Pagi hari ketika aku membuka mata, Regarta masih memelukku. Aku menggeser pelan-pelan tubuhku agar tidak membangunkannya. Aku menatap wajahnya yang masih lelap itu dengan perasaan campur aduk yang sulit aku jelaskan. Punggungnya terluka karena berusaha menyelamatkan perusahaan nenek. Kakinya luka-luka dan sekarang mulai terlihat agak bengkak demi membelikan aku plester Haid. Aku berpikir cukup lama setelah mengamuk, mungkin laki-laki ini menyebalkan, tapi dia melakukan segalanya untukku, kekuarganya dan keluargaku juga. Ketika aku membuka ponsel, ada pesan dan Mom. Aku baru tahu yang menyerempetnya ternyata mobil Dad. Aku mendesah, lalu bangun dari tidur sambil menahan nyeri perut yang masih terasa. Masih pukul tujuh pagi saat aku melihat jam dinding. Tapi aki tidak yakin bisa masuk k