HONEYMOON VIBES

1059 Words
"Dalam mimpi pun tidak akan pernah seperti itu!" "Gila, aku benar-benar makin gila dibuatnya!" Karena memang Rizki tahu hubungannya dengan Danita tidak akan berjalan seperti suami istri yang menikah berlandaskan cinta dan karena keduanya memang saling mengikat janji. Mereka ini berbeda. Ada asas kepentingan saat mengikat janji. Makanya dia tak suka cara Danita bercanda padanya. "Hahaha!" "Apakah dia tidak tahu cara untuk bersikap lebih profesional?" makanya Rizki kesal melihat Danita yang menganggap ini lelucon. "Apa yang salah? Aku kan istrimu, Nyonya Fadhlan Umar!" "Jangan menyebut itu lagi! Kau membuatku merinding jijik!" "Hahaha!" makin menggelegar tawa Danita melihat kesengitan Rizki. "Ini karma untukmu Rizki! Gak nurut sama orangtua, tetep bodoh menjalankan rencana ini!" omel di hati Rizki. Danita jadi makin mengesalkan untuknya. Lihat saja bagaimana dia menertawai Rizki saat ini sampai memerah wajahnya dan tangan Danita diperutnya menahan sakit perutnya karena geli. Bagaimana Rizki tak ngedumel? Bukankah mereka harus fokus pada perjanjian mereka? Kesal sendiri Rizki. "Sudah puas tertawa?" Tapi Rizki penjagaannya cukup baik. Dia tidak sama sekali tertawa. Dia masih menatap Danita serius dengan posisinya yang berdiri sambil melipat kedua tangannya bersedakep. "Point to remember that super important for you based on the agreement, I am the one and the only one who have the ability to grant you an order and no right of you to reject the will. You got the point, don't you?" Memang Danita ini adalah wanita yang otoriter. Lihatlah bagaimana dia bicara dengan Rizki selayaknya seorang bos. "Tidak, aku tidak mengerti bahasa Inggris!" "Hahahal silly you!" sindir Danita. "Meski kau membenciku dan tidak suka mendengarkanku bicara dengan bahasa Inggris, tapi sayangnya kau tidak punya hak di sini untuk mengaturku! Kau sudah baca poin perjanjian kita kan?" sindir Danita lagi. Yah, memang dialah the Alpha Female saat ini. "Terserah kau sajalah! Tapi aku hanya ingin mengingatkan di sini tentang kontrak perjanjian kita kalau kita tidak menikah serius!" "Dan aku berdiri di sini menatapmu tujuanku hanya satu. Aku ingin menanyakan kau ingin membuat rencana balas dendam apa? Bukankah kita harus membicarakan ini?" "Hahaha! Jadi kau ingin langsung pada pembahasan inti tanpa foreplay on the bed?" "DANITA!" "Hmm, lower your voice, honey!" "Rizki namaku!" "Hahaha jangan terlalu kaku sayang!" Rizki tidak menjawab. Dia hanya berdiri dengan pandangan matanya menjurus pada Danita dan kedua tangannya masih bersedakep menahan gemuruh di dadanya. Seakan-akan ingin menunjukkan bahwa dirinya juga patut untuk diperhitungkan, Rizki tak mau merespon. "Ssh, kalau melihat sikapmu yang seperti ini aku kadang-kadang tidak yakin kalau kau adalah orang miskin. Kadang kau terlalu angkuh dan sulit. Tapi kalau melihat rumahmu dan keluargamu serta kepolosan ayahmu, memang tidak mungkin kau adalah orang kaya! Bagaimana bisa kau jadi orang kaya kalau kau se-naif ini dan ayahmu sepolos itu!" "Ikatkan lagi pakaianmu, Danita!" Rizki mengomel karena Danita justru membuka kimononya sehingga lingerie di dalamnya mengganggu pandangan mata Rizki. "Lihatlah, kau begitu naif kan?" Danita malah tersenyum jahil. "Harusnya, melihat wanita membuka ini--" "Aku tidak melihatmu sebagai wanita!" Rizki memekik. "Anak jin! Anak jin Ifrit lebih tepatnya." "Eh, apa maksudmu? Daughter of Ifrit? What do you mean?" "Hmm, kau tak menarik bagiku." "Kau punya kelainan?" "Tidak, aku normal!" sudah sampai ubun-ubun malasnya Rizki meladeni Danita bicara. "Jangan turunkan tali, eish! Kau! Apa kau tak tahu malu pakai dalaman saja begitu di hadapanku dan kau mau membuka bagian atasmu, kau gila?" "Nah lihatlah, kalau kau normal, tak mungkin kau menolak tubuh indahku kan Rizki? Sssh!" Danita berdiri dan berjalan mendekati Rizki tanpa kimononya. "Jangan mendekat padaku!" Rizki protes. "Upnormal!" "Hmm, sudah puas menyindirku?" pasrah Rizki. "Si miskin yang upnormal?" "Hmm, terserah kau sajalah, tapi jangan mendekat lagi padaku! Pakai bajumu sana!" risih Rizki. "Angkuh, tapi miskin, tapi upnormal, sssh! Kau ini Rizki, sikapmu terlalu tinggi kalau melihat status sosialmu!" "JANGAN PEGANG AKU!" "Hahaha!" Danita malah makin senang dan sudah terkekeh kembali di saat kepala Rizki berasap. Ya iyalah kalau orang memperhatikan cara Rizki bersikap seperti seorang pewaris kekayaan kerajaan bisnis bernilai triliunan jelas saja tidak akan salah sikap Danita. Zaenal memiliki harta kekayaan yang sulit dihitung nilai matematikanya hanya dengan sepuluh jari. Tapi kan Danita tidak tahu yang ini. Rizki menyembunyikannya dengan sangat baik sekali. Keluarga Rizki dari Rizki bayi memang pandai menjaga identitasnya supaya Rizki bisa tumbuh selayaknya anak normal tanpa embel-embel kekayaan keluarganya. "Easy Rizki!" “Mau apa lagi kau? Aku tidak harus mengikuti ujian darimu lagi kan?" "Hmm, menurutmu begitu suamiku?" "Danita, mundur menjauh dariku!" Rizki makin spaning. "Kau tertarik padaku sampai terus-terusan menggodaku begini, hmm?" Rizki tidak menyukai Danita. Makanya dia sangat berhati-hati sekali untuk tidak terjebak pada umpan wanita berstatus istrinya ini. "Kalau tertarik kenapa?" "KAU GILA!" berasap kepala Rizki yang kini berjalan mundur menjauhi Danita yang maju mendekatinya. "Kau mau melakukannya di sofa atau di tempat tidur?" "BERHENTI DI SANA! AKU TIDAK MAU DI SEMUA TEMPAT ITU!" "Bathtub berarti?" "JANGAN MAIN-MAIN DENGANKU!" Jarak mereka hanya tinggal lima belas senti, makanya Rizki berinisiatif mengingatkan ini pada Danita. "AKU TAK AKAN TERGODA PADAMU! MENJAUH DARIKU!" Tapi sang Alpha female tidak mau menjawab. Justru Danita makin berjalan mendekat pada Rizki, merengkuh pinggang Rizki, hingga Danita tubuhnya kini menempel dengan Rizki yang ingin sekali sebetulnya mendorong Danita. "DANITA, KUPERINGATKAN! JANGAN SAMPAI AKU JADI KASAR PADA WANITA!" "Hahaa!" malah Danita terkekeh mendengar ancaman Rizki. "Apa maumu? Jauhkan tanganmu dari kemejaku!" protes Rizki saat Danita menggerakkan telunjuk tangan kanannya tepat di jantung Rizki. "Mungkin kita bisa bicaranya di kolam renang?" tanya Danita yang sudah berbisik di samping telinga Rizki hingga membuat pria itu bergidik. "Aku tidak sedang ingin berenang!" "Pilihannya hanya dua, berenang atau kita bikin anak di ranjang, honey?" "RIZKI, NAMAKU RIZKI! Dan--" "Hey, kau suka memegang bagian depanku yang --" Danita tak bicara hanya matanya saja menunduk membuat Rizki menarik tangannya. "Aku tidak niat untuk menyentuh itu tapi tadi aku refleks karena aku melihatmu ingin mengecup bibirku jadi aku mendorong tubuhmu!" "Hmm, supaya bisa meremas dua milikku kan?" "Heish, bisa tidak sih kau bicara agak waras denganku?" Rizki memerah wajahnya dengan campur aduk emosi menghadapi Danita yang tidak ada habisnya terus saja menguji kewarasannya. "Hahaha!" Dan malah tertawa saat Rizki sudah senewen padanya. "Lucu, kau senang dan menikmati menggodaku, hmm?" cecar Rizki sinis. "Kenapa? Tidak bolehkah aku menggoda suamiku sendiri?" "NONA DANITA!" "Nyonya Fadhlan Umar, Rizki!" Danita mengedipkan matanya masih menggoda, tak peduli dengan emosi Rizki yang dibuatnya naik turun. "Kauuuuu!" Rizki mengepalkan tangannya penuh emosi. "Hahaha!" Danita makin puas terkekeh. "Kau kenapa Rizki, relax honey, we are on honeymoon vibes!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD