"Mayla, May!" Ibu mengetuk pintu sambil memanggil namaku. Aku segera membukakan pintu untuknya, karena dari nada suaranya terdengar sangat panik. "Ada apa, Bu?" tanyaku sambil melongok dari balik pintu. "Lusi muntah-muntah. Wajahnya juga ruam-ruam merah, May!" jawab Ibu. Aku keluar dari kamar lalu menghapiri Lusi yang sedang duduk sambil memegangi perutnya. "Kamu kenapa, Lus?" tanyaku pura-pura khawatir. "Pasti kamu yang sengaja ingin meracuni aku kan, May?!" sungutnya sambil berusaha meraih rambutku, akan tetapi aku langsung beringsut menjauh darinya. Lagi sakit aja masih mau nyakitin orang! "Aku, mau meracuni kamu. Ya Allah, Lusi. Pikiran kamu sempit sekali?" Aku menutup mulut dengan tangan, pura-pura syok. "Yang masak kamu sendiri loh. Aku kan tiap