Suara Alex terus terngiang di kepalaku. Seharian setelah meeting aku hanya melamun mengingat setiap kejadian yang berlalu. Restaurant tampak ramai, tapi aku merasa kesepian. "Kenapa kamu lakukan ini?" Alunan suling sedikit menenangkan perasanku, tapi tak mampu mengalihkan pikiran dari Alex. "Ana." Aku menoleh lalu melambaikan tangan pada Rey. Ia bergegas menghampiri lalu duduk di dekatku. "Capek,ya?" "Iya, aku sudah capek dengan semuanya." "Ana aku ingin sekali membantumu, tapi aku sudah berjanji tidak memberitahu apa pun. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat Alex." "Rey, aku cuma ingin tahu bagaimana keadaan Alex. Aku mengkhawatirkan dirinya. Kalau bukan orang ketiga alasan kami berpisah terus apa? Tidak cocok lagi? Itu konyol," sahutku. "Ana, tunggu sedikit lebih lama sampai Alex s