Chapter 14 - Fast Hunter

3157 Words
Chapter 14 - Fast Hunter Fast Hunter day one. Albert terjebak oleh para mafia gombong n*****a. Meskipun ia memegang satu pistol ditangan kanannya. Ia tidak berani menebak mafia itu. Ashya, disekap oleh para mafia itu. Mereka sengaja menyandera Ashya sebagai pancingan agar Albert masuk dalam jebakannya. Diujung bibir Ashya terlihat sedikit darah, sepertinya bekas pukulan. Albert masih mencoba mencari cara untuk melepaskan Ashya. Ashya adalah anak dari pejabat ditinggi di Amerika. Motif kejahatan ini adalah balas dendam pada ayahnya Ashya. Selain itu bos mafia yang bernama Defonzy juga mengincar detektive Albert. Albert sangat hebat memecahkan teka teki. Selain sorang detektive Albert juga adalah seorang polisi Amerika yang cukup bisa diandalkan. Tidak ada masalah yang tidak bisa di pecahkan oleh deketektive polisi Albert. Duar! Defonzy melepaskan tembakan ke arah Arbert, peluru itu mengenai bahu Arbert. Tapi itu tidak menumbangkan Albert. Albert berlari dan merebut Ashya dari Defonzy. Albert menodongkam pistolnya tepat dikepala Defonzy. Duar! "Cut! Ok Break!" ucap sang sutradara mengakhiri shooting. "Fab, tiap hari acting lo tambah bagus aja. Gue bangga sama lo," puji Niyya sang asisten. "Bisa aja kamu. Oh iya waktu break aku masih lama kan?" Niyya melihat schedule Fabio melalui smart phonenya. "Lo ada take lagi nanti jam tujuh malem. Berarti ada waktu dua jam lagi," ujar Niyya. "Oke tar kamu calling aku yah. Aku mau cari angin dulu sebentar," ujar Fabio. "Balik ke sininya, harus on time yah!" seru Niyya. Fabio menyatukan jari telunjuk dan jempolnya tanda oke. Kemudian ia berjalan sambil mengeluarkan ponselnya. Ia teringat seseorang. Fabio langsung membuka kontak teleponnya. Sebuah nama yang indah muncul di layar teleponenya. Merlin Camira. "Hallo keren!" Fabio melakukan video call. "Hai, ciee yang mulai shooting pertamanya di Amerika. Gimana lancar shootingnya?" tanya Merlin dari video call Fabio. Fabio tersenyum. "Lancar banget. Kamu gimana? Udah dapet job baru?" "Aku udah dikontrak sama PH kamu. Di film berikutnya, aku langsung jadi peran utama. Makasih yah Fab, aku masih suka latihan di kelas acting punya kamu. Kata gurunya acting aku mulai bagus loh. Inssya Allah aku bisa ke beli rumah nih, kalo kaya gini terus. Makasih sekali lagi, berkat kamu. Semuanya berubah menjadi baik. Tapi ada kabar yang menurut gue seneng sekaligus sedih," tiba-tiba wajah ceria yang Merlin perlihatkan berubah menjadi masam. "Kabar apa Mer?" Fabio penasaran. "Ibu sama ayah bercerai. Itu buat aku seneng sih. Seengganya ga akan ada yang nyakitin dan mukulin ibu lagi. Sedihnya bapak di penjara," ucap Merlin lirih. "Loh di penjara kenapa? Bukan karena kejadian malam itu kan? Kita kan sepakat buat merahasiakanya," Fabio takut ada yang membocorkan kejadian itu. Sehingga membuat bapaknya Merlin di penjara. Tapi siapa yang membocorkan? Pak Suryo tidak akan mungkin membocorkan hal itu. Kejadiannya juga di malam hari, sedang sepi pula. Lagian juga Fabio tidak menuntut hal itu. "Kamu tenang. Bukan karena itu kok. Tapi, karena ketahuan judi. Bapak di gerebek sama polisi. Kita juga di kabarin ke rumah sih. Cuma ibu udah mulai cuek. Saat ini mereka bukan suami istri lagi. Setelah cerai. Ibu jadi tidak perduli lagi tentang bapak. Kata ibu, biarkan bapak dapet hukumannya. Jadi ibu membiarkan bapak di penjara. Tapi Fab, bagaimana pun itu bapak aku, Fab. Aku