kenapa dengan mudah Fabio jatuh cinta pada Merlin? "Kasih satu alasan ke gue kenapa lo bisa cinta sama gue?" tanya Merlin penasaran. Sebegitu mempesonakah dia di hati Fabio? Aneh saja. Kenapa begitu cepat Fabio jatuh cinta pada Merlin? Bisa saja Fabio hanya meminta Merlin jadi pacar kontraknya. Seperti di film-film. Hanya untuk mendongkrak populeritas Fabio. Semacam itu bisa saja dia lakukan. Pikiran Merlin mulai bercabang ke mana-mana. "Karena cinta itu engga butuh alesan Mer, cinta itu datang dengan sendirinya. Cinta itu kenyamanan. Dan kamu yang membuat aku nyaman, kalo aku berada disamping kamu. Seperti detak jantung aku yang seriama dengan detak jantung kamu," "Stop! Jangan bahas lagi tentang detak jantung. Gue bukan dokter, engga paham soal gituan. Gue ngantuk, lebih baik lo turun sekarang. Lagian bukannya lo lagi sakit. Kenapa ada disini?" selidik Merlin. Pasalnya kemarin Merlin lihat Fabio di rawat di rumah sakit. Masa iya orang sakit bisa sembuh secepat itu. "Aku udah engga apa-apa ko. Aku sengaja kabur dari rumah sakit. Tadinya buat nemuin kamu. Tapi mungkin itu akan memperkeruh keadaan. Jadi aku tunggu kamu aja di sini. Dan benerkan kamu selalu ke sini. Makasih yah Mer, tiga bulan ini aku akan berjuang buat dapetin hati kamu. Besok mau kan aku ajak dinner?" Merlin terbelalak mendengar ajakan Fabio. Secepat itu kah? Dinner? Ya ampun. Merlin belum pernah diajak dinner sama cowok manapun. Secara dia galaknya minta ampun. Mana ada cowok yang mau. "Gimana? Kita makan di resoran Jepang Okasima aja. Disana pelayannya pake bahasa Jepang dan Inggris. Sekalian kamu bisa belajar bahasa Jepang di sana. Aku lihat dari lukisan kamu. Kamu suka negara Jepang. Lukisan kamu bagus juga. Aku suka yang ini," Fabio menunjuk lukisan Merlin yang tertempel di dinding rumah pohon. Lukisan gunung fuji yang sangat indah. "Kamu pernah ke Jepang?" Merlin menggeleng, "Aku bakalan ajak kamu ke sana, kalo kita resmi pacaran," "Ih lo mah ngasihnya engga ikhlas. Kalo mau ajak gue ke Jepang. Ajak aja! Lagian belum tentukan gue terima lo. Gue suka Jepang karena negaranya yang asri. Gue suka manga, pokoknya semuanya," kalau sudah membicarakan soal kesukaan. Merlin tidak perduli dia berbicara dengan siapa. Merlin hanya berbicara sesuka hatinya. Fabio menatap dalam kedua bola mata Merlin. Rasanya ada keteduhan dalam hatinya. Darahnya berdesir sangat kuat. Jantungnya berdegup tak karuan. Pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta yang teramat dalam. Dari sekian cewek yang nekat memikat hatinya. Hanya Merlin yang berhasil masuk menyeruak ke relung hatinya. Merlin benar benar sangat istimewa di hatinya. Cewek keren yang membuat Fabio penasaran setiap harinya. Semoga Merlin bisa dengan cepat menerima cintanya. Agar ruang kosong di dalam hatinya tak lagi sepi. Terisi hanya untuk Merlin seorang. "Aishiteru, Merlin," tiba-tiba Fabio mendekat.. Mendekat.. Dan mengecup lembut kening Merlin. Ia merasa puas karena mencuri-curi kesempatan saat Merlin lengah. "Ih kebiasaan deh curi-curi kesempatan dasar c***l!" tandas Merlin sambil mendorong Fabio. Ia tersungkur ke lantai kayu rumah pohon. "Haha.. Tapi suka kan di perlakukan kaya gitu?" goda Fabio tanpa rasa bersalah. "Hello gue bukan fans lo yang langsung jerit-jerit kaya gajah yang mau beranak. Yang ada gue risih tau! Sini mau gue tampar lagi lo!" lagi-lagi galaknya keluar. Merlin memang paling keras. Cewek tomboy yang galak. Sama bapaknya saja Merlin berani. Apa lagi sama teman-temannya. Itu mah engga seberapa. Hanya di depan ibunya saja, Merlin tidak bisa berkutik. "Itu sebagai tanda jadi aja," ujar Fabio ngasal. Padahal dalam hati bersorak gembira. Karena ia telah berhasil mencium pipi Merlin. Wajah Merlin sedikit memerah. Pasti Merlin malu. "What? Jadi? Helloo gue belum tentu kali mau jadi cewek lo!" bantah Merlin. Seenaknya saja bilang langsung jadi jadi. Kan belum tentu jadi. Fabio malah tertawa dan menimbulkan lesung pipi di kedua pipinya. Sangat manis. Sayangnya Merlin tidak melihat semua itu. "Tapi Deal kan kamu mau dinner sama aku?" Merlin mengangguk tanpa berkata. "Nah gitu dong," Fabio mendekat. "Eit mau ngapain. Gue mau dinner sama lo, itu bukan berarti gue mau di apa-apain sama lo. Gue cuma mau lihat. Seberapa besar sih kesungguhan lo," ujar Merlin sedikit gengsi. Secara Merlin aja baru kenal dengan Fabio. Memang dia keliatan baik sih, kata orang-orang. Tapi kan, belum tentu kata orang itu benar adanya. Merlin harus membuktikan sendiri, kalau Fabio itu benar benar serius pada dirinya. Merlin sendiri yang akan menjadi jurinya. "Tenang aja. Aku ga bakalan nyakitin hati kamu. Aku bener-bener tulus. Aku akan berusaha dapetin hati kamu. Cinta aku sama kamu itu ga main-main. Aku benar-benar serius, Mer. Well, besok aku jemput kamu jam tiga sore. Ini nomor telepon aku. Kamu tinggal sms aja alamat rumah kamu," Fabio memberikan sebuah kartu nama pada Merlin. Disana tertera nama Fabio dan nomor ponselnya. Gaya orang kaya mah maenanya kartu nama. Hihi "Jam tiga? Lah bukannya kita dinner? Makan malam kan? Udah deh jam tujuhan aja. Kelamaan tahu kalo dari jam tiga. Kita ketemuan di resto Okasima aja. Udah deh lo turun gue bilang gue ngantuk!" Merlin mendorong-dorong punggung Fabio, agar ia cepat turun dari rumah pohon. Rasanya ingin istirahat di tempat yang aman, tanpa gangguan. Sayangnya sekarang rumah pohonnya sudah tidak aman. Karena ada penghuni lain yang tau. Yaitu Fabio. "Pokoknya kamu harus nurut. Aku tunggu jam tiga sms dari kamu, inget kan kata aku. Kalo kamu mau jadi artis kamu harus nurut sama aku," tegas Fabio tak mau kalah. Merlin mendengus sebal, "Lagian aku yang punya syarat, masa kamu yang nyebelin sih! Udah sana!" usir Merlin. Ia benar-benar butuh istirahat. Pada akhirnya Fabio turun, karena diusir Merlin dengan paksa. Hal gila melintas di pikiran Fabio. Ia ingin tau ekspresi Merlin, jika hal gila ini Fabio lakukan. "Merlin! I Love You!" teriak Fabio dari bawah rumah pohon. Fabio berhasil juga, melakukan hal gila yang ada dalam pikirannya. Merlin sontak kaget dengan kelakuan ajaibnya Fabio. Merlin semakin yakin kalo Fabio itu saiko. Bisa-bisanya jatuh cinta pada perempuan, yang selebor dan enggak tahu aturan seperti Merlin. "Rese lo! Udah sana pergi! Jangan ganggu gue! Gue mau tidur!" amuk Merlin. Fabio hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal, melihat ekspresinya Merlin. Kelihatan sekali Merlin sempat panik saat Fabio, bilang i love you. Haha "Oke sampai ketemu besok!" teriak Fabio lagi. Fabio berjalan keluar area sekolahan. Ia menggunakan jaket dan masker. Untuk berjaga-jaga saja. Jangan sampai ada yang mengenalinya. Bisa gawat. Fabio pasti di kejar-kejar fansnya lagi. Ia berjalan dengan terburu-buru. Fabio harus cepat sampai rumah sakit. Bisa gawat kalau mamanya tau, Fabio kabur dari rumah sakit. Mereka bisa panik dan langsung mencari Fabio. Yang pertama menjadi sasaran adalah tiga bodyguard yang menjaga di depan pintu kamar Fabio. Untung saja otak Fabio sangat cerdik. Ia melarikan diri melalui jendela kamar mandi. Ia berhasil kabur. Sekarang Fabio berpikir. Bagaimana caranya ia kembali? Jangan sampai ketauan tiga penjaga itu. Kalau mereka menyadari Fabio kabur. Pasti keadaan sudah kacau. Untunglah, Fabio lihat di luar rawat inapnya masih sepi-sepi saja. Itu berarti, mereka belum sadar. Kalau Fabio sempat kabur sebentar. Dengan wajah tanpa dosa. Fabio masuk ke kamarnya. Ketiga bodyguard itu terkejut melihat Fabio masuk. Mereka tidak menyangka sama sekali. Kalau tuannya sempat keluar kamar, tanpa sepengetahuan mereka. Mereka hanya saling berpandangan bingung. Badan gede tapi otak nol besar. Hihihi lucu juga. Tidak seimbang antara otak dan badannya. ****** Konfersi perss di mulai. Fabio mulai menjelaskan kejadian kemarin dari A sampai Z. Dari mulai ia pingsan sampai kejadian pelukannya dengan Merlin. "Jadi serperti itu. Kalian temen-temen media semuanya jangan khawatir. Aku engga apa-apa kok. Cuma kecapean aja. Dan Merlin memang sengaja aku tantang untuk menampar aku di depan Media. Jadi itu hanya acting untuk pendalaman karakter saja. Dia teman dekat aku. Nantinya dia akan jadi partner aku di film berikutnya. Baiklah kalau tidak ada pertanyaan lagi. Aku akhiri sampai sini saja," konfersi perss pun berakhir. Merlin yang menonton Fabio dari televisi rumahnya terbelalak. "Partner? Kok dia engga pernah bilang sih?" "Aduh anak ibu. Hebat banget deh actingnya. Ibu kira bener kamu nampar Fabio, karena kamu ga suka sama dia. Suka ajalah. Ibu dukung ko. Inget kamu harus jadi pacar Fabio," ibunya Merlin ikut nimbrung. Ia senang anaknya bisa sedekat itu dengan aktor terkenal. Secara ibunya memimpikan sekali mempunyai menantu kaya raya, seperti Fabio. Aktor muda, terkenal pula. Mana ada yang bisa menolak pesona Fabio. Apalagi ibunya sangat matre. "Ya, Ya, gimana entar aja deh. Yang penting aku jadi artis dulu kan bu?" ujar Merlin ketus, sambil melipat pakaian yang baru saja di angkat dari jemuran. "Loh kamu engga sekolah?" "Engga, kebetulan eskul karate lagi istirahat buat ikutan turnamen nasional minggu depan. Jadi aku di rumah aja deh beres-beres rumah. Bantuin ibu. Ibu sendiri ga kerja?" tanya Merlin. Ibunya Merlin geleng-geleng kepala, "Ini kan sabtu neng. Ibu kalo sabtu minggu libur pabriknya. Lagi engga ada barang, jadi engga lembur," jelas Laras pada Merlin Tiba-tiba ponsel Merlin berdering. Merlin tidak mengenal nomor yang tertera di layar ponselnya. Apa mungkin panggilan cashting lagi? Semoga saja. Merlin bersemangat untuk menerima telpon masuk itu. Di saat orang lain senang, mendapatkan telepon dari pacarnya. Merlin malah lebih senang, kalau dapet panggilan buat shooting. Ajaib memang tuh cewek. "Hallo," "Well, aku lagi on the way ke rusun kamu. Aku jemput kamu di sana atau ketemuan di restoran Okasima?" suara dari sebrang telepon. Jelas sekali kalau ini pasti Fabio. Harapannya buyar saat mendengarkan suara cowok nyebelin itu. Tau gitu Merlin engga mau angkat teleponnya. Tapi kalau tidak di angkat. Takutnya dari PH lagi yang mau pakai dia sebagai figuran. Jadi serba salah. Lagian tau nomor Merlin dari siapa Fabio? "Elo? Tau dari siapa nomor gue? Ini kan baru jam satu siang. Lo bilangkan jam tiga. Lo mau modus kali yah? Kenapa sih betah amet pengen ketemu gue. Apa gue semempesona itu?" berondong pertanyaan dari Merlin yang masih setengah shock, karena mendapatkan telepon dari Fabio. Perasaan dia belum memberikan nomornya pada Fabio. Apa dari Novia atau Gloria yah? Merlin masih menerka-nerka. Kira-kira siapa yang sudah lancang memberikan nomor ponselnya tanpa izin. Merlin mulai tidak nyaman di buat Fabio. Fabio sekarang sudah mulai posesif. "Pertama, engga penting aku tahu nomor kamu dari siapa. Aku tahu rusun kamu dari admin sekolah. Ada beberapa yang mau aku ajarin ke kamu, mengenai acting. Dan kebetulan jam dua akan di mulai. Cepet! Aku kesana yah!" ucap Fabio. "Jangan!" cegah Merlin panik. "Oke, tunggu di resto Okasima aja! Sepuluh menit lagi gue sampe sana!" Tut.. Tut.. Tut.. Merlin menutup teleponnya dengan rasa kesal. "Siapa tuh?" selidik Laras, ibunya Merlin. "Ibu kepo deh!" "Itu pasti Fabio yah. Ajak main sini dong. Ibu kan mau kenal sama calon mantu ibu. Fabio engga bakalan minder kan punya pacar miskin kaya kamu Mer?" tanya Laras. Merlin terlihat berpikir. Iya, Merlin memang miskin. Merlin hanya anak dari seorang buruh dari seorang bapak, yang sering mabuk-mabukan. Dalam tahap ini Merlin memang harus memperlihatkan keluarganya pada Fabio. Kalau memang Fabio tulus, ia pasti tidak akan memandang Merlin dari segi status sosialnya. Tapi tetap saja Merlin butuh perhitungan. Jangan sampai ia tergesa-gesa dan salah langkah. Bagaimanapun juga Fabio masih orang asing bagi Merlin. "Aduh bu, Merlin lagi buru-buru udah yah!" ujar Merlin sambil menyambar jaket biru dongker kesayangannya. "Masa sih mau kencan kucel begitu. Anak ibu dandan dong!" protes Laras. "Aduh bu, engga ada waktu. Merlin pamit yah. Assalamu'alaikum," setelah mencium tangan Laras. Merlin pergi bergegas menemui Fabio. Sebelum Fabio nekat untuk menemuinya ke rusun. Bisa jadi gosip tetangga, kalau sampai tetangga pada lihat Fabio masuk ke rusun Merlin. Secara notabennya tetangga Merlin termasuk fansnya Fabio. Merlin berlari menuju restoran Okasima. Ia tidak perduli ucapan ibunya tentang penampilannya. Perduli amet. Mau kencan mau pergi kemanapun. Apapun yang Merlin kenakan. Yang penting nyaman untuk Merlin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD