THJ 001 || Kehancuran ku
"Lepaskan aku Max!"
"Diamlah Gia, Leonardo sendiri yang memintaku untuk menemanimu."
"Lepaskan aku sialan!!"
Gia menatap sekeliling dan matanya menangkap sosok seorang pria yang tengah berjalan ke arahnya.
"HELP ME!!"
Maxime langsung membekap Gia kala wanita itu berteriak, Maxime langsung menghentakkan tubuh Gia dan mendorong wanita itu ke dalam apartemennya. Pria itu dengan teganya mencekoki Gia dengan obat tidur.
Gia perlahan mulai kehilangan kesadarannya, ia menatap sosok Maxime yang mulai membuka jas yang ia tengah pakai saat ini. Pikirannya ingin segera pergi dan berlari kala peringatan bahaya begitu kentara di depannya namun tubuh Gia melemah apalagi matanya yang terasa berat hingga akhirnya ia pun mulai memejamkan matanya.
***
Terbangun dalam keadaan telanjang membuat Gia tersentak kaget, air mata langsung terkumpul di sudut matanya saat ini, ia bahkan langsung meraih selimut putih yang ada di bawah ranjang dan membelilitkan ke tubuhnya yang polos.
Dengan tubuh yang bergetar hebat, Gia berusaha meraih ponselnya hendak menghubungi pria yang ia cintai namun saat mengingat pria itu sendiri yang membiarkan Maxime bersamanya membuat Gia mengetatkan rahangnya menahan amarah.
Menghapus air mata dengan sangat kasar dan membanting ponsel itu dengan kasar, Gia lalu menuruni ranjang dan menuju kamar mandi ia tak memperdulikan sosok pria yang tengah tertidur dengan tenang di atas ranjang, Gia memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya berusaha menghapus jejak merah yang ditinggalkan si b******k Maxime di tubuhnya.
Gia meluruhkan tubuhnya dengan air shower yang terus turun, Gia memukul dinding berkali-kali ia bahkan merutuki kelakuan b***t Maxime dan Leonardo, sungguh! Rasanya ia sangat ingin membunuh Maxime namun rasanya ia tak bisa gegabah. Ia harus bisa menahan diri.
Gia keluar dari kamar mandi dengan kain bathrobe di tubuhnya bisa ia lihat Maxime sudah bangun dari tidurnya lalu menatap Gia dengan senyum yang sangat Gia benci.
"Terimakasih Gia, tapi maafkan aku. Aku tak bisa menahan diriku."
"Kau pikir aku tak tau akal busukmu?! Kau sengaja melakukan ini semua bukan?! Kau memang tak beres! Aku akan adukan ini pada Leonardo! Dan percayalah ia akan membunuhmu Max!"
Maxime langsung mendirikan tubuhnya, ia langsung menghentakkan Gia hingga tubuh wanita itu membentur tembok dengan kencang. Maxime mencengkeram dagu Gia dengan kencang.
"Kau pikir Leonardo akan percaya padamu?!"
"Lalu apa kau pikir ia akan biarkan aku hancur di tanganmu?! Kau b******k Max!"
"Well, aku akan bilang kau dan aku melakukan ini karena sama-sama suka. Karena sepengetahuan Leonardo kita saling mencintai."
"Tak akan semudah itu bodoh!"
"Lepas!" lanjut Gia dengan menyentak Maxime namun Maxime justru tertawa kencang dan jujur Gia sedikit takut dengan suara tawa Maxime.
"LEPASKAN AKU MAX!"
"Jangan marah Gia."
"AKU BERSUMPAH AKU AKAN MENGADUKAN SEMUA INI PADA LEONARDO! DAN KAU AKAN MATI DITANGANNYA!"
"Kita lihat saja nanti."
Maxime keluar dari apartemennya menyisahkan Gia dengan rahangnya yang mengetat sempurna. Sungguh Gia rasanya ingin sekali menghajar Maxime namun ia harus lebih sabar ia harus menghubungi Leonardo agar pria itu yang membalas Maxime.
Gia meraih ponsel Maxime yang tertinggal diatas nakas lalu mendeal nomor Leonardo.
"Hallo, ada apa Max?"
"Leo."
"Gia, ada apa? Kenapa suaramu serak? Kau sakitkah? Aku akan mengirimkan sup kesukaan mu pada Maxime nanti."
"Leo, Maxime dia_"
"Tak apa, aku tau dia sangat mencintaimu. Kalau begitu aku tutup dulu yah, Alexa sudah menunggu kau istirahat yang cukup agar kau tak sakit."
"Leonardo!" Gia memanggil Leonardo dengan sentakannya namun itu sama sekali tak berpengaruh karena pria itu sudah menutup sambungan teleponnya sepihak.
Gia berusaha kembali menghubungi Leonardo, namun ponsel pria itu sibuk. Baiklah, kini akhirnya ia merasa sangat sendiri.
"Aku bersumpah kalian harus membayar semua ini! Kalian harus terima akibatnya!"
Gia meraih sebotol vodka dan memecahkannya, tangannya terulur meraih pecahan kaca itu lalu mengarahkannya ke pergelangan tangan kanannya.
Gia benar-benar melukai tangannya sendiri, ia menangis sejadi-jadinya kala fakta menamparnya sangat menyakitkan. Pria yang sangat ia cintai nyatanya mencintai wanita lain, dan dalam keadaan ia yang butuh sosok Leonardo, pria itu justru bersama dengan Alexa.
Sialan sekali bukan?! Ia ingin bersama Leonardo dengan bantuan Maxime namun Leonardo menyalahartikan kedekatannya dengan Maxime bahkan Leonardo membiarkan Maxime yang tengah mabuk pergi membawanya padahal Gia sudah berulang kali menolak namun Leonardo tetap memaksa dan lihat kejadiannya.
Miris, mungkin kata itu cocok untuk digambarkan untuk seorang Giavana Adeslay, ia menangis kembali kala mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Leonardo. Artha-nya sudah mencintai orang lain dan bukan ia wanitanya.
Kesadarannya mulai terenggut dan tubuh wanita itu pun terjatuh diatas lantai dingin apartemen Maxime yang dilapisi oleh karpet bulu.
***
Kembali terbangun dengan harapan sudah berada di surga adalah keinginan Gia. Namun nyatanya saat mata itu terbuka ia menemukan dirinya berada diatas sofa dengan ruangan gelap dan lampu kecil yang berwarna-warni. Gia bangun dari baringannya dan menatap sekitar dengan penuh pertanyaan. Namun saat pendengarannya mendengar sayup-sayup suara Maxime ia langsung berdiri dan kini tangannya pun sudah diperban.
Gia mengintip dari balik pintu dan menemukan Maxime tengah berbicara dengan seorang wanita yang dandanannya sangat menor untuk dilihat, bajunya yang super ketat dan belahan d**a yang sangat rendah sangat membuat Gia berdecak jijik.
Namun saat Maxime berdiri dan berjabat tangan lalu si wanita menyalami Maxime, pria itu pun pergi meninggalkan wanita menor tadi dengan senyum manisnya.
Gia yang melihat Maxime pergi langsung keluar dari persembunyiannya dan berlari mengejar Maxime, namun tangannya ditahan oleh dua orang pria bertubuh besar dan berpakaian serba hitam.
"MAXIME! MAX! TOLONG JANGAN TINGGALKAN AKU! MAX!!" Gia berteriak dengan sangat kencang namun hanya dibalas tawa kencang pula dari si wanita tadi.
Wanita itu berdiri dan dengan sangat perlahan berjalan mendekati Gia dan ia tatap Gia dari atas sampai bawah bak menelisiknya jauh.
"Kenapa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?!" sentak Gia plus dengan pertanyaannya.
"Well, kau milikku sekarang."
"Milik apa maksudmu?!"
"Kau adalah sumber uang ku sekarang sweetie."
"NO!"
"Kekasihmu itu sudah menjualmu dengan harga mahal, dan kau minimal harus bekerja disini selama dua tahun untuk membayar uangku. Jadi sebelum itu terjadi, menurutlah dan kerjalah padaku dengan baik. Kau akan aku perlakukan jadi anak emas jika menuruti perintahku dengan baik."
"AKU TAK SUDI BEKERJA UNTUKMU! LEPASKAN AKU" Gia berontak, ia menatap sang wanita dengan tangis yang menderas.
Sungguh! Gia tak menyangka Maxime akan berbuat sekejam ini padanya. Ia kira Maxime adalah pria baik namun lihatlah, setelah pria sialan itu merebut miliknya yang berharga dan kini Maxime menjualnya ke rumah penuh dosa seperti ini!
"BAWA DIA KE KAMAR DAN SIAPKAN DIA!" perintah si wanita yang langsung di laksanakan oleh anak buahnya.
Tubuh Gia dilemparkan di atas ranjang dengan kencang hingga wanita itu membentur kepala ranjang. Gia langsung berlari dan berusaha membuka pintu yang sudah dikunci oleh dua bodyguard tadi.
Gia membanting apapun yang ada di hadapannya, ia marah dan ia takut ia butuh seseorang untuk menemani dan menyelamatkannya.
Seorang wanita memasuki kamar itu dengan dua bodyguard tadi, lalu kedua bodyguard itu meraih tangan Gia dan mengunci lengannya. Gia hanya bisa menangis kala wajahnya mulai dirias dengan paksa. Wajahnya yang dulu selalu terpoles make up natural kini sudah berubah dan tampak sangat berbeda, bibir pinknya sudah diberi lipstik merah darah dan sungguh Gia tak suka dengan dandanannya saat ini.
Kedua bodyguard itu melepaskan tangan Gia lalu si wanita melemparkan sebuah baju kurang bahan dengan belahan d**a rendah berwarna hitam pekat. Gia kembali menangis kala mendapat perlakuan yang sangat tak manusiawi seperti ini.
Dua bodyguard itu keluar dari kamar meninggalkan Gia dengan wanita tadi. "Ganti bajumu jika kau tak mau, aku akan menggantinya paksa."
"Kenapa kalian lakukan hal ini?"
"Jelas karena ini perintah Madam."
"Lepaskan aku ku mohon."
"Kerjakan saja perintah Madam agar kau selamat dan tak disiksa seperti ini. Aku tau perasaanmu, namun ini satu-satunya jalan untukmu. Lakukanlah agar kau tak menyesal nanti."
"Aku butuh ponsel."
"Tak ada diantara kami yang diperbolehkan menggunakan ponsel ataupun alat elektronik lainnya."
"Apa?!"
"Ini memang peraturannya."
"Sialan!"
"Ganti bajumu dan keluarlah, Madam sudah menunggu."
Gia menatap sang wanita yang keluar dari kamarnya, dengan gerakan lemas Gia mulai mengganti bajunya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Leonardo, aku butuh dirimu. Ku mohon selamatkan aku."
Pintu kembali diketuk dan Gia dengan gerakan lambat berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Astaga anak baruku sudah siap, ayo sudah ada yang ingin bertemu denganmu."
Lengan Gia ditarik paksa menuju sebuah ruangan temaram dengan diiringi dentuman musik DJ. Madam itu menarik tangan Gia dan mereka pun memasuki ruangan itu, Gia duduk disusul dengan sang Madam.
Gia menatap seorang pria yang terlihat berumur 60 atau 70 tahunan. Astaga! Gia bisa gila jika membayangkan akan di bawa oleh pria itu. Sungguh! Gia ingin kabur saat ini juga.
"So, Mr. Kleir ini adalah anak baruku. Bagaimana bukankah ia memukau, umurnya masih sangat muda."
"Ya, harus ku akui semua miliknya sangat menarik untuk dilihat dan dinikmati."
Gia spontan menatap penuh kebencian pada si pria tua yang menatapnya dengan sangat tak sopan. Gia berkali kali berusaha menutupi tubuhnya namun berkali-kali pula ia mendapat tatapan horor dari Madam tersebut.
"Jadi berapa harga yang kau inginkan dariku Madam?" tanya si pria dengan kedipan matanya pada Gia dan jujur Gia sangat benci dengan hal tersebut.
"Well, 5 juta dollar ku lepaskan."
"She's virgin?"
"No, i think no."
"Madam, itu sangat mahal kau gila atau berusaha memerasku?"
"Dia baru dan itu harga untuknya."
"Aku butuh waktu."
"Mr. Kleir ku yakin kau tak akan menyesal memelihara anak emasku ini, percayalah."
"Well, baiklah aku akan memilihnya."
"Bagus!"
Madam itu meraih tangan Gia dan melemparkan tubuh Gia pada si pria, Gia berusaha lepas dari dekapan p****************g itu namun cengkeraman si pria tak bisa lepas dengan mudah.
Gia menatap sekitar pada sang Madam yang tengah bersenang-senang dengan uang yang diberikan oleh si p****************g. Namun dengan kesempatan yang ada, Gia langsung menginjak kaki si pria hingga dekapan itu terlepas.
Gia berlari keluar dari ruangan itu dengan ketakutan yang mendera, Gia berlari dan sesekali bertabrakan dengan orang-orang yang meliukkan tubuhnya di lantai DJ. Gia yang mendengar teriakan bodyguard sang Madam semakin bergetar hebat tubuhnya, ia tanpa melihat ke depan langsung berlari dengan tangannya yang menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya.
Bruk!
Tubuh Gia tenggelam di dalam dekapan seorang pria dengan jas hitam licinnya. Gia mendekap semakin kencang tubuh pria itu tanpa melihat wajahnya. Ia bahkan mencengkeram lengan atas si pria saking takutnya.
"Help me please, please," lirih Gia dengan berulang-ulang.
"Lepaskan dia Sir, ini salah satu milik Madam," ucap Bodyguard itu dengan suara rendahnya.
"Please, please take me out from here. Please Sir."
"Sir, anda tak mendengar kami? Lepaskan wanita itu sekarang juga. Ia sudah ada pemiliknya."
"Please."
Bisa Gia rasakan sebuah lengan balas mendekap punggung bergetarnya semakin mengeratkan pelukannya, Gia merasa nyaman dan aman di dalam pelukan pria itu ia bahkan terus memejamkan matanya mengingat sosok pria yang ia cintai. Sungguh ia berharap dia adalah pria yang telah ia tunggu.
"Sir, anda datang?" tanya sang Madam.
"Maaf Sir, kurasa anda harus melepaskan wanita itu. Ia sudah ada pemiliknya anda bisa mencari anak buahku yang lain yang tentunya tak akan mengecewakan mu."
"Sir, anda dengar aku?"
"Please."
"Berapa harga untuknya?" ucap pria itu dengan suara rendah plus dinginnya.
Gia menengadahkan kepalanya kala suara berat itu mengalir di telinganya. Bukan, ini bukan suara Leonardo ini berbeda. Dan benar saja saat Gia sudah menatap wajah si pria ia membelalakan matanya bahkan ia hampir mendorong si pria kala melihat jelas wajahnya.
"Katakan berapa uang yang harus aku berikan untuk membawanya bersamaku."
"Sir, ia sudah dibeli."
"Katakan saja berapa, aku akan bayar dua kali bahkan tiga kali lipat."
"Sir, anda_"
"Katakan! Atau aku akan tutup bisnis mu!"
"Ia sudah dibeli 5 juta dollar."
"Akan ku bayar 10 juta dollar. Uangku akan datang dengan bodyguard ku setelah aku membawanya pergi. Pegang ucapanku, mereka akan datang."
"Tapi Sir."
"Ku rasa kita sudah sepakat, aku sudah membelinya jadi aku akan membawanya terimakasih atas transaksinya," ucap pria itu dan membalikan tubuh Gia menuju pintu keluar dari bangunan itu.
Benar saja setelah pria itu memasukkan Gia kedalam mobil putih bersihnya, segerombolan orang datang dengan membawa masing-masing dua koper yang Gia yakini berisi uang senilai 10 juta dollar.
Pria itu kembali memasuki mobil, ia menatap Gia dengan tatapan teduhnya lalu ia menaikkan wajah Gia dengan telunjuknya.
"Siapa namamu?"
Gia masih bungkam, ia sama sekali tak tertarik membalas ucapan pria itu.
"Baiklah, aku Don Alfonzo Renzuis. Panggil aku Alfonzo," bisiknya tepat di telinga kanan Gia.
••••