merasa kasian sama bapak," cerita Merlin. "Sabar. Semua kejadian pasti ada hikmahnya kok. Kali aja dengan bapak kamu masuk penjara. Itu akan membuat bapak kamu jera. Media tahu soal ini?" Fabio mencoba menenangkan kekhawatiran Merlin. "Engga ada yang tahu Fab, aku merahasiakannya dari publik. Aku engga mau gara-gara kejadian ini. Ngerusak karir aku yang baru saja di mulai. Jaga reputasi dong. Hhee," Merlin nyengir. "Syukurlah, kamu harus mulai hati-hati sekarang. Bukan cuma ada fans, tapi ada haters juga. Jangan sampe ketauan netizen. Mereka yang engga suka kamu di dunia entertainment. Akan dengan mudah menjatuhkan kamu," Fabio menasihati Merlin. Merlin sekarang sudah menjadi artis. Meski film Lexi debut pertama Merlin, belum tayang. Tapi wajah Merlin sudah tersebar di media sosial. Mungkin dari para fans yang berfoto-foto di lokasi shooting. Responya seimbang, ada yang suka sama Merlin. Dan ada yang malah tidak suka. Katanya Merlin tidak pantas bersanding dengan Fabio. "Oh iya kapan kamu pulang?" pertanyaan itu membuyarkan lamunan Fabio. "Loh ini kan baru hari pertama shooting. Jangan bilang kamu kangen yah sama aku?" terka Fabio sambil senyam senyum. "Engga ueee!" Merlin memeletkan lidahnya. Yang tentunya langsung bikin Fabio gereget. "Hahahaha.." Fabio tertawa puas. "Kalo kangen bilang aja kali. Engga usah gengsi," "Siapa bilang? Engga ih. Aku cuma mau bilang, setelah kamu shooting Fast Hunter ini. Ada yang mau nawarin project gitu sama kita. Aku baca alur ceritanya seru deh. Nanti deh aku email. Kamu pasti suka. Engga akan kaya film pertama kemarin. Super hero dan Debora, alay tahu. Super hero macem itu, mana ada di jaman kaya gini. Lagian kok kamu mau sih ngambil film yang kaya gituan?" cerita Merlin sambil komat kamit lucu. "Film Lexi emang aga lebay sih. Namanya juga film super hiro. Genre fantasi. Jadi wajar aja, kalo jalan ceritanya engga masuk akal. Aku sempet ngakak deh pas, Lexi perang sama monster kecoa. Hahaaha kamu sampe jerit, jeritan," Fabio sangat ingat betul kejadian saat itu. Take yang paling menyebalkan menurut Merlin. Karena Merlin harus berhadapan dengan beberapa kecoa. Merlin tidak takut kecoa sih. Cuma geli aja. "Iya sebel. Lagian aneh deh, kalo kata gue. Film super hiro itu kadang engga masuk akal. Ya karena musuhnya suka di buat-buat. Kamu kepikiran ga sih, masa iya tiap monster datang ke pusat kota. Monster itu ngancurin seluruh kota. Setelah Lexi berhasil mengalahkan monster itu. Tiba-tiba kota jadi bagus lagi kaya semula. Apa penonton ga mikir. Dari mana mereka bisa dapetin biaya buat ngebangun kota sehancur itu. Kok bisa secepet itu juga. Terus tiba-tiba dateng monster lagi. Hancurin kota lagi, gitu aja terus sampe ending, haha," komentar Merlin untuk filmnya sendiri. "Iya juga sih. Kok kamu sampe mikir sedetail itu sih. Aku aja engga kepikiran ke sana. Aku cuma menjalankan peran aku aja. Tanpa mikir kaya gitu. Hahaha. Kan aku bilang fantasi mah bebas lah. Lagian itu film kamu sendiri loh, jangan di ejek," ujar Fabio. "Ya engga abis pikir aja. Kok bisa mereka ciptain cerita kaya gitu. Dan anehnya banyak yang suka. Ya sih itu hak mereka. Tapi mendingan cerita yang sesuai realita aja deh. Genre romance gitu. Kan lebih romantis, aku kurang suka sama yang action gitu. Tapi buat sekarang-sekarang. Aku ga akan milih-milih genre. Apapun aku akan mau, kalo di tawarin main film," terlihat dari layar ponsel Fabio. Merlin sangat bersemangat. "Kalo genrenya horor kamu mau ambil?" tanya Fabio. "Iya dong mau. Kenapa engga. Engga ada salahnya kan dengan genre horor. Kamu takut yah kalo ngambil genre horor?" ledek Merlin. "Enggalah. Aku berani kok. Terus gimana ternyata kamu di tawarinnya jadi setannya. Tetep mau?" Merlin meneguk salivanya. Hayo mau jawab apa? Kalo jadi sekadar peran utama, atau cameo sih mau, mau aja. Kalo jadi setan kan, berarti wajah Merlin engga keliatan dong. Kan setan serem. "Ogah! Lagian pertanyaan kamu aneh-aneh aja sih. Emang pantes yah cewek secantik ini jadi setan. Elo kali setannya! Meding kita ambil job dari PH Happy Home aja. Tadi kan aku bilang sama kamu. Kalo aku udah baca sinopsisnya. Dan aku suka, kamu mau kan jadi lawan main aku lagi? Kali ini genrenya romance," oceh Merlin penuh semangat. "Hahaha.. Aku suka deh, kalo kamu lagi bicara kaya gitu. Ngangenin banget. Padahal aku baru satu hari di Amerika. Masih ada dua puluh sembilan hari. Aku sih asal kamu suka. Ayo aja kita main film bareng lagi. Kali aja semakin deket kita bisa semakin membuat kamu jatuh cinta sama aku. Hehhee," Fabio malah cengengesan, tanpa merespon ucapan Merlin. "Udah ko," ceplos Merlin. "Serius?" tanya Fabio. Ia takut salah denger. "Ga deh booong ueeee!!" lagi-lagi Merlin memeletkan lidahnya. Fabio gemes dibuatnya. Ia langsung mencubit-cubit layar ponselnya. Yang jelas Merlin tidak akan tercubit. "Awas yah kalo deket udah aku cubit-cubit pipi tembemnya," Lagi-lagi Merlin menjulurkan lidahnya, "Uuee.. Untung jauh. Jadi engga kena. Lagian lo masih lama kan di sananya. Keburu lupa kali, kalo elo mau cubit gue," "Engga kan lupa. Hal yang pertama yang akan aku lakuin. Kalo aku ketemu sama kamu nanti, adalah nyubit pipi kamu," ujar Fabio serius. Mereka sudah seperti pacaran saja. Merlin kenapa engga bilang aja sih soal perasaannya? Padahalkan Fabio udah lama banget nunggu kepastian dari Merlin. Suka banget deh gantunin perasaan orang. "Dan saat elo datang. Gue bakalan ngumpet. Hahaha," Merlin tertawa terbahak-bahak. Dari jauh Niyya memperhatikan Fabio, beruntung sekali. Karena sekarang Fabio lebih hidup. Maksudnya, sekarang Fabio lebih bersemangat. Untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Meskipun Fabio seorang aktor muda terkenal. Tapi hatinya sepi, dia tidak bahagia. Seperti yang terlihat di media sosial. Atau dalam suatu acara. Fabio berhasil mengelabui semua orang. Dengan berpura-pura bahagia. Padahal hidupnya tidak bahagia. Karena hidupnya sudah di atur oleh Mitha. Niyya sangat senang sekali karena mata itu seakan hidup. Mata Fabio yang dulunya selalu berbohong, bahagia di depan semua orang. Sekarang mata itu benar-benar memancarkan kebahagiaan. "Fabio mana?" tanya Mitha yang baru saja datang ke lokasi shooting fim Fast Hunter. "Oh itu tante. Dia lagi break dulu. Jam tujuh mulai take lagi,"ucap Niyya, sambil menujuk kearah di mana Fabio berada. Mitha berjalan mendekati Fabio. "Kamu lagi video call dengan siapa?" todong Mitha saat berada di samping Fabio. Sontak Fabio langsung mematikan ponselnya. Bisa gawat kalo Mitha tau. Fabio lagi video callan sama gebetannya. Pasalnya, kalau Mitha tau. Pasti Mitha akan tanya asal usul Merlin. Belum saatnya Mitha tau soal ini. "Eh mama kapan dateng?" Fabio mencoba basa basi. "Kamu engga usah tanya yang lain deh. Kamu tadi video callan sama siapa? Bukan sama Fellysa kan?" tebak Mitha. "Bukan lah mah, aku video callan sama termen artis aku kok mah. Dia ngabarin PH Happy Home. Mau bikin film lagi. Dan pemerannya aku sama dia," jawab Fabio. Fabio jawab dengan jujur kok soal film baru itu. Tadi Merlin juga membahasnya. Cuma memang tidak jujur, kalau Fabio sedang mengejar Merlin. "Oh Happy Home. Ya udah kamu jangan sia-siain waktu kamu. Buat telepon atau video callan sama si Felly itu. Mengding kamu fokus sama karir kamu," Mitha memang selalu begitu. Selalu menyuruh Fabio fokus dalam karirnya. Katanya buat masa depan Fabio. Padahal Fellysa juga anaknya. Tapi hanya Fabio yang Mitha anggap sebagai anaknya. Fabio menunduk. Ia masih bingung kenapa mamanya ini sangat membenci Fellysa dan ayahnya. Fabio ingin tau, tapi Mitha selalu menghindar. Ya sudah lah. Mungkin, jika saatnya tiba. Cepat atau lambat Mitha pasti cerita. Tadi untung saja Mitha langsung percaya saat di tanya Video callan sama siapa. Bisanya aga sedikit ribet. Tanya siapa pemeran utamanya lah, terus ceritanya gimana. Tapi saat menyebut PH Happy Home. Mitha langsung setuju aja. Soalnya film-film di Happy Home. Kebayakannya di bintangi oleh Fabio. Dan filmnya juga kebanyakan sukses besar. Mungkin karena itu Mitha tidak menanyakan lebih lanjut. ******** Shooting film Fast Hunter, day two. Albert menodongkan pistolnya di kepala Defonzy. Albert mengancam Defonzy, jika ia tak segera menyerahkan diri. Sayangnya Defonzy lebih pintar dari Albert. Defonzy menusuk Albert dengan pisau lipat yang ia simpan di dalam saku. Seketika Albert melemas. Tak sengaja Albert jaruhkan pistol yang tadinya di pakai untuk mengancam Defonzy. Perut Albert mulai mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Defonzy memanfaatkan situasi ini, untuk kabur. Defonzy kabur bersama mafia yang lainya, yang masih tersisa. Ashya yang berada di sana langsung menghampiri Albert. Albert sudah berbaring tak berdaya. Untungnya Albert masih sadarkan diri, ia meminta Asyha untuk membantunya berdiri. Albert harus segera mendapatkan pertolongan. Albert tidak berhasil menangkap Defonzy. Ia berhasil kabur lagi. Ashya dengan cepat membawa Albert keluar dari tempat itu. Ashya harus membawa Albert ke rumah sakit. Sayangnya di depan mereka kembali di hadang oleh lara mafia lainnya. Sepertinya masih anak buah Defonzy. Terjadi kembali baku hantam di antara mereka. Albert terpaksa berantem dengan keadaan perut yang berdarah-darah. Ia harus bisa mengalahkan semua mafia yang menghadangnya. Mereka pasti kembali, karena ingin menculik Ashya kembali. "Albert! Be careful!" teriak Ashya. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Albert. Ashya ingin sekali membantu Albert. Tapi apa daya, ia hanya bisa diam. Karena tidak bisa melawan para mafia itu. Albert terlihat kewalahan menghadapi para mafia itu. Dengan kondisinya yang semakin lemah. Ada salah satu mafia yang mendekatinya. Ia membawa tongkat baseball. Bug! Mafia itu berhasil memukul kepala Albert dengan tongkat baseball. Albert langsung tersungkur ke tanah. Darah segar keluar dari kepala Albert. Kali ini ia tak berdaya. "Albert!" teriak Ashya. Ashya kembali di bawa oleh para mafia utusan Defonzy. Albert hanya bisa melihat Ashya yang semakin lama semakin menjauh. Pandangannyapun mulai kabur. Albert mulai kehilangan kesadarannya. Kegelapan mulai menjemputnya. Dan Albert pingsan. "CUT! Good job Fabio! You are the best actor Fabio," puji sang sutradara pada Fabio. Since kali ini memang sedikit menegangkan. Fabio di buat berdarah-darah. Karena perutnya di tikam oleh Defonzy. Belum lagi saat adegan baku hantam. Antara Albert alias Fabio dengan para mafia tadi. Fabio ternyata cukup mahir dalam adegan berantem. Di film Fast Hunter 2 ini. Pasti fansya akan semakin jatuh cinta dengan Fabio. Actingnya selalu maksimal dalam filmnya. "Thank's, Sir," ucap Fabio pada sutradara. Fabio juga senang telah melakukan take berbahaya ini. Biasanya kalau aktor terkenal seperti Fabio. Selalu menggunakan figuran saat adegan action. Tapi tidak dengan Fabio. Ia ingin melakukan hal ini sendiri. Ia tidak mau melewatkan satu adegan pun. Ia juga sempat di latih dulu oleh pelatih bela diri. Untuk adegan actionnya. Fabio bisa dengan cepat menguasai gerakan demi gerakan yang di ajarkan. Dan syukur saat take. Hasilnya sangat memuaskan. Membuat sutradara kagum dengan Fabio. Ariana sendiri yang berperan sebagai Ashya sangat salut dengan acting Fabio. Fabio bisa dengan mudah masuk ke dalam peran yang ia mainkan. Setelah itu Fabio harus lanjut take berikutnya. Namun sebelum itu Fabio harus kembali ke ruang kostum. Untuk di tambah make upnya lagi. Orang itu menambah make up seperti memar-memar di wajah Fabio. Terlihat seperti nyata sekali. Orang yang memake up Fabio ini sangat mahir membuat wajah aktornya bagus, sesuai permintaan. Dia memang sudah biasa jadi make up artis. Tidak hanya make up memar-memar. Luka, berdarah bahkan make up hantu pun, dia bisa. Sudah tidak di ragukan lagi ke ahliannya ini. Niyya masuk ke ruang kostum. "Fab, are you ok?" tanya Niyya sedikit cemas. "I am fine, Niyya. What heaven?" jawab Fabio sambil di make up. "Tadi gue sempet liat lo ke tonjok sama mafia itu. Gue tau itu engga sengaja. Tapi liat, bibir lo sampe berdarah," rempet Niyya mencemaskan Fabio. Tadi saat adegan baku hantam, memang ada mafia yang engga sengaja menonjok Fabio. Maksudnya orang yang berperan sebagai mafia. Tapi dia sudah meminta maaf pada Fabio. Niyya tidak terima. Dia langsung marahin si aktor itu. Fabio tidak mau pusing. Fabio meminta agar Niyya tidak memperbesar masalah ini. Tapi Niyya bersi kukuh, ngotot marahin aktor itu. Fabio pusing lihat Niyya ngoceh. Jadi Fabio langsung ke ruang kostum. "It's ok, Niyya. Ini adalah resiko dari kerjaan aku. Soal luka di bibir ini. Bisa langsung sembuh kok tenang aja. Jadi kamu engha usah ribut sama mafia itu lagi," Fabio memang tidak mempermasalahkan semua itu. Malah Niyya yang kebakaran jenggot. "Tetep aja, Fab. Kalo engga ilang gimana?" Niyya masih cemas. "Niyya, ini pasti ilang kok. Kalo engga ilang. Tinggal minta make up artis. Buat mudarin lukanya. Beres kan. Udah yah aku sedikit pusing. Jadi kamu jangan besar-besarin lagi yah kejadian tadi," Fabio memang sedikit pusing. Mungkin ia kelelahan. "Pokoknya abis shooting ini. Elo harus ke rumah sakit. Minta salep atau apa ke buat ngobatin luka lo. Lo harus inget. Lo itu aktor, Fab. Wajah lo harus tetep mulus," oceh Niyya tidak berhenti mengkhawatirkan Fabio. Niyya sangat mementingkan wajahnya Fabio. Tidak hanya itu. Kalau Fabio flu sedikit saja. Niyya langsung membelikan Fabio vitamin. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh Fabio. Fabio beruntung karena mempunyai manager artis, seperti Niyya. Niyya ini memang sangat detail dalam pekerjaannya. Semua jadwal Fabio, ia tata dengan rapih. Bahkan lebih hafal Niyya semua jadwal Fabio, di bandingkan Fabio sendiri. Mitha tidak salah mempekerjakan Niyya sebagai manager artisnya. Niyya memang bisa di andalkan. "Terserah kamu aja," ujar Fabio pasrah. Kalau Fabio melawan terus. Bisa-bisa Niyya ngoceh terus. Fabio menganggap Niyya itu sudah seperti kakaknya. Jadi dia selalu nurut sama Niyya. "Tadi Merlin telepon. Elo lagi take adegan baku hantam tadi. Gue bilang aja elo lagi shooting," lapor Niyya. "Oh iya? Ada apa dia telepon aku? Dia bilang engga?" tanya Fabio penasaran. Seketika pusingnya hilang saat mendengar nama Merlin. "Kangen kali dia sama lo. Hehehe," goda Niyya. Fabio tau, kalau Niyya sangat mendukung hubungan mereka berdua. Kadang Niyya juga gereget sama Merlin. Karena belum juga memberikan kepastian pada Fabio. Tapi biarlah itu menjadi urusan Fabio dan Merlin. Niyya hanya berharap yang terbaik saja untuk Fabio dan Merlin. "Masa sih? Mana sini hape aku. Aki mau telepon dia," pinta Fabio. "Finish," ucap make up artis itu. Ia telah selesai mengerjakan pekerjaannya. Itu artinya Fabio harus langsung take. Padahal tadinya Fabio ingin sekali menghubungi Merlin. Mana hari ini dia belum mendengar suara Merlin. Hari ini jadwal shooting Fabio memang cukup padat. Selain shooting film Fast Hunter 2. Ia juga di mintai untuk menjadi bintang tamu di beberapa acara talkshow di Amerika. Acara itu membahas mengenai film Fast Hunter 2. Yang sedang ia garap. Karena Fast Hunter sukses di Amerika. Dan beberapa negara lainnya. Jadi banyak tv swasta di Amerika. Mengundang Fabio sebagai bintang tamu, untuk acaranya. Selain itu ada juga tawaran shooting untuk iklan sebuah produk. Job terus mengalir, tapi Niyya harus menyaringnya. Tidak semua job Niyya ambil untuk Fabio. Karena Fabio juga butuh istirahat. Waktu istirahatnya Fabio benar-benar di pakai untuk istirahat. Fabio tidur saat break. Karena memang Fabio kurang tidur. Jadi seharian ini Fabio belum memegang ponselnya. Boro-boro pegang ponsel. Makan saja Fabio harus cepat-cepat. Ia memang paling tidak mau menunda-nunda pekerjaanya. Fabio selalu on time dalam mengerjakan kerjaannya. Walaupun Fabio sudah menjadi aktor terkenal. Ia tetap profesional. Fabio tidak seenaknya dalam mengerjakan projectnya. Inilah yang menjadi daya tarik Fabio. Makanya beberapa PH yang sudah bekerja sama dengan Fabio sangat puas. Karena Fabio memang aktor yang sangat bagus. Engga akan rugi deh, kalo pilih Fabio sebagai aktor di filmnya. "O ow! Sayangnya lo harus take," ledek Niyya. "Ya udah. Aku shooting dulu. Kalo Merlin telepon lagi. Kamu bilang maaf ke dia. Kalo aku belum bisa ngehubungin dia. Aku bener-bener sibuk. Tolong jelasin sejelas-jelasnya ya, Niyya," pinta Fabio. Engga usah di suruh juga, Niyya akan menjelaskannya kok. Fabio ini terlalu parno ternyata. Mungkin takut Merlin marah padanya. Merlin juga pasti mengerti kesibukan Fabio sebagai aktor. Jadi engga mungkin marah lah. Kecuali pura-pura marah sih. Hehehe. "Siap pak bos! Semangat buat shootingnya!" seru Niyya memberikan semangat pada Fabio, yang mulai lesu. Dengan langkah gontai. Fabio kembali ke lokasi shooting. Untuk melakukan since berikutnya. Semoga saja Merlin tidak marah, karena Fabio hari ini tidak bisa menelponnya. Fabio benar-benar sibuk hari ini. Ia ingin sekali menyelesaikan semua pekerjaannya. Jadi Fabio meminta Niyya untuk lebih memadatkan jadwalnya. Fabio harap akan cepat selesai. Kalau jadwalnya di padatkan. Fabio ingin segera pulang ke Indonesia. Untuk bertemu Merlin pastinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD