Malamnya, saat sedang sendiri di kamar tidur mewah dan megahnya, Reagan kembali menelepon Eleanor. Ia tidak kuat menahan rindu yang kerap membuncah. Namanya orang jatuh cinta, yang ada di angan hanyalah si dia yang membuat hati berbunga-bunga. Video call dilakukan, menanti jawaban dari seberang. “Selamat malam, Tuan Reagan,” jawab Eleanor nampak tersenyum datar. Nada suaranya pun tidak sehangat tadi sore ketika mereka melakukan video call pertama. Reagan jelas merasa perbedaan ini, “Ada apa? Ada masalah dengan ayahmu?” “Tidak ada, Tuan,” geleng sang wanita, tersenyum singkat, kemudian menunduk lagi. “Ayah baik-baik saja.” Helaan napas panjang berembus dari bibir mafia muda, hati mengumpat, ‘Fvck! Pasti dia begini karena tadi tiba-tiba Malika masuk ke dalam ruangan!’ Menghirup udara