Safira, dan Safiq makan dalam diam. Tak ada yang bersuara, hingga mereka menyelesaikan sarapannya. Sakti turun dari atas. "Kalau sudah selesai sarapannya, Ayah tunggu di ruang kerja Ayah," kata Sakti. Safira, dan Safiq mengangguk. Sakti duduk di belakang meja kerjanya. Safira, dan Safiq duduk di hadapannya, dengan meja kerja Sakti sebagai pembatas di antara mereka. "Ada yang ingin Ayah sampaikan pada kalian berdua," Sakti berhenti sesaat. "Ini sebenarnya keinginan Bunda kalian." "Katakan saja, Ayah," kata Safiq. "Siapkan hati kalian mendengarnya, karena Ayah rasa, permintaan Bunda kalian ini bukanlah hal yang mudah, untuk kalian kabulkan," kata Sakti panjang lebar. "Apa sih, Ayah? Jangan buat deg degan, Ayah," pinta Safira. Sakti kembali menarik nafas berat. "Bunda kalian minta