2. PRETEND

782 Words
Erangan kepuasan terdengar mengerikan bagi Rose namun dia harus terus berpura-pura melayani Jordan dengan baik agar semua berjalan mulus. Tangan Jordan terus bermain di lekuk tubuhnya. Tidak ada getaran aneh yang menjalar ditubuh Rose selain rasa ingin membunuh Jordan. Selama bertahun-tahun Rose melayaninya tidak sekalipun Rose merasa ikut puas bercinta dengan Jordan. Setelah menumpahkan rasa kepuasannya itu Jordan melumat rakus bibir Rose dan menepuk b****g seksi itu untuk duduk dipangkuannya. "Kau semakin pintar saja," ucapnya dan Rose tersenyum manis. "Aku akan memberikan kado untuk ini." Rose mengecup bibir Jordan dengan terpaksa. "Apa itu," tanya nya terlihat sangat bahagia. "Kali ini bukan hanya adik dan ibu mu yang akan mendapat perlakuan baik dari ku, tapi juga dirimu. Anggap saja hadiahku karena kau semakin pintar sayang." Jordan mengecup lagi bibir Rose sambil tangannya bermain di kedua p****g Rose. "Katakan apa itu?" Rose sedikit menekan suaranya agar Jordan tahu kalau dia seolah terbuai dengan permainan Jordan. "Kau tidak sabaran hem," kata nya lalu menelungkupkan tubuh Rose menjadi menungging dan Jordan kembali bermain dengan Rose. Hingga dia merasa lelah dan terduduk di sandaran tempat tidur itu. "Aku akan membiarkanmu ikut kemana pun aku pergi. Kau adalah nyonya di rumah ini dan kau juga bisa pergi kemanapun kau mau." Rose terlihat sangat bahagia dia duduk dan tersenyum lebar. "Dengan satu syarat Rose. Berlaku lah sebagaimana istriku, semua pengawalku akan terus mengikuti gerak-gerik mu. Jadi jika kau mencoba macam-macam Ibu dan adik mu akan ku penggal." Rose mencoba tersenyum sebaik mungkin, dia memeluk tubuh Jordan lalu memainkan jemarinya diatas perut pria itu. "Bagiku tidak ada lagi kehidupan luar. Aku akan tetap disini bersamamu. Aku milikmu." Rayu nya membuat Jordan percaya namun tetap sangat awas. "Hanya saja aku ingin bertemu ibu dan adik ku. Aku sangat merindukan mereka." "Kau akan mendapatkan nya nanti. Ah ya aku ingin bertanya, apa kau tidak marah aku membunuh ayah mu?" "Tidak!" Jawab Rose cepat dan tegas. "Perlakuan Ayah tidak jauh lebih baik daripada aku berada disini terperangkap denganmu." Jordan percaya dengan semua ucapan Rose yang mengelabui nya. Tapi Rose tahu ini hanya awal dari permainannya. Saat Jordan tertidur Rose menuju kamar mandi, menghidupkan shower dan terduduk dilantai. Dia berharap air yang jatuh ke tubuhnya mampu mengangkat rasa jijiknya setiap dia melayani Jordan. "Aku terpaksa. Aku terpaksa...aku terpaksa...." Isak nya tertahan dengan menggigit lengannya sendiri. Rose menumpahkan airmata itu, hingga dia merasa kedinginan dan membalut tubuhnya dengan bathrobe. Dia berbaring di dalam bath tub sehingga besok pagi Jordan hanya tahu kalau dia sedang mandi. Begitu setiap malamnya dan Jordan percaya saja. Jika tidak Rose akan terlebih dulu bangun dan keluar kamar seolah tak terjadi apapun. Ini adalah tahun ke empat dia menjadi tawanan spesial Jordan. Dia sudah mendapat akses keluar kamar terkutuk ini, maka dia akan terus berusaha bebas dari Jordan. *****     Pagi menjelma, suara burung membuat senyuman Rose terbit bagai bulan sabit membuat seorang pemuda yang melihatnya sedang berdiri di jendela ikut menyunggingkan sedikit senyuman yang nyaris tak nampak. Rose membalik tubuhnya saat Jordan memanggil. "Ya aku disini." Jawab Rose tersenyum dan Jordan juga begitu. "Ayo kita sarapan." Pertama kalinya bagi Rose makan diluar kamarnya selama ini. Beberapa pelayan bahkan melihat Rose dengan takjub. "Mulai sekarang semua urusan mansion ini aku serahkan kepada kekasihku jadi kalian bisa meminta persetujuannya untuk menu makanan dan apapun itu. Tapi satu permintaanku, jika dia kabur dari sini maka kalian semua akan aku penggal." Rose hanya mampu tersenyum menanggapi itu semua. Lalu dia mulai makan mengikuti Jordan. Pagi ini dia akan ikut bersama Jordan menemui kolega bisnis senjatanya. Dia akan dipamerkan Jordan sebagai kekasih dari pria tua itu. Saat lamunan Rose berkelana sebuah suara menyadarkannya. "Ah maaf Mr. Docki ini darurat jadi saya memilih menemui anda saat ini." Pria itu tampak melihat sekilas seorang wanita dengan gaun berwarna biru muda. Memiliki kulit mulus bagai porselen, bibir yang penuh dan menggoda dan oh mata wanita itu sungguh sangat indah. Tajam juga memiliki bulu mata yang lentik. "Maafkan saya Mr.Docki. Kabar penting bagi anda adalah salah satu kapal yang kita pakai untuk membawa beberapa senjata ke rekan kita saat ini sedang berada di tangan orang lain. Mereka membajak kapal itu dan ya anda tahu sendiri." Ujarnya memberikan sebuah foto yang dia dapat. Jordan membanting meja membuat Rose terkejut. "Rose kembali ke kamarmu, aku akan membahas masalah ini dengan Rick." "Tapi bukankah kita akan pergi?" "ROSE !" Bentak Jordan dan Rose mengangguk. Dia meminum jus nya lalu pergi dari sana. Sekilas Rose kembali menatap pria yang sedang berbicara dengan Jordan itu lalu dia benar-benar pergi dari ruang makan itu. Rick bisa melihat memar biru bekas gigitan di lengan Rose, dia menerka-nerka apa yang sudah terjadi namun dia kembali tidak ingin perduli. Itu adalah urusan Jordan dan kekasihnya itu pikir nya. TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD