Daya ragu saat tiba di depan warung kopi yang lumayan ramai, dirinya tidak melihat Boy di sana. Seorang pria paruh baya menyapanya dan bertanya, apa yang ingin ia beli di warung kopi itu. Daya menggeleng kecil, hingga seorang perempuan yang biasa dipanggil mbak Ijah melongokkan kepala dan berseru saat melihat Daya. “Ya, sini!” Ia melambaikan tangannya pada Daya. Daya mendekat ketika mbak Ijah memutari meja tempat para pelanggannya makan dan segera menghampiri Daya sambil memeluknya. “Ya ampun Ya, elu kemana aja?” Daya meringis dan menjawab pertanyaan khawatir mbak Ijah dengan sedikit menyembunyikan tempat ia tinggal. Setelah memastikan bahwa Daya datang sendiri, mbak Ijah sedikit mendorong punggung Daya untuk memasuki pintu kecil yang tersedia di warungnya. Di balik pintu itu terdapat