Part 10 - Masih Untung

1044 Words
Govinno dan oranng di dalam rumah ini terus mendengar kabar Mona yang masuk rumah sakit. Govinno masih ingat kalau semalam Mona baik-baik saja, tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada wanita itu dan kenapa malah sekarang dia masuk ke rumah sakit. “Ma, bagaimana keadaan Mona?” tanya Govinno pada ibunya, berharap Mona baik-baik saja. Memang Govinno sangat khawatir sekali dengan Mona, tidak mau wanita itu kenapa-napa. Lisa—ibunya Govinno, menatap pada putranya, lalu dia menggeleng pelan. “Katanya penyakit Mona tidak ada kata Dokter. Dan Dokter lebih menyarankan untuk membawa Mona ke spesialis dokter kejiwaan dibanding di rumah sakit umum.” Jawab Lisa, membuat Govinno mendengarnya menatap pada ibunya terkejut. Mona tidak gila! Kenapa Mona sampai mau dibawa ke sana? Yang benar saja, dia selama ini selalu memerhatikan Mona. Dan baik-baik saja. “Mona nggak gila Ma! Kenapa sampai membawa Mona ke rumah sakit jiwa?” tanya Govinno, tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Dokter di rumah sakit tentang Mona yang secara tidak lanngsung dikatakan gila oleh mereka. “Iya, Mama tahu. Makanya Mama dan Papa, juga orang tua Mona mau ke rumah sakit sekarang. Dan membereskan semuanya. Mona selama ini tidak ada memiliki tanda-tanda kalau dia depresi dan melakukan hal yang membuat dia bisa memicu untuk gila. “Govinno ikut Ma. Govinno akan memanggil Varisa dulu.” Ucap Govinno, mulai memanggil wanita itu untuk membawanya ke rumah sakit. Dia mau melihat keadaan dari Mona. Yang mana sangat memperihatikan untuknya sekarang. Govinno tidak akan pernah mau Mona masuk ke rumah sakit jiwa. Kalau perlu Mona di rawat di rumah ini saja. “VARISSAA!!!’ panggil Govinno membuat Varisa langsung berjalan mendekati Govinno dan berdiri di depan pria itu dengan senyuman manisnya. “Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu.” Ucap Varisa sopan, menatap pada ibu Govinno yang hanya melirik dirinya sebentar dan setelahnya wanita itu pergi menjauh dari hadapan Varisa. “Kita akan ke rumah sakit sekarang, saya akan melihat keadaan Mona. Saya tidak mau dia kenapa-napa. Kau tahu kalau dia sedang sakit sekarang, bagaimanapun dia itu calon istriku, yang harus aku perhatikan jangan sampai dia masuk ke rumah sakit jiwa.” Ucap Govinno. Varisa mendengarnya mengepalkan tangannya, lalu dia menatap pada mata Govinno. Varisa ingin menangis mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno. Calon istri katanya? Apakah Govinno tidak mau mengingat masa lalu dia dengan Varisa? Yang mana Varisa itu adalah … ibu dari anak pria itu. “Mas, maksud saya Tuan Govinno. Baik kita akan ke rumah sakit sekarang,” ucap Varisa, tidak akan menyerah membuat suaminya ini jatuh cinta kembali pada dirinya. Walau Govinno tidak akan ingat tentang dirinya dan Galen. Namun dia akan berusaha untuk membuat Govinno jatuh cinta kembali pada dirinya. Varisa memang melakukan sesuatu yang bertentangang tentang dirinya dulu. Dia yang memilih untuk ke dukun dan meminta bantuan duku untuk membunuh setiap orang yang akan menikah dengan Govinno. Dan dia sendiri belajar dari dukun itu sendiri untuk menyanyet orang. Dia tidak mau Govinno menjadi milik orang lain. Masuk ke dalam rumah ini sebuah keberuntungan untuk dirinya bertemu lagi dengan Govinno. Yang menurut dirinya pria itu semakin tampan walau dalam keadaan tidak bisa berjalan. “Varisa! Kau melamun!” Varisa tersentak lalu dia menatap pada Govinno yang menatapnya dengan tatapan tajam dari pria itu. “Saya minta maaf Tuan. Tuan mau apa?” tanya Varisa pada tuannya itu. “Saya mau kamu mengamnbil ponsel saya.” Ucap Govinno langsung diangguki oleh Varisa dan berlari menuju kamar Govinno. Mengambil ponsel pria itu dan membawa kepada Govinno. Govinno melihat ponselnya yang diberikan oleh Varisa, melihat wanita itu yang masuk di kursi depan, dan dia mulai mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. “Kenapa Mona bisa sampai sakit seperti itu? Bukankah semalam dia baik-baik saja?” tanya Govinno sedang menelepon seseorang, dan Varisa tidak tahu pria itu sedang menelepon siapa. Yang bagi dirinya tidak mau terlihat semakin menyedihkan kalau dia mau tahu siapa yang ditelepon oleh Govinno. “Aku tidak mau membawa dia ke rumah sakit jiwa. Bukankah dia mengatakan kalau dadanya sakit, kenapa harus ke rumah sakit jiwa? Mona tidak pernah ada yang namanya tekanan batin dan depresi dia selalu baik-baik saja selama ini. Dan saya ingat semalam, dia malah sangat senang mengatakan kalau dia syuting.” Ucap Govinno lalu dia menatap ke depan, dimana matannya bertemu dengan mata Varisa. Membuat dia terpaku akan tatapan Varisa pada dirinya. Govinno seakan melupakan dirinya yang menelepon seseorang dan tanpa sadar Govinno mematikan sambungan telepon itu dan masih menatap pada Varisa. “Kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Govinno pada Varisa. Varisa mendengar pertanyaan Govinno lalu dia tersenyum tipis mendengarnya. “Menurut Tuan apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Varisa balik pada Govinno. Govinno mendengarnya dia merasa tidak pernah bertemu dengan Varisa. Iya. Dia tidak pernah bertemu dengan Varisa. “Tidak pernah. Menurutmu apa yang terjadi dengan Mona?” tanya Govinno pada Varisa, menanyakan tentang Mona. Varisa mendengar jawaban Govinno tersenyum manis pada lelaki itu. “Saya tidak tahu Tuan. Memangnya apa yang terjadi padanya?” tanya Varisa balik, dia tidak mungkin mengatakan kalau Varisa sakit itu karena ulah dirinya. Dia yang membuat wanita itu kesakitan dan seperti orang gila. Dan tidak akan pernah tahu oleh Dokter apa penyebab Mona sakit. “Kau sungguh tidak tahu? Aku kira kau akan tahu. Aku kasihan padanya, dia harus merasakan sakit. Padahal dia semalam baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padanya, bahkan dia juga terlihat sangat baik sekali,” ucap Govinno masih melihat ke depan. “Sakit tidak ada orang yang mengetahuinya Tuan. Kalau Tuan mengira Nona Mona semalam baik-baik saja. Maka sama dengan kematian, detik ini kita baik-baik saja. Dan tidak tahu beberapa detik ke depan. Kita bisa saja mati.” Ucap Varisa. “Kau bena. Tapi dia tidak gila, kau percaya bukan kalau dia tidak gila?” tanya Govinno pada Varisa. “Saya tidak tahua Tuan. Lagian saya tidak dekat dengannya, saya juga tidak tahu dia seperti apa,” jawab Varisa sungguh malas sekali dia menjawab pertanyaan dan membahas tentang Mona ini. Masih untung Varisa tidak langsung membunuh wanita itu, dia masih memberikan kesakitan pada wanita itu tanpa membunuhnya. Dia hanya dianggap gila saja. Dan penyakitnya tidak jelas. Seharusnya wanita itu mati saja bukan? Ah! Nanti dia akan membunuh Mona, kalau memang Mona sudah meresahkan dan menjadi ancaman untuk dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD