Varisa mendorong kursi roda Govinno menuju ruangan rawat inap milik Gaby—adik perempuan Govinno yang sedari malam tidak pulang ke rumah dan gadis itu terus saja berteriak kesakitan, dokter juga tidak menemukan hal ganjal padqa Gaby mengatakan Gaby baik-baik saja. itu yang di dengar oleh Varisa dari Mona yang terus bercerita dengan Govinno tadi.
“Tadi malam jam dua belas malam, Gaby kembali teriak kesakitan di dadanya. Teruk jam tiga malam juga seperti itu. Dokter sudah memeriksa Gaby tidak ada hal ganjal pada Gaby, katanya semuanya baik-baik saja. Orang tua kamu bingung apa yang terjadi pada Gaby,” ucap Mona membuka pintu ruangan inap Gaby.
Di dalam sana Nyonya Pramudia dan Tuan Pramudia yang tertidur di sofa dan Gaby yang berbaring di atas ranjang dengan keadaan yang sangat lemas sekali. Varisa menatap pada wanita itu dengan tatapan tajamnya. Dia berdiri di belakang kursi roda Govinno tidak melakukan apapun, dia hanya melihat pada Gaby yang tertidur sangat nyenyak sekali. Masih bisa ternyata wanita itu tidur nyenyak ternyata.
Varisa diam-diam mengeluarkan jarum dan boneka di dalam saku dress maidnya, dia menusuk d**a boneka itu.
“AAAA SAKIITTTTTT!” teriak Gaby yang tiba-tiba bangun dan berteriak kesakitan.
Govinno dan orang tuanya melihat itu, mereka langsung melihat pada Gaby dengan tatapan khawatir mereka. Nyonya Pramudia dengan cepat memanggil dokter dia khawatir sekarang dengan apa yang terjadi pada anaknya.
Varisa kembali menyimpan itu dan menatap pada Gaby yang menangis kesakitan sambil memegang dadanya. Varisa membantu Govinno yang akan mendekati adiknya. “Apa yang terjadi pada kamu Gaby, kenapa seperti ini? Mana yang sakit?” tanya Govinno pada Gaby.
Gaby yang ditanya terisak dan memegang dadanya. “Hiks sakit. Nggak kuat. Aku mau mati rasanya,” ucap Gaby.
Varisa mendengar itu menyeringai. Mati katanya? Tidak akan semudah itu. Dia masih ingat dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu padanya. Dia tidak akan membiarkan wanita itu mati dengan mudah. Siapa suruh untuk bermain dengan dirinya sekarang.
“Jangan bicara seperti itu Gaby! Kau tidak akan mati. Abang nggak suka dengar kamu bilang kayak gitu!” ucap Govinno menegur adiknya. Agar tidak berbicara hal seperti itu.
“Kamu jangan bicara sembarangan Gaby. Abang nggak suka dengar kamu bicara kayak gitu. Kamu pasti sembuh,” ucap Govinno menggenggam tangan adiknya, lalu dia mencium punggung tangan adiknya.
Varisa mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno, menatap pada Govinno yang memegang tangan Gaby membuat dirinya mengepalkan tangannya. Tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Govinno pada Gaby sekarang, dia melihat hal itu menyentuh pundak Govinno lalu dia menyalurkan rasa tanpa sakit itu pada Gaby. Gadis itu sudah mulai tenang dan menatap pada kakaknya.
“Sudah tidak sakit lagi. Gaby sekarang baik-baik saja,” ucap Gaby tersenyum pada kakaknya. Matanya menatap pada ibunya yang masuk ke dalam ruangan inap Gaby dengan menatap pada anaknya. Lalu dia menangis.
“Ya Tuhan … apa yang terjadi pada kamu sayang? Bagaimana sekarang?” tanya Nyonya Pramudia mendekati putrinya yang sudah duduk dan tersenyum lebar pada ibunya.
“Gaby sudah baik-baik saja Ma. Gaby tidak sakit lagi,” ucap Gaby pada ibunya.
Nyonya Pramudia mendengarnya memeriksa keadaan putrinya, apakah benar apa yang dikatakan oleh putrinya. Dia takut kalau Gaby akan berteriak kesakitan lagi tentang apa yang terjadi pada Gaby. “Kamu serius sayang? Kamu sudah sembuh sekarang?” tanya Nyonya Pramudia melihat pada putrinya meminta penjelasan.
Gaby mengangguk sebagai jawaban. Dia sudah baik-baik saja. Bahkan Gaby merasakan hal yang sangat baik sekali sekarang. “Iya, Ma. Gaby baik-baik saja. Gaby mau pulang.” Gaby meminta pulang, tidak nyaman di rumah sakit. Dia lebih nyaman di rumah dibanding rumah sakit.
Nyonya Pramudia menatap ragu pada permintaan anaknya ini. Dia tidak mau Gaby nanti kembali sakit kalau dia memenuhi permintaan anaknya yang mau pulang sekarang. Nyonya Pramudia sangat khawatir sekali dengan apa yang terjadi pada Gaby.
“Sayang, kamu di sini saja dulu sayang. Mama khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu lagi, kalau kita pulang.” Nyonya Pramudia mau anaknya dirawat dulu di sini semalam lagi. Nyonya Pramudia sangat khawatir kalau terjadi sesuatu pada anaknya ini dan mereka jauh dari rumah sakit.
“Tapi Gaby mau pulang Ma. Coba saja suruh Dokter untuk periksa Gaby, pasti Dokter bilang, kalau Gaby sudah boleh pulang,” ucap Gaby menatap pada Dokter menyuruh Dokter untuk memeriksa dirinya.
Dokter mulai memeriksa Gaby lalu dia tersenyum menatap pada Nyonya Pramudia dan Tuan Pramudia yang sangat menunggu sekali apa yang dikatakan oleh Dokter tentang anak mereka.
“Nona Gaby sudah boleh pulang. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan pada Nona Gaby, semuany baik-baik saja.” ucap Dokter membuat mereka senang mendengar hal itu dari Dokter.
Govinno tersenyum pada adiknya. Mengusap surai adiknya yang tersenyum lebar dari tadi dan sudah boleh pulang ke rumah sekarang. Govinno dari semalam khawatir pada adiknya, dia anak laki-laki di rumah. Seharusnya dia bisa diandalkan tapi karena kondisinya yang cacat dan sakit seperti ini. membuat dia tidak bisa menjadi anak laki-laki yang melindungi dan bisa diandalkan oleh keluarganya. Matanya berair dan dia mau menangis sekarang.
Gaby yang melihat itu, menggenggam tangan abangnya. “Abang kenapa nangis? Ini bukan salah abang loh. Udah abang jangan nangis, nanti kalau Abang nangis, Kak Mona nggak mau lagi sama Abang. Kak Mona cari yang lain nanti,” ucap Gaby jail.
Govinno yang mendengar tersenyum tipis, dia tidak melihat pada Mona yang pipinya sudah bersemu merah. Govinno tanpa sadar memegang tangan Varisa dan Varisa tersenyum senang ketika tangannya di pegang oleh Govinno.
Walau Tuannya itu tidak sadar sedang memegang tangannya, tapi dia tidak akan menyiakan kesempatan ini dan rasa senang ketika tangannya di pegang oleh orang yang dicintai oleh dirinya. matanya bertemu dengan Gaby. Lalu Gaby menatap pada tangan Govinno yang memegang tangan Varisa. Tangannya terkepal tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Govinno sekarang.
“Kak Mona! Lebih baik Kak Mona saja yang berdiri di belakang Bang Vinno!” ucap Gaby membuat Varisa mendengar hal itu mengeram di dalam hatinya. Gadis itu mau sakit lagi? Dia tidak akan segan untuk membuat gadis itu kesakitan dan rasa sakit yang dirasakan oleh gadis itu akan lebih parah dan susah akan sembuh.
Namun dia harus menahan semuanya. Dia harus pandai bermain cerdik jangan membuat orang-orang curiga padanya. Varisa beranjak dari sana dan keluar dari ruang rawat inap itu dengan tatapan tajamnya yang menatap ke depan. Matanya menatap pada mawar merah yang ada di taman rumah sakit. Langkahnya tertuju ke mawar merah dan berjongkok di sana. “Kalian sangat indah. Bagaimana kita bermain sebentar,” ucap Varisa tersenyum begitu manis.
Govinno melihat senyuman manis Varisa tanpa sadar dia mengangkat sudut bibirnya. Entah kenapa Govinno mau menyusul Varisa tadi keluar. Dia mau melihat wanita itu. Disinilah sekarang dirinya, melihat pada Varisa dan tanpa sadar sudut bibirnya terangkat melihat wanita itu.