Bali (2)

1266 Words
Drtt…. Drtt… Drtt… "Ah, siapa sih ini yang telepon, ganggu aja," batin Carolina kesal. Saat ini dia sedang menikmati makanan yang baru saja dibawakan oleh pengemudi ojek online sambil melanjutkan menonton animenya. [Panggilan Video dari Andrew] "Apa sih tiba-tiba minta untuk melakukan panggilan video," batin Carolina. Dia langsung mengangkatnya tapi tidak mengaktifkan kameranya. Segera di layar langsung ditampilkan wajah Andrew. "Halo Carol," ucap Andrew sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. "Halo, ada apa?" tanya Carolina. "Wajahmu mana? Kok gak keliatan?" tanya Andrew ketika melihat di layar handphone miliknya hanya terdapat wajahnya. "Ini lagi gak bisa panggilan video aja, ada apa?" tanya Carolina sekali lagi. "Ohh… padahal pengen lihat wajah kamu," gumam Andrew pelan tapi masih dapat didengar oleh Carolina. Setelah mengantarkan pulang Carolina waktu itu, tiba-tiba Andrew mulai mengganti panggilan mereka menjadi aku-kamu ketika dia mengirimkan pesan atau pun meneleponnya. Carolina pun hanya diam saja walau mendengar hal itu. "Ingat gak aku undang kalian untuk pesta ulang tahunku?" tanya Andrew. Carolina terdiam sebentar, seperti mencoba untuk mengingatnya. "Iya, kenapa?" tanya Carolina. "Besok harinya. Kamu jadi ikut kan? Soalnya aku baru mau pesan tiketnya," "Nanti aku kasi tau di pesan aja ya. Maaf banget, ada urusan mendadak," ucap Carolina yang langsung mematikan teleponnya. Carolina kemudian kembali melanjutkan makanan dan menonton animenya. Saat ini animenya sedang seru-serunya dan Carolina sudah tidak lagi fokus akan percakapannya dengan Andrew. Dia lebih suka dalam keadaan fokus ketika sedang berbicara, dengan begitu dia merasa lebih menghargai lawan bicara. "Yui," panggil Carolina ketika animenya telah selesai. "Ya, mama," jawab Yui tak lama kemudian. "Besok seharian mama tidak akan pulang dan nanti pulang besoknya, kamu jangan menarik perhatian yang tidak perlu, ya!" ucap Carolina memperingatkan, kejadian beberapa hari yang lalu ketika Yui hampir memberitahukan lokasi mereka sedikit membuat Carolina was-was. "Baik, mama," "Bagus, anak baik," jawab Carolina kemudian mengirimkan data dirinya yang diperlukan untuk memesankan tiket pesawat pada Andrew. Dia telah memutuskan untuk ikut sebagai tahap terakhir dari hadiah untuk dirinya sendiri. Sebentar lagi dia akan sibuk dengan pekerjaan sampingannya dan tugasnya sebagai mahasiswa. Jadi tak masalah jika liburan ditambahkan sebagai hadiah untuk dirinya sendiri, kan? "Eh, Dion tadi telepon, ada apa ya?" batin Carolina ketika menyadari bahwa Dion meneleponnya di saat yang bersamaan ketika Andrew meneleponnya. "Biarin aja deh, mungkin mereka tadi sedang bersamaan," Carolina memutuskan untuk tidak membalas telepon Dion, toh pria itu juga tidak membalas pesannya tadi dan hanya meneleponnya. Kalau memang itu sesuatu yang penting, pria itu pasti akan menghubunginya sekali lagi. Beberapa saat kemudian, Andrew mengirimkan pesan bahwa besok jam 10 pagi dia akan menjemputnya karena penerbangan mereka jam 12 siang. Carolina langsung mengiyakan karena setidaknya dia akan menghemat uang transportasi untuk ke bandara. *** Drtt… Drtt… Drtt... "Halo, Carol, gue udah di depan nih," ucap Andrew ketika teleponnya diangkat. Carolina merasakan ada sesuatu yang aneh, tapi karena dia sedang terburu-buru, dia tidak terlalu memikirkannya. "Iya iya, ini mau keluar," ucap Carolina yang kemudian langsung mematikan teleponnya. "Yui, ingat pesan mama, kan?!" ucap Carolina sebelum keluar dari kamarnya. "Iya mama, Yui akan jadi anak yang manis. Selamat bersenang-senang, mama!" balas Yui. Carolina menarik nafas sekali lagi. Dia benar-benar khawatir Yui akan berulah lagi. Sebenarnya dia sudah lama berencana untuk menggantikan handphone miliknya yang benar-benar sudah ketinggalan jaman namun masih bisa digunakan. Handphone tersebut telah digunakan olehnya sejak SMA dan akses kontrol Yui tidak bisa dibuka lewat handphonenya itu. Ketika memikirkan bahwa dirinya akan langsung di julid in menjadi simpanan om om atau malah dituduh menjual dirinya ketika membeli handphone keluaran terbaru, dia langsung membuang keinginan tersebut jauh jauh. Teman-teman seangkatannya sudah tau bahwa dia datang dari keluarga menengah ke bawah dan dirinya sampai saat ini bisa kuliah di universitas ternama dengan biaya kuliah yang bisa sampai 2 digit karena mengandalkan beasiswa miliknya. Dia bisa saja sebenarnya membeli handphone kalangan menengah yang bisa mengakses kontrol Yui, tapi dia memilih untuk menunggu satu tahun kemudian ketika lulus dari kuliah dan membeli handphone yang memiliki spesifikasi tinggi. "Maaf ya lama," ucap Carolina ketika mendekati Andrew yang menyapanya dari dalam kursi depan mobil. "Hai Vera," sapa Carolina ketika membuka pintu belakang mobil dan mendapati Vera juga ada di sana. Vera hanya mengangguk dan kembali sibuk dengan handphonenya. "Selanjutnya kita kemana?" tanya sopir yang mengemudikan mobil tersebut. "Kita langsung ke bandara aja, pak!" balas Andrew. "Ndre, Rara sama Riko katanya udah di jalan," ucap Vera tiba-tiba. "Oh iya, ini Dion juga katanya udah di jalan," balas Andrew yang sesekali melirik Carolina. "Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun, ya!" ucap Vera. "Selamat ulang tahun," ucap Carolina juga. "Iya makasih ya kalian," "Ngomong-ngomong nanti tempatnya di dekat pantai gak Ndre? Gue belum pernah ke Bali soalnya," ucap Vera yang terlihat antusias. "Lumayan sih, ya kita bisa mampir ke pantai buat liat matahari tenggelam, Carol lo pernah ke Bali?" tanya Andrew membalikkan badannya menatap Carolina yang duduk tepat di belakangnya, sementara Vera duduk dibelakang sopir. "Belum, cuma aku pernah beberapa kali lihat matahari tenggelam sih, soalnya rumah dekat pantai," balas Carolina. "Di kampung gitu, ya?" tanya Vera. "Iya, di pusat kota memang dekat laut tapi gak ada pantai Vera, jadi rumahku di kampung," balas Carolina sambil tersenyum. Vera hanya mencibir kemudian kembali sibuk dengan handphonenya. "Oh gitu, mungkin kapan-kapan kita bisa liburan di tempatmu, Carol," ucap Andrew. Namun Vera dan Carol menyadari ada yang berbeda dari ucapan Andrew. "Aku jarang jalan-jalan, sih. Jadi gak tau juga tempat wisata yang bagus dimana di Manado," ucap Carolina jujur. Sewaktu SMA dan ketika pulang ketika liburan kuliah, dia memang jarang untuk keluar atau jalan-jalan. Jadi tidak terlalu tau tempat yang bagus di kotanya. "Oh gitu, kan kita bisa cara di internet terus kamu yang jadi pemandunya," ucap Andrew kemudian mulai browsing di internet. Mendengar itu, Vera menatap Andrew kemudian menatap Carolina. Carolina yang merasakan tatapan Vera membalas menatapnya. "Kenapa?" ucap Carolina tanpa suara. Vera hanya diam kemudian kembali menatap layar handphonenya. "Mencurigakan, apa mereka udah jadian, ya?" batin Vera yang merasakan ada sesuatu yang mencurigakan antara Andrew dan Carolina. Sementara Carolina juga kembali sibuk menatap layar handphonenya. Dia sudah terbiasa dengan sikap dingin dan ketus dari Vera jadi dia tidak terlalu ambil pusing. Meski pun dia sedikit penasaran kenapa wanita itu memperlakukan dirinya seperti itu. *** "Noona, apa benar ini gak apa-apa?" tanya Ethan. Saat ini dia dan Mi Sun sedang berada di mobil yang sedang menuju ke arah bandara "Udah, tenang saja. tapi kamu harus kembali hari senin, ya. Kamu ada syuting hari selasa. Ah, serius deh, kenapa kamu gak cat dulu rambutmu? Ini merahnya mencolok sekali!" ucap Mi Sun yang memperhatikan penampilan Ethan. Meski sudah memakai masker dan kacamata hitam, rambut merahnya kelihatan mencolok. "Mau bagaimana lagi, rambutku ini terlibat kontrak!" ucap Ethan yang tidak mengecat rambutnya menjadi hitam karena terikat kontrak dengan drama yang dia bintangi saat ini. "Sudah kuduga akan seperti ini, coba sana kamu lihat tas dibelakang" ucap Mi Sun yang saat ini sedang mengemudikan mobilnya pribadinya. "Ooo~, noona~, seperti yang diharapkan dari noona ku," ucap Ethan sambil tersenyum dan memakai topinya. "Udah sana, ingat ya! Apa pun yang terjadi kamu harus ambil penerbangan hari senin! Jangan menarik perhatian, bisa gawat kalau ada paparazi yang mengambil fotomu, apalagi kalau sampai ada artikel yang muncul," ucap Mi Sun memperingatkan sambil sesekali mengecek penampilan Ethan. "Tapi beneran ini gak apa-apa? Bagaimana kalau perusahaan mencariku?" tanya Ethan yang sama sekali tidak tenang. "Sudah kubilang tidak apa-apa. Sudah kamu jenguk tante, urus perusahaanmu dengan baik, kembali ke Korea hari senin, dan yang penting, jangan buat masalah! Sana pergi, sebelum kamu ketinggalan pesawat!" ucap Mi Sun sekali lagi. "Ya, semuanya akan baik-baik saja, Bali aku datang~" batin Ethan yang akhirnya turun dari mobil dan melangkahkan kakinya ke bandara dengan perasaan semangat sekaligus cemas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD