Bab 13. Makan siang

1067 Words

Happy Reading Aroma kopi robusta yang baru diseduh memenuhi ruangan kafe sederhana itu. Maureen menghirupnya dalam-dalam, menikmati aroma yang menguar istimewa. Di hadapannya, Rafka duduk dengan senyum tipis, matanya mengamati Maureen dengan penuh perhatian. Maureen merasakan jantungnya berdebar kencang, seperti burung yang terbang bebas di dalam dadanya. Ia merasa gugup, tapi juga bahagia. Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan dan membersihkan diri, akhirnya mereka bisa duduk santai di kafe, hanya untuk sekedar menongkrong dan mengobrol. Terlihat raut wajah Rafka begitu bahagia ketika dihadapannya ada Maureen, gadis yang ia cintai. “Gimana dengan pekerjaan kamu?” tanya Rafka memulai pembicaraan lebih dulu, suaranya lembut dan menenangkan. Maureen menoleh, menatap ke arah Rafka d

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD