3. Meninggalkan Jejak

1734 Words
"Tuan Rael, saya meminta maaf karena kelancangan saya." Maevea tertekan dengan intimidasi Rael. Saat ini keduanya berada dalam sebuah ruangan yang ditebak Maevea sebagai ruang kerja Rael. Rael duduk di sofa, pria itu tertawa pelan, menatap Maevea dengan tenang. "Apakah Nona Maevea menyesal sekarang?" "Tidak, saya tidak menyesali tindakan saya." Maevea menjawab pelan. "Bagus kalau begitu, karena aku tidak mengizinkanmu menyesalinya." Maevea tidak mengerti apa maksud kata-kata Rael, dia sulit berpikir dalam keadaan seperti ini. Tidak salah jika pria di depannya disegani oleh orang-orang berkuasa lainnya, auranya benar-benar mengerikan. "Jadi, Nona Maevea kapan kita akan menikah?" "Hah?" Maevea bersuara linglung. "Bukankah Nona Maevea tadi melamarku. Lalu, kapan Nona Maevea ingin kita menikah?" "Tuan Rael, apakah Anda serius menerima lamaran dari saya?" Maevea berpikir bahwa Rael mungkin hanya berkata asal. Dia tahu konflik antara Rael dan Lara serta Liam, dia pikir Rael hanya ingin membuat dua orang itu kesal. "Tentu saja aku serius." "Kenapa?" "Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, Nona Maevea. Kenapa kau melamarku?" "Karena di ibu kota ini tidak ada yang lebih baik dari Anda." Maevea mengatakan yang sebenarnya. Dia sudah cukup diinjak-injak oleh Liam, jika dia mendapatkan pelamar yang lebih rendah dari Liam maka pria itu pasti akan menekannya dengan segala cara. Dan jika dia mendapatkan pria yang setara dengan Liam maka pasti akan terjadi konflik yang berkepanjangan mengingat bagaimana sifat Liam yang tidak bisa dipermalukan. Rael memang pilihan terbaik untuknya karena selain Rael adalah pria paling berkuasa di ibu kota, dia juga adalah paman Liam. Jika ia menikah dengan Rael maka Liam akan menjadi keponakannya. Bayangkan bagaimana pria itu akan sangat jengkel harus memanggilnya bibi dan menghormatinya. Liam jelas tidak akan berani bertindak kurang ajar padanya secara langsung di depan Rael. Pria itu masih takut pada penerus sah keluarga Gilloti. "Nah, jika alasanmu seperti itu maka aku juga menggunakan alasan yang sama. Aku menerima lamaranmu karena kau adalah wanita tercantik di kalangan atas." Rael tersenyum kecil. Maevea tidak tahu harus bereaksi bagaimana, apakah pria di depannya ini serius? "Sangat melelahkan terus berdiri Nona Maevea, duduklah di sebelahku." Untuk beberapa saat Maevea masih berdiri, sampai akhirnya dia memberanikan dirinya untuk duduk di sebelah Rael. Dia sudah bertemu dengan Rael beberapa kali, tapi mereka tidak pernah bertukar kata sedikit pun. Dia menyapa Rael di setiap kali mereka bertemu, tapi reaksi Rael hanya sebatas anggukan kecil. Pria itu benar-benar sulit untuk diajak bicara. "Jadi, Nona Maevea kapan kita akan menikah?" Rael bertanya lagi. "Lebih cepat lebih baik." Maevea tidak membutuhkan waktu untuk saling mengena terlebih dahulu, karena takdirnya adalah menikahi orang asing yang tidak dikenalnya. Jika dia tidak menikah dengan Rael, orangtuanya mungkin masih akan memaksanya bersama Liam atau mencari pria lain yang juga asing baginya. "Kalau begitu mari menikah minggu depan." Maevea menghadapi kejutan berkali-kali hari ini. Dia memang mengatakan lebih cepat lebih baik, tapi dia tidak menyangka jika itu akan menjadi minggu depan. "Ada apa, Nona Maevea? Apakah Anda keberatan?" "Tidak, tidak sama sekali." Maevea tidak memiliki hak untuk keberatan. Ide paling gila dalam hidupnya menghasilkan sesuatu yang baik, jadi meski itu besok sekali pun dia tidak akan pernah keberatan. "Baiklah, kalau begitu tidak ada masalah," seru Rael. "Besok aku akan bicara dengan orangtuamu." "Ya, Tuan Rael." "Kita akan menikah satu minggu lagi, jadi jangan memanggilku terlalu formal seperti itu. Kau bisa memanggilku Rael." "Baik,,, Rael." Maevea merasa lidahnya terlalu lancang. Tidak pernah ada dalam pikiran terliarnya bahwa dia akan menikah dengan seorang Rael Gilloti. Dia pasti akan menjadi musuh ribuan wanita. Dia pasti akan dikutuk dan disumpah karena merebut idaman mereka. Sial! Dia benar-benar mendapatkan tangkapan yang sangat besar. Rael tersenyum kecil. Dia akan menyukai cara Maevea memanggilnya setelah ini. "Jadi, Eve, katakan padaku sejauh mana hubunganmu dengan Liam." Pertanyan Rael merupakan sebuah pertanyaan yang membuat Maevea merasa sedikit canggung. Namun, tidak ada pilihan lain. Dia harus memberitahu Rael. "Seperti yang kau tahu, hubunganku dengan Liam tidak terlalu baik. Selama dua tahun kami tidak terlibat dalam hubungan romantis. Liam sibuk dengan para wanitanya dan aku tidak tertarik untuk merayunya. Sentuhan yang pernah kami lakukan tidak pernah lebih dari ciuman." "Ah, rupanya Liam pernah menciummu." "Hanya satu kali, dan karena paksaan Liam." Maevea tidak melebih-lebihkan, Rael juga mengetahui hal itu karena dia telah mendapatkan laporan dari asisten pribadinya sebelumnya. Rael bergerak cepat, saat ini wajahnya hanya berjarak kurang dari tiga puluh senti dari wajah Maevea. Senyum licik tampak di wajah pria itu. Tanpa memberi waktu bagi Maevea untuk bereaksi, pria itu menjarah bibir kelinci liar di depannya. Tubuh Maevea membeku. Otaknya menjadi kosong untuk beberapa saat. Namun, anehnya dia tidak merasakan jijik seperti yang dia rasakan ketika Liam menciumnya. "Bernapas, Eve." Suara Rael seperti pengingat bagi Maevea, wanita itu akhirnya bernapas. Rael akhirnya melepaskan Maevea. Pria itu menyentuh bibir Maevea dengan lembut. "Aku sudah membersihkan jejak Liam dari bibirmu dengan milikku. Mulai saat ini hanya aku yang akan meninggalkan jejak di sini." Jantung Maevea berdebar tidak karuan karena kata-kata Rael. Selain itu suara Rael juga terdengar begitu seksi di telinganya. Sial! Kenapa pria ini memiliki efek luar biasa seperti ini? Dia mungkin akan mengalami masalah jantung jika hal seperti ini terus berlanjut. Maevea mempertahankan ketenangannya. Dia menatap wajah Rael yang merupakan sebuah mahakarya. Dia memiliki alis yang terukir dengan baik serta rahang yang kokoh. Bagian terbaik dari wajahnya adalah iris abu-abunya yang memikat. Rael merupakan pria dewasa yang sangat tampan. Dengan wajah dan statusnya, dia bisa mengguncang hati dan jiwa banyak orang. Di ruangan lain saat ini Liam mengeluh pada ibu dan ayahnya. Dia tidak bisa melepaskan Maevea untuk pamannya atau siapapun di dunia ini. "Jika kau sangat tidak ingin kehilangan Maevea maka seharusnya kau berhenti berulah!" Lara akhirnya memarahi putranya. "Bu, bantu aku. Paman tidak boleh menikah dengan Maevea." "Tidak ada yang bisa Ibu lakukan. Pamanmu adalah anak emas kakekmu, jika Ibu berkeras maka kakekmu pasti akan marah." Lara tidak ingin kehilangan posisinya sebagai bagian dari keluarga Gilloti. Dia adalah anak tidak sah, sulit baginya untuk bertahan hidup di luar sana jika ayahnya mengusirnya dari keluarga Gilloti. "Lupakan Maevea. Ibu akan menemukan wanita yang jauh lebih baik dari Maevea." "Tidak! Aku hanya menginginkan Maevea." Lara sakit kepala karena putranya. Dia akhirnya beralih pada suaminya. "Sayang, bicaralah pada putramu. Aku benar-benar sakit kepala dibuatnya." "Liam, untuk saat ini kau tidak bisa melakukan apapun, tapi jika kau benar-benar menginginkan Maevea maka bersabarlah untuk beberapa saat. Akan ada jalan untuk memisahkan Maeve dengan Rael." Lara menatap suaminya tidak berdaya. Pria ini selalu memanjakan putra mereka sehingga Liam menjadi seperti ini, segala sesuatu yang diinginkan olehnya harus dimiliki. Kata-kata ayahnya membuat Liam mau tidak mau harus menerima keadaan saat ini. Baiklah, dia akan bersabar untuk Maevea. Maevea adalah miliknya, cepat atau lambat wanita itu akan kembali padanya. ** Rael mengantar Maevea kembali ke kediaman keluarga Collins. Pria itu menyetir sendiri untuk Maevea. Dia tidak langsung kembali setelah mengantar Maevea, melainkan ikut masuk bersama Maevea ke dalam kediaman keluarga Collins. Artur dan Serena segera meninggalkan kamar mereka setelah mendapatkan pemberitahuan dari Hilda, kepala pelayan mereka bahwa Maevea telah kembali dengan Rael Gilloti. "Selamat datang di kediaman keluarga Collins, Tuan Rael." Artur menyambut Rael dengan ramah. "Saya datang hanya untuk mengantar Maevea. Tuan dan Nyonya, tolong jangan memarahi calon istriku. Besok aku akan datang lagi untuk membicarakan tentang pernikahan pada kalian." Rael langsung ke inti, dia jelas bukan orang yang bisa berbasa-basi. "Kami mengerti, Tuan Rael." Artur sebenarnya tidak terlalu bahagia dengan intimidasi Rael, tapi siapa dia berani melawan pria di depannya ini. Meski pada akhirnya dia akan menjadi mertua Rael, tapi tetap saja dia yang akan menghormati pria itu karena posisinya yang jauh lebih tinggi di dunia bisnis. "Eve, aku akan pergi sekarang. Segeralah istirahat." Rael beralih pada Maevea. "Baik. Hati-hati di jalan, Rael." Rael tersenyum kecil, dia kemudian berbalik dan pergi tanpa pamit pada orangtua Maevea. Sejujurnya Rael tidak begitu menghormati orangtua Maevea karena mereka menjual putri mereka sendiri untuk sebuah keuntungan. Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak begitu aneh bagi orang-orang dari kalangan atas yang kebanyakan memang lebih memikirkan tentang keuntungan. Hanya saja dia tetap tidak menyukai orang-orang seperti ini dan untungnya orangtuanya bukan orang seperti itu. Mereka hanya mengizinkannya menikah dengan orang yang dia pilih sendiri. "Eve, apakah kau benar-benar akan menikah dengan Tuan Rael?" tanya Artur setelah Rael pergi. "Ya, Ayah." "Itu bagus. Ayah tidak pernah sia-sia membesarkanmu dan memberikanmu yang terbaik." Artur merasa bahagia. Semua kemarahannya lenyap. Keuntungan yang akan dia dapatkan jauh lebih banyak dengan Rael Gilloti yang menjadi menantunya. Dia akan mengangkat dagunya tinggi-tinggi di depan orang lain karena dia adalah mertua Rael. Semua orang pasti akan sangat menghormatinya. "Ini sudah larut, pergilah beristirahat." Artur berkata lagi setelahnya. Dia tidak akan membiarkan putrinya kelelahan. "Baik, Ayah." Maevea kemudian melangkah menuju ke kamarnya. Sejak kecil dia memang mendapatkan segala yang terbaik dari orangtuanya, tapi dia kekurangan perhatian karena ayah dan ibunya lebih mengarahkan perhatian mereka pada kakaknya yang akan menjadi penerus keluarga. Meski begitu dia tidak pernah membenci orangtuanya karena mereka masih menjadi orangtua yang baik dengan merawatnya dan tidak pernah menelantarkannya. Sesekali dia akan merasa dicintai, tapi tidak sebesar yang didapatkan oleh Lucas. Ayahnya jarang menggunakan kekerasan padanya. Pria itu sangat menghargai penampilannya, tapi ada waktu di mana ayahnya sangat marah dan tidak bisa menahan dirinya sehingga memukulnya. Artur bersuka cita dengan pencapaian Maevea, sementara Serena, wanita itu mengikuti Maevea sampai ke kamarnya. "Eve." Maevea yang baru saja mengistirahatkan dirinya di sofa segera melihat ke arah ibunya. "Ya, Bu." "Jangan membuat masalah lagi lain kali. Jika Tuan Rael tidak menerimamu dan malah menyerang keluarga kita maka kita semua akan hancur." "Aku mengerti, Bu." Maevea hanya bisa menjawab seperti itu. "Jadilah istri yang baik untuk Tuan Rael. Apapun yang terjadi pertahankan pernikahanmu dengannya." Serena menasehati putrinya. "Bu, apakah Ibu tidak mengkhawatirkanku?" Maevea hanya ingin tahu tentang itu. "Tidak ada yang perlu ibu khawatirkan tentangmu. Sebelum kau menjalani posisimu hari ini ibu telah melewatinya lebih dahulu. Kau pasti bisa menjalani kehidupan pernikahanmu dengan baik. Ingat ini baik-baik, Eve. Jika suamimu berselingkuh maka itu adalah ketidakmampuanmu." Maevea telah mendengar hal ini berkali-kali dari ibunya ketika dia mengeluh tentang Liam. Dia tahu bahwa ibunya juga menjalani hidup yang sama dengannya, tapi tetap saja dia berharap bahwa ibunya memiliki sedikit pemikiran bahwa putrinya setidaknya tidak harus menjalani kehidupan yang sama dengannya. Namun, kenyataannya ibunya tidak memiliki pemikiran seperti itu. Dia ditekan harus mengikuti jalan yang telah dilalui oleh ibunya. Maevea menerima takdirnya, tapi dia bersumpah bahwa dia tidak akan melakukan hal yang sama terhadap putrinya. Takdir terus menerus seperti ini akan terhenti di dirinya. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD