Saling Diam

1231 Words
Anisa hanya diam saja, setelah kejadian cincin imitasi itu. Dia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Namun, Anisa memutuskan untuk bekerja saja agar bisa memenuhi kebutuhannya. "Nisa, maafkan aku. Aku sadar aku salah, aku mencintaimu, Nis," ucap Aldi sore itu saat mereka berdua di dalam kamar. "Kalau kamu mencintai aku, kamu tidak akan membohongi aku, Mas," bantah Anisa kesal dengan sikap Aldi. "Bahkan kamu mempermalukan aku dengan cincin imitasi itu. Mau ditaruh mana muka aku kalau tetangga tahu," kata Anisa. Terdengar suara Lastri memanggil Aldi. "Aldi...!" panggil Lastri sambil berjalan ke ruang tengah. Mendengar suara sang Ibu, Aldi langsung keluar kamar. Aldi mendekati Lastri, mereka terlihat mengobrol serius. Anisa memilih di saja di dalam kamar, dia tidak mau bertemu mertuanya yang menjadi benalu dalam rumah tangganya. "Anisa, keluar kamu!" teriak Lastri sambil meggedor pintu kamar. Anisa segera keluar,dia berharap mertuanya itu tidak mengajaknya ribut. "Ada apa, Bu?" tanya Anisa. " Jadi wanita jangan diami suami kayak gitu, dosa kamu nanti," kata Lastri menyalahkan Anisa karena dua hari ini diam pada Aldi. "Oh jadi anak kesayangan Ibu mengadu? Salah sendiri cincin imitasi di kasihkan aku, bikin malu saja,"banyak Anisa. "Kamu saja yang kurang bersyukur, jadi wanita jangan banyak menuntut,"ucap Lastri. Anis diam saja, dia malas untuk membantah Lastri. Aldi mendekati Ibunya, dia mengajak Ibunya duduk di ruang tamu. "Aldi, Anisa itu tidak bersyukur jadi wanita. Aku jadi kamu sudah tak tingga," ucap Lastri. "Bu, jangan bicara seperti itu. Aku mencintai Anisa dan anak-anak," ucap Aldi merasa tidak setuju dengan ucapan Ibunya. "Terserah, asal jangan merepotkan Ibu saja. Ibu nggak mau repot kalau kamu bertengkar lagi," kata Lastri sinis. Lastri pulang, sedangkan Aldi masuk ke dalam kamar. Tidak ada Anisa, sepertinya Anisa sedang mandi. Aldi mendekati Luna dan Lendra yang sedang bermain. "Bapak marahan ya sama Ibu?" tanya Luna yang sedari tadi melihat Ibunya cemberut. "Bapak sih kurang perhatian sama Ibu, giliran perhatian malah pakai cincin imitasi," kata Luna. "Luna, siapa yang mengajari kamu seperti itu? Pasti Ibu kamu?" tanya Aldi. Luna hanya diam saja dan mendekati Lendra yang sedang bermain. Entah mengapa Anisa diam dan sekarang Luna ikut diam. "Lendra, yuk ikut Bapak naik sepeda motor!" ajak Aldi pada Lendra. Namun, Lendra malah menjauhi Aldi dan memeluk Anisa yang sudah keluar dari kamar mandi. Melihat perilaku anak-anaknya yang menjauhi dia, Aldi semakin tidak bersemangat. Dia merasa Anisa sudah mempengaruhi anak-anak agar menjauhi Bapaknya. Aldi pergi naik sepeda motor, dia tidak pamit pada Anisa maupun anak-anaknya. Aldi pergi ke warung kopi, dia sengaja menghindari Anisa karena malas berdebat. "Mas Aldi, aku dengar cincin Anisa baru ya, tetapi tadi aku lihat kok sudah tidak di pakai?" tanya Bu Nunung yang punya warung. "Mungkin disimpan, Bu," jawab Aldi singkat. Dia tidak ingin membahas masalah cincin itu lagi. "Aku dengar cincinnya imitasi, apa benar itu, Mas?" tanya Bu Nunung. Aldi hanya diam dan minum kopinya yang masih mengepul. "Ahh aah panas," pekik Aldi. Bu Nunung hanya tersenyum melihat tingkah Aldi. Para tetangga sudah tahu jika cincin milik Anisa adalah cincin imitasi. Banyak sekali yang mencibir Anisa, sehingga Anisa enggan untuk keluar rumah. Aldi segera pulang karena sudah mau magrib, dia membayar kopi dan gorengan. Sesampainya di rumah dia langsung masuk ke dalam kamar. Waktunya makan malam, Anisa sudah berada di meja makan bersama Luna dan Lendra. Lagi-lagi mereka hanya diam saat Aldi duduk di kursi makan. "Hanya ini makanannya," kata Aldi. Anisa hanya diam dan asyik menyuapi Lendra. Sedangkan Luna menatap sinis kearah Aldi. "Kalau mau makan enak, beli di warung," kata Luna. "Mau makan enak tapi uang belanja hanya sedikit mana cukup. Giliran bisa makan ayam ada perampas datang," ucap Luna. "Luna, bicara apa kamu," bentak Aldi merasa Luna menyinggung Lastri. "Bocah tahu apa, kalau ngomong sama orang tua dijaga. Kalau nggak bisa jaga omongannya mending diam," kata Aldi kesal. Luna langsung diam, dia tidak lagi berbicara pada Aldi. Anisa merasa Aldi susah keterlaluan karena membentak Luna. "Bisa tidak Mas, kalau ngasih tahu Luna jangan sambil bentak. Itu akibatnya Luna jarang berbicara sama kamu," kata Anisa. "Anak salah begitu, kok dibelain," bentak Aldi. Dia tidak sadar kalau cara dia menegur Luna itu salah. "Kalau kita yang salah, kamu marah. Tapi jika keluarga kamu yang salah kamu diam saja." Anisa menyuruh Luna dan Lendra bermain di kamar. Mereka masuk ke dalam kamar Luna. Aldi masih belum makan, dia enggan makan dengan tahu tempe terus. "Malas aku makan seperti ini, aku makan di rumah Ibu saja. Di sana pasti lauknya enak-enak," ucap Aldi lalu beranjak dari kursi makan. Anisa merasa sedih, Aldi selalu membandingkan makanan di rumah dengan makanan di rumah Ibunya. Jika dia mau makan enak seharusnya dia menambah uang belanja Nisa, bukan malah menguranginya. ** Aldi telah sampai di rumah Lastri, dia segera ikut nimbrung makan malam. Lastri merasa Anisa tidak bisa merawat Aldi lagi, buktinya Aldi makan ke rumah Lastri. "Nisa tidak masak, kok kamu makan ke sini?" tanya Lastri. "Masak tapi cuma lauk tahu tempe, aku bosen. Bu," jawab Aldi sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. "Kamu jadi suami kurang bersyukur,masih mending bisa makan tahu tempe dari pada makan dengan garam," ucap Handoko sinis agar Aldi merasa tersentuh hatinya. "Bapak jangan belain Nisa terus, dia itu sudah nggak becus ngerawat Aldi," bantah Lastri. "Kalau udah nggak bisa merawat Aldi, Ibu saja yang ngerawat Aldi," ucap Handoko ketus."Jelas-jelas anaknya salah malah dibelain, salah siapa Aldi memotong uang belanja Nisa dan diberikan sama Ibu," bantah Handoko. Lastri diam, dia merasa Handoko sudah keterlaluan karena menyalahkan dia. Lastri bangkut dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. Handoko yakin, Lastri marah, namun dia bersikap santai saja. Aldi hanya diam saja melihat orang tuanya berdebat. Dia tidak tahu harus memihak pada siapa. Apa yang dikatakan Handoko benar, semua salah Aldi. Karena Aldi memberi uang belanja sedikit sehingga hanya bisa makan tahu tempe. Selesai makan, Aldi pulang. Handoko tidak ingin putra sulungnya itu terlalu ikut apa kata Ibunya. Karena Lastri selalu menjerumuskan Aldi ke jalan yang salah. Aldi sampai di rumah, dia mencoba membuka pintu kamar. Tetapi di kunci Nisa dari dalam. Aldi sudah memanggil Nisa tetapi tidak kunjung bangun. Aldi ke keruang tengah dan duduk di kursi. Lama sekali Aldi menunggu Anisa bangun. Namun, tidak kunjung bangun. Akhirnya Aldi tiduran di ruang tengah, dia tidur beralaskan tikar. Belum sempat Aldi memejamkan mata, Anisa membuka kamar. Dia keluar membawa bantal dan sarung milik Aldi. "Malam ini dan seterusnya kamu tidur di sini!" perintah Anisa sambil melempar bantal dan sarung milik Aldi. "Tega kamu, Dek," ucap Aldi. Anisa masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Aldi mengalah dan tidur di tikar, dia menyadari jika Nisa sangat marah padanya. ** Pagi sekali Lastri ke rumah Aldi, dia kaget saat tahu Aldi tidur di depan televisi hanya beralaskan tikar. "Nisa, bangun!" teriak Lastri sambil menggedor pintu kamar Nisa. Karena terlalu berisik Luna bangun dan membuka pintu kamarnya yang letaknya bersebelahan dengan kamar Anisa. "Nek, masih pagi. Jangan berisik!" larang Luna sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. Lastri mendekati Luna, dia melotot ke arah Luna. Entah mengapa Lastri marah kepada Luna dan mendorong Luna hingga terkena pintu. Anisa yang baru saja bangun, segera membuka pintu. Dilihatnya Luna sudah terjatuh di lantai dan Lastri di depannya. "Luna...," ucap Anisa mendekati Luna. "Kalau kamu sudah tidak sanggup menjadi istri Aldi, gugat cerai saja Aldi," teriak Lastri. Anisa menolong Luna dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Lalu membaringkan Luna di atas kasur. "Ceraikan Nisa!" perintah Lastri. Seketika Anisa menutup pintu kamar Luna lagi, dia mengurungkan niatnya untuk menemui Lastri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD