Part 10

2489 Words
Maaf kalau masih ada typo yg nyempil:) 10-Just Married? "Wah kakak semangat nih kerjanya. "Pagi hari, Aric melihat kakaknya yang sudah bersiap bekerja dan tengah memeriksa tas selempangnya yang warnanya pun sudah lusuh. " Iya, Dek. Kakak sudah siapin makanan, enak banget nih ulangan masuk siang jadi bisa tidur kesiangan. "Amanda tertawa renyah dan mengacak-acak rambut adiknya gemas. Aric baru saja bangun tidur dan belum mandi bahkan rambutnya naik ke atas semua alias jabrik. " Hehe iya kak, makasih banget. "Aric tersenyum lebar kemudian ia mencium punggung tangan kakaknya dan mengantar kakaknya sampai di depan gang. Kali ini Amanda bisa merasakan hirup udara bebas tanpa bayang-bayang dekolektor yang suka memburunga dan pernah memukuli tubuhnya. Mengingat itu seperti mimpi buruk selama ia hidup dan menjadi tulang punggung keluarga. Kekerasan fisik hanya bisa dirinya pendam tanpa sepengetahuan keluarganya dan yang tau hanyalah sahabatnya yakni Freya. Amanda melangkah kakinya gontai menuju halte bus. Selanjutnya, Amanda menaiki bus tepat beberapa menit ditunggu bus tersebut datang. Tak butuh waktu yang lama, Amanda sampai di perumahan elit dan hanya beberapa langkah saja Amanda sekarang berdiri di depan pagar berwarna hitan menjulang tinggi sertai kawat berduri letaknya diujung atas pagar tersebut. "Mbak Amanda ya? "tanya salah satu seorang satpam menghampiri Amanda. " Iya, Pak. "Amanda menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. " Kartu namanya silahkan ditempel di sini mbak. Oh ya nama saya Endru. "Pria paruh baya itu membantu mengarahkan Amanda yang belum mengerti sampai mengerti semuanya. " Terima kasih, Pak Endru. Saya duluan ya. " " Sama-sama, mbak Amanda. Fighting! "Tangan Endru meninju ke udara, saling menyemangati satu sama lain saat bekerja ternyata sudah menjadi kebiasaan mereka Rumah Alden masih beberapa meter lagi, memang rumah begitu luas ditambah ada dua jalur yaitu masuk dan keluar. Ketika masuk ke dalam perkarangan rumah Alden, terdapat jalan berbenruk yang U dan di tengahnya terdapat air terjun. Di sebelah kanan dan kiri pula dihiasi berbagai jenis taman bunga dan tanaman segar lainnya bahkan ada pohon beragam buah itupun juga ada di halaman belakang. Sambil berjalan, Amanda menikmati pemandangan yang menyehatkan matanya dan seketika pikirannya begitu tenang sekali seakan lupa ia berada di mana sekarang. "Serasa berjalan menuju Surga, "ujar Amanda. Namun saat Amanda mulai menginjakkan teras rumah, terdengar suara klakson mobil yang sudah ia tebak itu milik siapa. Lantas Amanda menoleh ke belakang dan benar dialah Alden baru saja keluar dari mobil sekarang berjalan santai. Amanda yang merasa Alden ialah majikannya itu menoba membuka pintu dengan cara menepuk kedua tangan namun tepukan tangannya tak membuat dua pintu itu terbuka. "Kok gak buka-buka ya? "Amanda mengernyitkan dahinya bingung dan tetap menepuk kedua telapak tangannya berulang kali. Terdengar suara tepukan keras dari sebelahnya, Amanda melongo melihat pintu itu terbuka otomatis dan Alden lah yang membuatnya terbuka. " Lhah kok aku gak bisa ya? Apa itu buat dia saja kah? "Sibuk berpikir, Alden sudah masuk ke dalam rumah mendahuluinya dan pintu itu kembali tertutup rapat. Amanda yang menyadari itu memekik panik dan mencoba membuka pintu dengan cara didorong tapi pintu itu seperti terkunci. Di tengah dilanda kepanikan, sosok pria bertubuh kurus menyuruh Amanda diam. "Oh asistennya, "gumam Amanda yang memberi tempat pasa pria tersebut. " Caranya mudah, Nona. Cukup tekan tombol ini dan didorong saja terus terbuka deh, "ujar pria itu memberitahukan cara membuka pintu rumah sultan itu dengan benar. " Terima kasih--"Amanda kebingungan karena tak mengetahui nama pria yang sepertinya lebih muda darinya. "Sama-sama nona, saya Roydra biasa dipanggil Roy. "Pria itu peka apa yang dipikirkan Amanda lalu pria bernama Roy itu mengulurkan tangannya di hadapan Amanda. " Saya Amanda, salam kenal kak. Jangan panggil nona, panggil saja mbak hehe. " " Iya. Silahkan mbak lebih dulu yang masuk. "Roy membungkukan tubuhnya sedikit dan tangannya mengarah ke rumah yang sudah terbuka lebar. " Emm baiklah. "Amanda tersenyum kecil dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah megah tersebut. " Ngeselin emang ya si pak Deden itu. "Amanda mencebikkan bibirnya kesal, bisa-bisanya dirinya ditinggal begitu saja oleh Alden. " Siapa yang kau panggil pak Deden? Disini tidak ada yang namanya Deden. " " Ya pak Al--eh ibu, emm bukan apa-apa tadi. "Amanda memutar pandangannya ke samping dan terkejut melihat sosok Iris ada di rumah. 'Datang jam berapa yah ibunya Alden? Udah rapi juga pagi ini'---batin Amanda. " Mama! "teriak seorang anak perempuan bersuara cempreng mendekat ke arahnya. " Jessi. "Amanda menghampiri Jessi yang berjalan pelan karena kakinya masih terasa agak linu. " Udah mandi pagi banget mandinya? "Amanda menjajarkan tinggi tubuhnya debgab tinggi tubuh Jessi yang mungil seperti anak usia 4 tahun. " Udah dong, nanti mau ngantelin oma sama opa ke sulabaya. Mama ikut yah. "Jessi sudah berada digendongan Amanda saat ini dan Amanda mengajak Jessi untuk duduk di ruang tamu sedangkan Iris pergi keluar rumah. "Ke Surabaya?" "Iya ke Lumah sodala disana telus bebelapa hali kemudian ke lual negeli, ke Italia di lumahnya paman Jessi. Jessi pingin ikut tapi gak dibolehin. "Jessi memajukan bibirnya dan menghembuskan napasnya kasar. " Kan Jessi masih sekolah. " " Iya hehe. "Jessi cekikikan lalu ia memeluk Amanda erat. " Mangkanya Jessi ingin Mama ada disini dan tinggal disini gitu jadi Jessi ada temennya. " " Iyaya, mama ada disini kok. " " Kopelnya mama ada dimana? " " Nanti malam tan-eh maksudnya mama bawa ke sini. " " Kok nanti? Kenapa gak sekalang aja? "tanya Jessi bingung. " Mama belum sempat menata baju, nanti ya Jessi sayang. Soal itu mah gampang. "Jessi tersenyum lebar sampai menyipitkan matanya kala Amanda mencubit pipinya. " Jessi sudah sarapan? " " Sudah, tapi tapi Jessi sebenelnya pengen disuapin Mama. "Jessi merubah wajahnya murung. " Nanti kan ada makan siang, nanti disuapin sama Mama deh kan seterusnya mama akn tinggal disini pastinya Jessi mama manjain. " " Yeye! "teriak Jessi gembira dan bersemangat. ... " Coba kita istirahat di hotel aja pak!"suruh Alden pada sopirnya selepas mengantarkan kedua orangnya di Surabaya. Alden yang melihat putrinya sedang tidur sangat pulas dipangkuan Amanda pun tak tega. Berulang kali Alden mencoba memindahkan Jessi ke pangkuannya tapi Jessi dengan erat memeluk tubuh Amanda, mengodenya tak mau dipangku olehnya. Akhirnya Alden berinsiatif istirahat di hotel saja dalam beberapa waktu saja agar putrinya lebih nyaman tidurnya. "Baik Pak, "jawab sopir pribadinya sekaligus asistennya ialah Roy. Roy pun mencari hotel yang biasa dikunjungi oleh majikannya. Amanda merasa tubuhnya begitu capek ditambah memangku Jessi dalam perjalanan yang cukup panjang. Kepala Amanda pening karena dilanda mabuk perjalanan, ia sedari tadi merasakan mual namun tidak sampai muntah. "Bapak ada minyak kayu put*h? "tanya Amanda pada Alden yang bersantai ria di sebelahnya. " Tuh! "Alden menunjuk hanya dengan dagunya saja ke depan. Amanda pun meraih minyah kayu put*h ditangan Roy yang mengambilkannya. Tak lama kemudian sampailah mereka di salah satu hotel bintang ljma di Surabaya dan Alden langsung memesan hotel dengan mudahnya. Bahkan pegawai resepsionis hotel tersebut sangat hapal betul pada sosok Alden yang sering menginap disini. "Istirahat sebentar aja di hotel bintang lima gini, wah wah sayang banget buang-buang duit. "gumam Amanda seraya bola matanya tak berhenti bergerak ke sana ke mari demi melihat begutu mewahnya hotel tersebut. Sekarang mereka bertiga menuju ruang kamar yang telah dipesankan oleh Alden dan Jessi berada di dalam gendongan Alden kali ini. Setelah berada di dalam kamar barulah Alden menunjukkan kamar yang ditempati sementar oleh Amanda dan Jessi sedangkan Alden di kamar lainnya. "Jaga putriku!"pesan Alden sambil tangannya mengambil selimut dan menyelimuti Jessi. "Iya, Pak. "Amanda menganggukkan kepalanya sedikit. Alden pun keluar dari kamar mereka dan kini menuju kamarnya. " Ah aku juga ngantuk lama-lama."Amanda menguap lebar lalu ikut tidur bersama Jessi, wanita itu memeluk Jessi dan mulai memejamkan kedua matanya. ... "Ayo kita ke bawah, makan malam. "Alden mengetuk pintu yang ditempati putrinya dan Amanda berulang kali. " Iya Pa! Bentar yah, Mama masih mandi! "teriak Jessi dari dalam. " Yaudah. "Alden memutuskan menunggu mereka bersiap di ruang tamu sambil mengerjakan pekerjaannya yang bisa dikerjakan melalui ponselnya. Selesai sudah mereka berempat makam malam, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang namun disaat keluar dari restoran hotel tersebut tiba-tiba saja ada salah satu orang menyeletuk saat melintas di hadapan mereka. "Istrinya lusuh, suaminya ganteng. " " Oh yaya. " " Istrinya kok gembel banget. " " Gak pantes ih masak suaminya rapi gitu, istrinya gak merawat diri. " " Mana pelakor dimana-mana. " " Ah mungkin dia istri ke berapa gitu. " " Iya ih, bikin malu suaminya deh. " Hinaan demi hinaan mereka lontarkan pada Amanda, Amanda menundukkan kepalanya melihat penampilannya jauh sangat jauh dari kata mewah dan memakai tas selempang yang sudah lusuh bentuknya. Apalagi Amanda berdiri di samping Alden dan Jessi memanggilnya mama padanya. Jelas saja mereka mengira Alden dan Amanda sepasang suami istri alias keluarga kecil. Lalu disaat Jessi sedang digandeng Alden, Amanda memilih berjalan di belakang mereka dengan jarak beberapa meter karena ia tak mau mempermalukan Alden di depan orang-orang yang melewatinya. Sedangkan Alden pun tadinya sekilas melihat wajah Amanda yang sedih setelah mendengar hinaan dari beberapa orang. "Papa, Mama mana? "tanya Jessi yang baru sadar kala Amanda tak ada di sampingnya. Jessi terlalu sibuk menjilati lolipop yang baru kali ini diperbolehkan oleh Alden. Alden terdiam dan langkahnya ikut berhenti saat Jessi mulai merengek. " Jessi, mama ada disini. "Amanda tergopoh-gopoh menghampiri Jessi yang mencarinya dengan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. " Hiks hiks jangan tinggalin Jessi. "Jessi memeluk Amanda dan tubuhnya bergetar ketakutan. Alden tertegun melihat putrinya yang seolah tak mau jauh dengan Amanda bahkan sampai menangis dan membuang makanannya asal membuat Alden yang membuang lolipop Jessi. Di basement hotel, mereka bertiga pun langsung masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Roy. Alden menatap Jessi yang sudah tersenyum dab tertawa lebar saat Amanda menghiburnya. Pria itu teringat dulunya Jessi suka rewel dan sangat sulit ditenangkan namun semenjak adanya Amanda, anaknya berubah sangat drastis dan raut wajah sedihnya yang sering ia lihat sekarang berganti menjadi raut wajah kebahagiaan. Tentu saja Alden sebagai sosok figur ayah sekaligus ibu sejak Jessi lahir di dunia ini sangat merasa ikut larut melihat Jessi bahagia selalu. Amanda menoleh ke samping dirasa ada yang memperhatikannya, ternyata Alden sedang memandang Jessi. "Pak kita langsung pulang saja? "tanya Roy pada Pak Alden. " Pak Alden. "panggil Roy sekali lagi hingga akhirnya Alden sadar karena Amanda menepuk keras ke pundaknya. " Maaf ya pak. "Amanda tersenyum kecil dan mengangkat dua jarinya. Alden menatap datar ke wanita lalu pandangannya beralih ke depan. " Mall. " " Oke Pak. " " Papa kita ke Mall? Jessi minta mainan boleh? "tanya Jessi pada Alden. " Jangan banyak-banyak! " " Iya Pa."Jessi mengangguk antusias. 'Enak sekali ya jadi orang kaya, tapi kalau aku jadi orang kaya juga gak mau buang duit. Cukup uangnya bisa buat beli makan dan kebutuhan hidup lainnya'--batin Amanda. Setiba di Mall, mereka bertiga berjalan memasukki Mall dan Amanda mulai memilih berjalan di belakang Alden. "Mama jalan disini, kok di belakang? "tanya Jessi sambil menarik tangan Amanda agar berjalan di sebelah Alden. " I-iya. "Amanda melirik Alden sekilas, pria itu seolah merasa biasa saja namun Amanda merasa bersalah pada Alden karena ia merasa membuat papanya Jessi itu malu. ... " Kau pilihlah baju disana sama Jessi! "suruh Alden pada Amanda. " Papa beliin baju Jessi? Yeay belanja baju! Ayo Ma, kita pilih baju yang bagus! "ajak Jessi tak sabaran. " Pak--" "Belilah, kau mau buat aku malu? "sarkas Alden membuat Amanda pun mengangguk malas. Amanda memilih baju yang nyaman dan cocok untuk Jessi. " Ma, Jessi mau warna ungu itu! "tunjuk Jessi ke arah belakang Amanda. " Oh yang ini, tapi kayaknya ini kekecilan. "Amanda meletakkan baju itu di depan tubuh Jessi. " Kecil? Tapi Jessi suka sama ini. "rengek Jessi. " Bentar ya, mama nanyain ke pegawainya." Selesai sudah membeli baju untuk Jessi sekarang giliran Amanda yang memilih baju. Sosok Alden tak jauh dari mereka dan tetap mengawasi gerak-gerik Amanda. Dimata Alden, Amanda adalah gadis biasa, suka antusias terhadap hal-hal yang kecil, wajah Amanda juga terbilang cantik, orangnya polos dan yang membuat Alden geregetan ialah suka bertanya beberapa kali sampai harus yakin baru diam padahal itu sikap yang tak disukai oleh Alden sendiri bahkan karyawannya yang dulunya pernah memiliki sikap seperti itu, ia pecat secara langsung. Alden menghela napasnya pelan kemudian melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. "Lama sekali. "Decak Alden, ia mendongakkan wajahnya dan menyapu sekitar mencari keberadaan Amanda. Ternyata Amanda masih sibuk memilih baju dan sekarang pun berpindah cukup jauh. " Sebenarnya dia nyari apa sih? Tinggak milih baju doang susah sekali. "Alden yang merasa ini terlalu membuang-buang waktunya, akhirnya memutuskan menghampiri mereka dengan raut wajah kusam. " Kau itu lama sekali! "tegur Alden setelah berada di depan Amanda. " Emm pak, boleh cari yang lain? Kalau bisa bukan disini tempatnya. " " Kenapa? "tanya Alden bingung. " Ini terlalu mahal, kaos aja harganya 200-500 ribu apalagi celananya juga. "Amanda meringis mengetahui harga pakaian disini, dia juga menunjukkan label harga ke arah Alden. " Ya emang harganya segitu. "Alden memutarkan bola matanya malas. " Ini mahal sekali, bisa nyicil buat bayar kontrakan. " " Haduh. "Alden merasa sebal pun memilih sepasang baju dan celana asal yang penting sekilas cocok pada tubuh Amanda. Bertepatan dengan itu Jessi yang semulanya keluyuran kini menghampiri Alden dan Amanda dengan didampingi seorang pegawai disini. " Mama, ini ada baju buat Mama pilihan Jessi. "Jessi tersenyum lebar dan tangan mungilnya meraih sebuah dress berwarna biru pastel ditangan pegawai tersebut. " Namanya dress, Sayang. "pegawai itu meralat ucapan Jessi yang salah. " Iya ituh dless namanya. "Jessi cekikikan. Amanda reflek menerima dress ditangan Jessi mengetahui Jessi akan menjatuhkan dress itu karena tidak kuat membawanya. " Wah cantik sekali, "gumam Amanda memuji dress yang dipilihkan oleh Jessi sendiri. " Yeee Mama suka. " Alden mengulas senyum tipis menatap putrinya yang berteriak kesenangan, memang bakat fashion darinya turun menurun ke Jessi bahkan Jessi juga sudah pandai menggunakan make up dan pastinya make up berbahan yang bagus untuk anak anak meski tak dipakai setiap hari. "Harganya. "Amanda menatap sendu harga yang tertera di dress yang sangat menghipnotis dirinya dengan desain yang sangat unik dan hiasan mutiara yang begitu menambah keanggunan dress yang dibawa ditangannya. " Mbak ambil ini. "Alden menyuruh pegawai itu mengambil dress ditangan Amanda yang berarti Alden membelikan Amanda. " Pak harganya--" "Kau mau buat putriku sedih? " " Ah tidak Pak, saya hanya merasa tidak enak karena harganya begitu mahal. " " Kau dipanggil Jessi mama, kau juga berdiri di sebelahku. Kau mau buatku malu? "Pertanyaan Alden begitu menyakiti hati Amanda, walau begitu Amanda tetap tersenyum. " Maaf sekali lagi pak, saya buat malu bapak. "Amanda mengangguk sekali kemudian pergi dari hadapan Alden. Tak hanya membelikan baju saja, Alden menyuruh pegawai itu untuk mempoleskan make up tipis kepada Amanda setelah Amanda mengganti pakaiannya dengan dress hasil pilihan Jessi. Amanda menurut saja apa yang diminta Alden sebab Alden telah membelikannya dress semahal ini. "Cantik, "ucap Alden tak sadar. " Apa pak? "tanya Amanda karena ia sekilas mendengar sebutan cantik dari mulut Alden disaat Alden memandangnya dari bawah ke atas. " Apa sih! Aku memuji anakku ini yang cantik. "Alden malah menatap kesal ke arah Amanda lalu berjalan lebih dulu menuju parkiran Mall. " Lho gimana sih? Kok malah dia yang marah, mana Jessi gak ada disini kok."Amanda kebingungan dan tak mengerti sikap Alden yang tiba-tiba saja marah padanya padahal tujuannya bertanya tadi, apakah Alden bicara sendiri atau mengajaknya mengobrol. Jessi memang sudah lebih dulu ke mobil bersama Roy yang tadinya membawakan mainan baru dibeli oleh Jessi. "Benar-benar aneh sekali si duda itu. "gumam Amanda. " Huft, sabar sabar." ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD