Teropong Artemis

1101 Words
Mr. Oakfield memanggilku kembali. "Jangan pergi dulu! Aku lupa memberikanmu sesuatu." Pria itu kembali masuk ke dalam toko. Aku menunggunya di luar. Tidak lama kemudian, dia muncul lagi dan menghampiriku. "Bawa ini saat kamu akan pergi ke Graymoor." Aku melihat sebuah teropong kecil dan aku mengamatinya. "Itu teropong Artemis. Itu pemberian dari peri ketika aku akan keluar dari Graymoor. Itu bukan teropong biasa. Teropong itu bisa melihat makhluk tak terlihat. Aku yakin alat itu akan sangat berguna di sana, karena di sana ada makhluk-makhluk tak terlihat." "Terima kasih. Aku akan mengembalikannya jika aku kembali dari Graymoor." "Iya." Aku naik ke kuda dan pergi dari sana. Di perjalanan, aku melihat kerumunan orang di dekat taman kota. Aku penasaran dan turun dari kuda. Ekspresi wajah mereka terlihat khawatir akan sesuatu. Aku menerobos kerumunan dan orang-orang sedang mengelilingi sumur permintaan yang tiba-tiba mengering. Sejak dulu penduduk Grasshallow percaya kalau sumur itu akan mengabulkan permintaan dengan melemparkan uang koin ke dalamnya. Sumur itu kering dan banyak koin di dalamnya. Sumur permintaan selama ratusan tahun tidak pernah kering. Sumur itu juga dipakai oleh para warga untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Aku mengerti kenapa mereka begitu khawatir dan mereka berbisik-bisik tentang sumur itu. "Pasti ini ulah pangeran terkutuk,"kata seorang pria bertubuh besar. Aku terkejut pria itu adalah pria yang aku lihat di Geneva. Dia ikut memburu pangeran terkutuk dan mengincar hadiahnya. Suasana menjadi tambah ribut. "Ini salah satu pertanda akan terjadi bencana di Hasengard, oleh sebab itu kita harus segera menemukan pangeran yang terkutuk sebelum bencana dan kehancuran datang ke Hasengard." Para warga ada yang setuju dan berpihak kepadanya dan sebagian lagi hanya diam dan memperhatikan. "Jika ada informasi apa pun tentang pangeran terkutuk, beritahu aku." Para warga kembali ribut. Aku segera pergi dari sana dan memacu kudaku sangat kencang. Rasa takut kembali muncul di hatiku. Bagaimana jika mereka menemukanku? Mereka tidak boleh menemukanku. Tidak boleh. Aku tiba di peternakan dan di sana Hansel menungguku di depan gerbang dengan raut wajah khawatir. Dia terlihat lega ketika melihatku datang. "Syukurlah Anda sudah pulang!" "Ada apa?" "Ada seorang pria sudah menunggu Anda sejak dari tadi." "Siapa?" "Pria itu bilang dia adalah saudara laki-laki Ayah Anda." Aku mengernyit. "Saudara laki-laki Ayah?" "Dia bilang seperti itu." "Setahuku Ayah tidak punya saudara. Sekarang dia ada di mana?" "Ada di kantor Anda." "Tolong urus kudaku!" "Baik." Aku segera bergegas menuju kantor dan pria itu sedang duduk di kursi sambil membaca koran. "Selamat sore!" Pria itu menatapku dan tersenyum. Korannya dilipat kembali dan di simpan di atas meja. "Pasti kamu Christopher, bukan?" "Iya. Anda siapa?" "Namaku Agenis Lutherford, adik Richard." "Setahuku Ayah tidak memiliki saudara laki-laki atau pun perempuan." "Sebenarnya dia punya satu saudara laki-laki, yaitu aku. Kami selama ini tidak memiliki hubungan yang baik. Terjadi kesalahpahaman diantara kami dan itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Aku pergi meninggalkannya di sini sendirian. Aku sangat marah pada Richard dan tidak ingin mendengar kabarnya lagi." "Apa yang terjadi pada kalian?" "Ini terjadi sebelum kamu lahir. Kami baru saja pindah ke sini. Kami bekerja di perkebunan untuk bisa memenuhi kebutuhan kami di sini. Awalnya kehidupan kami baik-baik saja, tapi masalah mulai datang ketika kami jatuh cinta pada wanita yang sama. Richard melamar Andrea Winter. Andrea menerimanya. Aku cemburu dan marah. Saat itu tidak ada yang bisa aku lakukan. Hubunganku dengan Richard menjadi renggang. Richard selalu mencurigaiku kalau aku ingin mengambil Andrea darinya. Pada suatu hari kami bertengkar hebat. Aku tidak tahu bagaimana Richard memiliki pemikiran kalau aku selingkuh dengan Andrea. Aku sudah muak dengan semua kecurigaan Richard padaku. Dia mengusirku dan Richard tidak menganggapku sebagai adiknya. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku hanya mendengar berita tentang Richard dari salah satu temannya. Dia juga yang mengabarkan kalau Kakakku sudah meninggal." "Siapa?" "Dari seorang teman Kakakku. Namanya kalau tidak salah Tom Weaky. Kami bertemu di Greenhallow. Aku sangat terkejut mendengar berita kematian Kakakku." "Kenapa Anda baru datang ke sini?" "Aku tidak berani muncul di hadapan Kakakku lagi. Aku takut dia masih marah padaku dan aku tidak ingin ada pertengkaran lagi. Aku memang ada niat untuk bertemu dengan Richard, tapi masa lalu terus membayangi. Aku sangat menyesal." "Jadi selama ini Anda tinggal di mana?" "Greenhallow." Aku menatap pria itu dan aku masih belum percaya sepenuhnya bahwa Agenis adalah adik ayahku. "Karena Ayahku tidak memberitahuku kalau punya adik, bisakah Anda membuktikan bahwa Anda benar-benar adik Ayahku?" "Ya. Aku mengerti. Kamu masih belum percaya. Aku mempunyai beberapa foto bersama Ayahmu." Agenis membuka tas selempangnya dan mengeluarkam beberapa foto, lalu mrmperlihatkannya padaku. "Ini aku dan Ayahmu masih kecil." Aku melihat foto hitam putih yang sudah lusuh. Aku memperhatikannya dengan seksama. Salah satu anak yang ada di foto itu memang ayahnya, karena aku sudah melihat foto masa kecilnya. Agenis juga memperlihatkan foto mereka yang sudah beranjak dewasa dan ketika mereka sudah dewasa. Mau tidak mau aku harus percaya. "Anda mungkin memang adik Ayahku, tapi aku masih tidak mengerti, bagaimana Anda tahu tentang aku? Karena selama ini Anda tidak tahu apa-apa tentang kabar berita Ayah." "Aku tahu dari Tom. Kami sudah beberapa kali bertemu dan Tom sering pergi ke Greenhallow untuk mengunjungi adik perempuannya di sana." Aku mengangguk mengerti. "Aku terkejut saat tahu Richard tidak jadi menikah dengan Andrea. Aku juga tidak tahu kalau Richard menikah dengan wanita lain dan sudah memiliki seorang anak laki-laki." "Ayah tidak pernah bercerita tentang masa lalunya, jadi aku sangat terkejut ketika Anda tiba-tiba mengaku sebagai adiknya." "Aku mengerti." Aku melihat satu foto yamg terlewat olehku. Aku mengambil foto itu dan di dalam foto itu ada seorang wanita yang berdiri diantara mereka dan wajahnya sudah tidak asing lagi. "Ini kan Andrea Hauston." "Eh Hauston? Apa kamu mengenalnya?" "Dia salah satu pembeli susuku. Nama belakangnya bukan Winter, tapi Hauston. Sepertinya Andrea menikah dengan Mr. Hauston setelah putus dengan ayah dan namanya diganti. Tidak salah lagi ini Andrea Winter yang sekaramg sudah menjadi Mrs. Hauston. Suaminya sudah meninggal." Raut wajah Agenis berubah menjadi sedih. "Aku tidak tahu itu." "Dia tinggal tidak jauh dari rumah temanku dan dia dulunya salah satu peramal terkenal di sini dan membuka usaha ramal di kota." "Andrea memamg seorang peramal. Dulu dia sering iseng meramal orang-orang mulai dari karir, usaha sampai asmara, tapi sayangnya dia tidak mau meramal kami. Aku pun tidak tahu kenapa." "Jadi apa yang akan Anda lakukan sekarang?" "Aku akan kembali ke Greenhallow besok dan jika kamu mengizinkan apa aku boleh menginap di sini?" "Iya. Tentu saja. Aku akan menyuruh Hansel menyiapkan kamar." "Terima kasih. Apa kamu tahu, aku turut senang Richard bisa memenuhi keinginannya memiliki peternakan sapi perah. Ini sudah menjadi cita-citanya sejak dulu." "Iya. Ayah sudah sangat bekerja keras untuk membangun usaha ini. Aku akan mengantar Anda ke rumah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD