1. Gift

1522 Words
× Aku berharap bahwa semuanya berubah Untuk hari yang lebih baik Terima kasih telah percaya padaku dan telah menjadi cahayaku. ㅡ Hwang Eun Bi. × ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ [Seoul,3 Juni 2016] #Sinb POV#  Aku adalah Hwang Eun Bi. Saat ini aku adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu universitas swasta di Seoul,Korea Selatan tepatnya di Sinkook University. Dengan otak yang tak secemerlang eonni-ku,aku harus bersyukur dengan ini. Beruntung aku dikuliahkan. Harusnya gadis sepertiku ini mendekam di rumah,menikah,atau bekerja dengan gaji rendah. "Sinb-ya!" pekik seseorang beberapa meter di belakangku. Aku yang sedang berjalan menuruni anak tangga pun menoleh ke belakang. "Tunggu aku!" Eunha yang tadi memanggilku kini berlari ke arahku. Dia membawa banyak buku di tangannya. "Mwo?" tanyaku. Mungkin dia ingin mengajakku ke kantin kampus seperti biasanya. "Kau lupa?" katanya sambil menunjuk buku-buku di tangannya dengan bola matanya. Ah ya,aku baru ingat kalau hari ini aku harus belajar bersamanya. Kami juga akan mengerjakan tugas kelompok untuk presentasi minggu depan. Belum lagi kami harus membuat teks berita dan mewawancarai artis. "Ah,iya. Eh tapi sebaiknya temani aku makan. Aku belum sarapan," pintaku mengelus perut. Rasanya usus dua belas jariku terpelintir. Perih sekali. Eunha menghela napasnya kasar. "Harus berapa kali kuperingatkan kau untuk makan teratur eoh?! Kau tidak kasihan dengan lambungmu yang sudah mag itu? Aish,kau memang bandel." Selalu seperti ini. Di balik wajahnya yang pendiam sebenarnya dia gadis yang cerewet. Tak berbeda jauh dengan So Yeon eonni. Eunha selalu menasehatiku untuk menjadi pribadi yang disiplin dalam segala hal termasuk makan. Saat SMA,Eunha selalu membagi bekal makan siangnya denganku. Ya,dulu aku jarang membawa bekal. Pagi sekali eomma sudah berangkat ke butik sementara appa ke kantor. Karena aku selalu bangun siang jadi aku tak sempat menyiapkan bekal sendiri. "Boleh. Nde,kajja!" Kami kemudian berjalan menuruni anak tangga bersama hingga akhirnya kami tiba di kafetaria kampus yang terletak di lantai dasar. "Mau aku pesankan?" tawarku pada Eunha yang sudah duduk di salah satu bangku kantin. Eunha mengangguk. "Seperti biasa," jawabnya singkat. Tanpa bertanya menu apa yang ia inginkan aku sudah melesat ke meja resepsionis untuk memesan. Aku sudah hapal menu kesukaannya saat musim semi yaitu bibimbap dan chocolate milkshake. Berbeda denganku,makanan pedas adalah menu favoritku di semua musim. Dari semua makanan pedas,Bibim Naengmyeon adalah yang paling kusukai. Percampuran mie dingin dan pedasnya saus gochujang membuat rasanya unik dan pecah di lidah. Setelah pesanan siap,kami pun makan. Di antara kami berdua,akulah yang paling cepat menghabiskan makanan. "Kau sudah tahu berita hangat hari ini?" tanyaku menyesap tetesan terakhir jus alpukatku. Dia yang masih mengunyah makanan segera menelannya lalu meminum milkshakenya. Ia menggeleng. "Apa? Malhaebwa!" (Tell me!) "Tentang Bangtan. Kudengar 11 Juni nanti akan ada fanmeet BTS di LETTOY Hotel." "Oh itu. Arasseo." Eunha mengangguk. "Memangnya kau mau kesana?" tanyanya kemudian menandaskan makan siangnya. "Uang dari mana?" keluhku hanya bisa menghela napas. "Kau tidak punya tabungan atau apa kek?" "Ada,tapi akan kugunakan untuk membeli DSLR.Tidak enak bila aku terus meminjam kamera milik eonni." Aku adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi yang setiap harinya harus berurusan dengan DSLR dan alat broadcast lainnya. Aku belum memiliki kamera DSLR dan saat ini masih meminjam kamera eonni. Meski eonni membolehkanku untuk meminjam kameranya selama mungkin tetap saja aku tidak enak hati. "Orangtuamu benar-benar jahat padamu. Aku turut prihatin. Kau yang sabar ya,Bi-ya." "Jahat?" Aku terkekeh. Itu terdengar berlebihan. "Harusnya mereka memfasilitasi kebutuhan kuliahmu. Kenapa hanya eonni-mu saja yang mereka perhatikan eoh? Aku jadi sebal dengan orang tuamu." Eunha tahu kehidupanku termasuk hubunganku dengan eomma,appa,dan So Yeon eonni. Dia adalah teman sekelasku sejak sekolah dasar sekaligus tetanggaku. Jadi,dia tahu banyak tentangku. "Aku pantas untuk ini. Berhentilah membenci mereka! Mereka hanya mengekspresikan kekecewaannya padaku. Ngomong-ngomong, apa kau ke sana?" Eunha mengeluarkan sesuatu dari tas branded-nya. Jeng jeng jeng.... Kini di tangan Eunha melambai tiket berwarna biru muda bertuliskan Global Leading Fanmeeting in Seoul. "Taraaa!!!" Tersenyum jumawa,Eunha mengibaskan tiket tersebut di depan wajahku. Aku hanya bisa menghela nafas sambil geleng-geleng melihat tingkahnya. "Aish,kau membuatku ingin menangis." "Wae? Ah,iya. Kasihan sekali hidupmu,wahai ARMY bokek!" godanya. Dia mulai menyebalkan. "Ck,dasar! Baiklah,lain kali aku nonton fanmeet dan konsernya sekalian." "Makanya nabung! Kau tahu? Aku tidak bisa berhenti tersenyum. Karena apa?" tanyanya yang pada akhirnya ia jawab sendiri. "Karena aku akan bertemu dengan pangeranku,Jeon Jungkook!!!" teriaknya girang sampai-sampai pengunjung kantin lainnya menoleh ke meja kami. Merasa risih,aku menepuk tangannya. "Sikkeuro! Lihat, mereka jadi memperhatikan kita,bodoh!" (Berisik!) "Bodo amat," jawabnya malah semakin menjadi. Ia terus mengibaskan tiketnya sambil berjoget ria. "Aku sumpel dengan semvaknya Jungkook baru diam kau!" ****** Aku menaiki anak tangga menuju kamar. Kulepas sneakers,tas ransel dan segala sesuatu yang kukenakan hari ini. Aku lantas ke kamar mandi untuk berendam. Setelah acara berendam selesai dan berpakaian, aku menghampiri meja belajar yang berantakan. Aku pun menata buku-buku yang berserakan. Jika tidak begitu,maka eonni akan mengomeliku dan mengataiku gadis yang jorok. Secara tidak sengaja aku melihat kalender meja yang terletak di sebelah lampu belajar. Sontak mataku membelalak. Aku baru sadar kalau hari ini tanggal 3 Juni,hari ulang tahunku yang ke sembilan belas. (*umur internasional : 18 th) Aku tidak akan menunggu seseorang memberiku selamat. Itu sama saja membuang waktuku. Aku tahu,mereka terutama orang tuaku takkan mengingat hari bersejarahku. Yang mereka ingat adalah hari dimana mereka bertemu dengan klien,meeting,atau segalanya tentang eonni. Atensiku beralih pada pigura berisi foto masa kecilku. Di foto itu ada aku yang masih berumur lima tahun dan eonni yang berumur sebelas tahun sedang berpose imut dengan background taman bermain. Dulu kami sering ke taman bermain di Lotte World. Wahana kesukaanku adalah rumah hantu sedangkan eonni lebih suka biang lala atau sejenisnya. Hal yang paling kuingat adalah saat aku memaksa eonni menemani aku ke rumah hantu. Waktu itu aku tidak tahu kalau eonni takut kegelapan. Awalnya eonni menolak tapi akhirnya dia nekat masuk mengikutiku yang asal masuk ke dalam. Keluar dari rumah hantu eonni mengompol padahal dia sudah kelas satu SMP sedangkan aku masih kelas satu SD. Eonni juga menangis karena takut dengan hantu yang berhasil membuatnya jatuh. Karena itu eomma memarahiku dan tidak jadi memberiku jatah es krim. Untungnya eonni membagi es krimnya denganku secara diam-diam. Aku pun beralih mengambil pigura berisi foto keluargaku. Foto di tanganku ini diambil saat hari pertama aku masuk sekolah di Taman Kanak-kanak. Eonni memotret eomma dan appa yang berjongkok memelukku. Sekarang kami jarang berkumpul apalagi berfoto bersama. Saat aku sekolah dasar mereka mulai sibuk dengan bisnis mereka masing-masing. Terakhir kami berfoto saat kelulusan SMA eonni. "Aigoo,kenapa mataku basah eoh? Apa ruangan ini sangat berdebu hingga aku kelilipan?" Kutaruh pigura ke tempatnya semula. Bersamaan dengan itu,cairan bening mengalir membasahi pipiku. Aku pun tersenyum tipis. "Aku rindu kalian yang dulu." Tok tok tok "Sinb-ya? Kau ada di dalam?" Terdengar suara khas eonni dari balik pintu. "Masuk," seruku mengambil selembar tissue. Buru-buru kuseka air mataku dengan benda putih ini. Kreeett.... Pintu terbuka. Masuklah sesosok gadis berambut coklat kepirangan yang tak lain adalah Hwang So Yeon. Eonni-ku tersayang yang baru saja pulang dari kampusnya,Seoul National University. "Sedang apa,Bi-ya?" "Eh eonni. Hm,aku baru saja mandi. Seharian ini aku mengerjakan tugas kelompok dengan Eunha." "Oh baguslah kalau begitu. Eonni kira kau sedang menonton video anu," kekeh So Yeon beranjak duduk di bibir ranjang. "Mworago?! Video apa?" Mataku membulat. "Halah! Jangan pura-pura tidak tahu. Eonni adukan pada appa baru tahu rasa." Video apa yang dia maksud hah? Aku tidak pernah macam-macam dengan video-video dewasa seperti itu. Meski kadang aku penasaran seperti apa bentuk pisang oppa milik Seokjin tapi aku tidak kepo sejauh itu. Bugh!!! Sebuah bantal guling sukses mendarat di kepala eonni. Yang dilempar pun mengerang karena telat menghindar. "Heol! Kenapa kau menimpukku?" Eonni meringis memegangi kepalanya sementara aku menyeringai puas. "Silahkan adukan pada eomma dan appa! Aku tidak takut. Kau sudah berprasangka pada adikmu," ucapku melipat kedua tangan sambil mem-pout bibir. "Kau yang salah paham,bodoh!" Dia membalas timpukanku namun aku berhasil menghindar. "maksud eonni adalah video Bangtan. Aish,memangnya apa yang kau pikirkan?" Sekarang aku yang tersenyum bak sapi ompong. Aku yang negative thinking. Kalimatnya yang ambigu membuatku berasosiasi ke sana-sana. "Nde,lebih baik sekarang kau tutup mata!" titah eonni tiba-tiba. "Mwoga?" pekikku menyilangkan tangan di d**a. "Dasar byuntae!" gumamnya menoyor keningku. "sudah lakukan saja!" paksanya. "Iya iya!" Aku pun memejamkan mata. "sudah. Apa yang mau eonni lakukan?" Hening beberapa detik. Penasaran,aku berniat mengintip sedikit. Namun,sebelum kulakukan dia sudah menyuruhku untuk buka mata. Perlahan aku pun membuka kelopak mata. Di depanku kini melambai dua kertas persegi panjang yang sama persis dengan yang Eunha pamerkan tadi siang. Aku mengerjap beberapa kali. Ini seperti mimpi. "Daebakk!! Eonni memberikan ini untukku? Terima kasih eonniku yang cantik,pintar dan tidak sombong," teriakku girang bukan main. Bahkan aku langsung memeluknya erat seperti memeluk boneka. "Lepaskan! Aku tidak bisa napas!" cicitnya menepuk-nepuk punggungku. Aku pun berhenti memeluknya. "Siapa bilang ini untukmu hah?! Ini tiket punyaku dan Rafael," ujarnya menjulurkan lidah pinknya. What? Aku yang awalnya girang setengah sekarat mendadak berubah menjadi harimau yang siap menerkam. Aku menatapnya jengkel. Merasa dipermainkan. "Ih apaan sih. Dasar tukang PHP! Jaemi eobseo!" rutukku membuang muka. (It's not fun) "Mianhae. Aku bercanda. Cha,untukmu." Eonni memberikan satu tiketnya kepadaku sambil tersenyum lebar. "Jinjja? Ah, eonni gomawo!!" Aku hendak memeluknya namun kedua tangannya menahanku. "Eits! Kau harus berjanji pada eonni! Mulai semester ini IPK-mu harus naik." Aku terenyuh mendengarnya. Ternyata perhatiannya tidak setengah-setengah. Ia masih sama seperti dulu,peduli padaku. "Ne,aku janji." "Saengil chuka hamnida my sister. Doaku selalu menyertaimu," gumam eonni memberikan satu tiketnya kemudian memelukku. Setelah tiket berada di tanganku,aku membalas dekapannya seraya tersenyum. "Gomawo sudah menjadi kakakku. I love you,eonni." "Me too." ###### To Be Continue ^Author Note^ Thanks for reading. Sincerely Niapple_red15
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD