Suamiku Gay

Suamiku Gay

book_age16+
35
FOLLOW
1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Bian menatap wajah sendu dalam cermin didepannya. Wajah yang menggambarkan akan terjadi hal yang kurang disukainya. Bian mendongak saat tangan seseorang mulai merapikan rambutnya dan mulai meriasnya dengan konsep tata rias pengantin tradisional.

Ya sebentar lagi Bian menikah, hal yang tak disukainya dan juga sesuatu yang tak bisa ditolaknya.

chap-preview
Free preview
Satu
Suara dengkuran halus terdengar samar dari arah dapur. Lela yang sedang mencuci piring melongok ke ruang tengah dimana suara dengkuran itu berasal. Bian tengah tertidur dengan posisi terlentang dan masih memakai sepatu, tas dan kepalanya masih tertutup jilbab. Lela yang telah selesei mencuci piring, perlahan menghampiri Bian. "Bi, Bi! Bangun ganti baju gih, baru lanjut tidur." Lela mengguncang pelan bahu Bian. Bian tak bergeming, hanya suara dengkurannya yang tak lagi terdengar. Lela hendak berusaha membangunkan Bian untuk kedua kalinya, sebelum Lela mencoba mengguncang bahu Bian, terdengar ketukan dipintu. "Benar Bian Anderson tinggal disini?" Tanya tamu tersebut begitu Lela membuka pintu. "Ya? Bapak siapa?" Lela balik bertanya. "Saya diperintahkan untuk mengantar paket. Tolong sampaikan pada Bian Anderson." Orang dibalik pintu itu menyerahkan kotak berbungkus plastik hitam pada Lela. Tanpa berucap apapun pria itu langsung berbalik pergi. Bian masih tertidur dengan nyenyaknya, sampai terdengar adzan maghrib berkumandang. "Nah loh akhirnya bangun juga, tuh ada paket buat lo." Lela yang baru keluar dari kamar mandi menunjuk kotak hitam diatas meja. "Dari siapa?" Lela hanya mengangkat bahu, Bian menguap lebar lalu menuju kamar mandi.  Usai melaksanakan sholat Bian membuka paket. Isinya beberapa dokumen dan sekotak kecil yang berisi cincin. Perlahan Bian mulai membuka satu persatu dokumen, yang pertama akte kelahiranya sendiri, kedua kartu keluarga dan yang ketiga beberapa lembar kertas lusuh yang distapler. "Kepada putriku Bian Anderson. Bian kamu adalah pewaris tunggal perusahaan kontruksi Anderson. Kamu akan mendapatkan hak atas warisan yang ditinggalkan ayah dan ibumu jika sudah berusia 21 tahun dan telah menikah dengan putra Aiman Walker. Jika kamu sudah berumur 21 tahun dan belum menikah dengan putra Aiman Walker maka warisan kamu akan dikelola oleh paman kamu, Gery Anderson sampai kamu menikahi putra Aiman walker." Bian melongo membaca isi surat lusuhnya, apa-apan ini siapa itu Aiman Walker? Paman Gery? Bian punya paman? Bukankah Bian yatim piatu yang dibuang dipanti asuhan? Perusahaan kontruksi Anderason? Ooh ya Tuhan apa yang sedang terjadi. Lela, sahabat Bian yang tinggal 1 rumah kontrakan yang sedari tadi diam memperhatikan Bian angkat bicara. "Ada yang salah Bi?" Bian hanya menyodorkan surat yang tadi dibacanya. "Wah ternyata lo anak orang kaya, selamat ya gaes." Ucap Lela antusias. "Yang bener aja La, gue ngerasa lagi diprank." * Bian kembali memulai hari dengan berjalan tergesa menyusuri trotoar menuju tempat kerjanya, sebuah perusahaan kecil pengembang game. Jam sudah menunjuk angka sembilan lewat 10 menit artinya dia audah terlambat. "Bian ayo duduk sebentar." Begitu membuka pintu kantor, atasannya menyuruhnya duduk. Dengan muka heran Bian duduk berhadapan Pak Daniel atasannya. "Bian kenapa kamu tak pernah cerita kalau kamu putri Bu Billa?"  "Bu Billa?" Bian balik bertanya. "Iya Bu Billa, beliau senior sekaligus mentor saya dikampus." "Maaf pak saya tidak kenal yang bapak maksud, karena saya yatim piatu. Saya tidak kenal orang tua saya." Jawab Bian dengan nada bingung. "Begini, saya dapat panggilan kalau kamu di utus untuk pergi kegedung Anderson, sekarang."  "Sekarang pak? Lalu gimana pekerjaan saya?" "Maaf Bian, kamu saya pecat." "Tapi pak, kenapa?" Atasanya menggeleng lalu menyuruhnya cepat pergi. Bian dengan perasaan sesal, lelah dan kecewa pergi ke alamat yang dinerikan atasannya, mantan atasannya karena dia sudah dipecat. "Saya Bian ingin bertemu Pak Gery." Gadis resepsionis memandangi Bian dari ujung kepala keujung kaki, penampilan yang jarang ditemui didalam gedung ini. "Ya, apa sudah buat janji?" "Bisa tolong katakan Bian ingin bertemu?" "Maaf mbak, kalau tidak ada janji beliau tidak bisa di temui." Gadis resepsionis memandang Bian ketus. "Tapi mbak, saya harus bertemu pak Gery sekarang." "Tidak bisa, silahkan pergi." Dengan juteknya si resepsionis kembali tenggelam dimeja tingginya. Tak lama telpon dimeja berdering. "Maaf mbak, nama mbak Bian Anderson?" Siresepsionis bertanya dengan wajah takut setelah menerima telpon. "Silahkan ikut saya, akan saya antar keruangan pak Gery." Ujarnya saat Bian mengangguk membenarkan namanya. "Bian, oh Tuhan kamu sudah besar dan cantik sekali persis ibumu. Ayo masuk kami sudah menunggumu." Begitu memasuki ruangan yang ditunjukkan resepsionis,  Bian disambut pria baya beruban, didepanya duduk 2 orang pria yang menatapnya dengan pandangan penasaran. Salah satu dari dua pria yang duduk didepannya terasa familiar.  "Hey Elo Piere bukan?" Sepontan Bian bertanya. Pria yang lebih muda membelalak menatap Bian, mencoba menggali ingatannya. Mungkin karwna Bian banyak berubah, baru 2 tahun yang lalu dirinya memutuskan memakai hijab. "Elo Bian si tomboy itu?"  "Wah bagus sekali, kalian sudah saling mengenal. Karena sebentar lagi kalian akan menikah." "=-o" "?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Oh, My Boss

read
384.7K
bc

Revenge

read
32.3K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
17.9K
bc

Beautiful Pain

read
12.5K
bc

Terjebak Asmara Majikan

read
10.5K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
28.7K
bc

The CEO's Little Wife

read
670.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook