Desahan.
Desahan.
Dan-desahan lagi ...
Ruangan mewah berukuran setara dengan satu ruang kelas itu penuh dengan suara desahan nafas penghuninya. Bersyukur pada tiap dinding telah dirancang kedap suara, mempersempit kemungkinan akan lolosnya suara keluar. Seakan menutup rapat semua pandangan luar.
Apa ? Kesannya jadi seperti anti-sosial.
Tapi, wajar kan mereka menginginkan privasi disituasi begini?
Situasi dimana pasangan berada di tengah b******u liar di atas kasur mewah, dimana tak ada satu pun yang membatasi mereka dari kulit ke kulit. Saling menunjukkan gairah masing-masing pada lawan jenisnya.
"Jadi-Kook ...," si laki-laki Wawasan pirang mulai membuka pembicaraan meskipun kegiatan mereka belum mencapai pertengahan.
Jungkook yang semula mendesah gelisah sambil memegang batal dibawahnya, langsung menoleh kebelakang punggung. "Apa?".
Taehyung menarik nafas, kemudian mulai menambah kecepatan. "Bagaimana ... hari-harimu di sekolah ... tadi?"
Jungkook membenamkan sebuah bantal ke bantal, posisi seperti ini memang tidak menguntungkan bila di ikuti dengan pembicaraan normal, sangat berbeda dengan ia yang berada diatas.
Jungkook terkekeh ringan meskipun teredam bantal, "Setahuku pillow talk selalu terjadi setelah seks. Bukannya di pertenghan, Taehyung."
"Aku hanya ingin menge-test. Siapa yang paling sabar, sebelum bergerak liar sendiri," seringai Taehyung.
Yang jelas, bukan aku.
"Oh ya? Kenapa?"
Jungkook tak langsung menjawab. Ia menyimpan jawaban dulu karena mendadak gerakan Taehyung berhenti. Gadis manis itu sama sekali tidak protes karena sudah hafal kebiasaan kekasih pirangnya.
"Pindah."
Perintah Taehyung langsung implementasinya. Perlahan tubuh seksi Jungkook berpindah ke arah menghadap ke arah Taehyung, setelah itu Taehyung mulai bergerak kembali.
"Karena apa?" tuntut Taehyung membuka kaki Jungkook, kian lebar untuk pengisiannya.
"Karena-," Jungkook tersenyum licik sembari mengenakan punggung Taehyung agar d**a mereka bersentuhan. Lampion Taehyung langsung mengerang.
"-kau yang lebih menginginkan aku," bisik Jungkook sengaja menghembuskan nafas hangat ke telinga kekasihnya. Dan dengan begitu, Jungkook sukses membuat Taehyung bergerak liar.
.
.
.
.
Jungkook bersenandung manis duduk di tepi ranjang. Kakinya terus bergerak berirama ketika jari-jari lentiknya mengancingkan satu per satu kemeja kancing yang tengah dipakainya. Seringai kecil muncul di sudut bibirnya saat mulai menggulung lengan kemeja yang berukuran besar di badan. Ia sadar, mata coklat tajam memperhatikannya.
"Aku terlihat seksi bukan?" tanyanya masih sibuk menggulung lengan kemeja.
Taehyung berdecak ringan. Meninggalkan ambang pintu kamar mandi-tempatnya, Jungkook barusan, mulai mencari pakaian yang telah ia buang ke lantai beberapa waktu yang lalu.
"Kau memang selalu ingin menggodaku," terang Taehyung melepas handuk yang melilit pinggang, dan mulai memotong celananya.
"My my my ... jangan bilang kau menjadi marah karena itu," goda Jungkook.
Taehyung terkekeh ringan. Setelah selesai menarik resleting celana, ia langsung menghampiri Jungkook.
"Berikan kemejaku."
Jungkook merengut, "Aku tidak percaya orang sekaya kau tidak punya kemeja lain di rumah."
"Aku punya, bukan manis. Tapi aku tidak bisa memakai yang lain karena kita sedang di hotel sekarang. Cepat kembalikan."
Cekatan Jungkook melepas kemeja yang sudah susah payah ia pakai, lalu dilemparkannya tepat mengenai wajah tampan Taehyung.
"Dasar pelit!" celetuknya.
"O ya, mana uangku?" todong Jungkook mengangkat tangan seperti meminta sesuatu.
Taehyung merogoh saku untuk mengeluarkan dompet. "Berapa yang kau minta?"
"Lima belas juta."
"Ck, temanku hanya membayar lima juta untuk meniduri gadis sepertimu."
"Itukan temanmu. Kalau kau ingin membayar lima juta, cari saja gadis lain di luar sana. Sudah tahu hargaku mahal, masih saja ingin tidur denganku."
Taehyung tak berkomentar apapun, ia hanya kembali terkekeh ringan. Dikeluarkannya buku cek untuk diberikan ke Jungkook setelah dibubuhi tanda tangan. "Ambil ini."
Jungkook langsung berdiri dengan wajah riang. Di berinya Taehyung kecupan singkat sebelum mengambil cek-nya.
"Terimakasih, Tae ..." katanya manja.
Taehyung memutar matanya bosan, ia sudah terbiasa dengan gelagat manis Jungkook dan sudah mendapatkan apa yang diinginkan gadis itu.
Selagi Jungkook masih berdiri didekatnya, Taehyung langsung meraih pinggang Jungkook kedalam pelukan.
"Terserah. Selagi kau masih menepati janjimu untuk tidak tidur dengan laki-laki lain selain aku, kau boleh minta uang sebanyak apapun."
"Tidak usah mengingatkanku begitu. Sejak pertama kali kau membeliku, kau sudah pernah sendiri kalau aku tidak pernah tidur dengan laki-laki manapun."
Taehyung bergumam sesuatu yang samar sebelum memberi kecupan pada daerah leher jenjang Jungkook.
"Kau bicara apa sih, Taehyung?"
"Hmm?" Taehyung masih sibuk menjelajahi leher Jungkook. "Yakin mau pulang malam ini? Tidak besok pagi saja?"
"Besok aku ada test Matematika, aku perlu istirahat."
"Jadi, kapan kita bisa bertemu lagi?"
"Yang jelas, tidak minggu ini. Jadwal sekolahku penuh dengan test sampai minggu depan. Dan sekarang-" Jungkook menjauhkan paksa wajah Taehyung dari lehernya. "-antarkan aku pulang."
Taehyung menghela nafas berat, sedih rasanya akan kehilangan kontak dengan tubuh seksi dipelukannya sampai beberapa hari kedepan. "Hhh ... oke."
.
.
.
.
Jungkook menjatuhkan tas sekolahnya dengan malas di lantai. Tubuhnya begitu tidak bertenaga ketika mendudukkan diri dikursi meja belajar, menempelkan dagunya pada sisi meja.
Tes hari ini, Matematika tidak berjalan lancar. Karena semalam ia pulang kemalaman, hampir sepanjang pelajaran ia terus mengantuk. Soal test yang seharusnya bisa dijawab semua, jadi teritinggal dua soal karena waktu.
"Kau pulang malam karena berkencan dengan kekasihmu yang sudah tua itu?"
Jungkook menggeram malas, melirik pada sosok sepupunya yang selama ini berbagi kamar dengannya. Jungkook melihat sepupunya di tengah asyik menyisir rambut didepan meja rias.
"Dia bukannya tua, Seokjin. Taehyung hanya punya selisih umur yang jauh denganku."
Sepupu Jungkook-Kim Seokjin berbalik sambil mengibaskan rambut. Jungkook akui rambutnya memang cantik.
"Apa bedanya? Jarak umurnya sangat jauh darimu, dia juga sudah bekerja di perkantoran elit. Ciri-ciri seperti itu hanya dimiliki oleh orang yang sudah tua," Seokjin berdiri. "Aku masih tidak habis pikir seleramu adalah om-om ..."
"Terserah apa katamu. Yang penting aku tidak sepertimu yang suka gonta-ganti pasangan."
Seokjin tertawa cekikikan, "Aku bermain sesuai dengan umurku, Jungkookie. Mereka semua adalah yang terbaik. Kau tahu?" Seokjin menghampiri Jungkook dengan antusias, duduk ditepi tempat tidur yang dekat dengan meja belajar si gadis imut.
"Kemarin aku tidur dengan Lee Hanbin, dan tubuhnya lumayan berotot."
"Apa denganku?"
"Jungkookie ... aku memberitahumu tentang orang-orang seperti Zico agar kau mau sekali-kali mencoba tidur dengan laki-laki seksi setuju dengan om-om yang pasti tubuhnya sudah melar semua."
Kali ini giliran Jungkook yang tertawa cekikikan.
Beginilah orang Asia sekarang, sudah terkontaminasi budaya Barat. Tidur dengan si A, berkencan dengan si B serta sekaligus. Semua itu sudah menjadi topik biasa dikalangan remaja SMU. Tak heran sebuah survei sudah mengeluarkan bahwa diseluruh dunia hanya 40 persen remaja (laki-laki dan perempuan) masih perawan atau belum berhubungan seks.
Seokjin menggembungkan pipinya. "Aku bicara serius, Kookie. Kau ini, kenapa suka sekali sih dengan pacarmu yang tua itu?"
"Dia itu seksi, Jin."
"Seksi?" protes Seokjin histeris. "Mana ada orang tua yang seksi selain uangnya?"
Jungkook terkekeh ringan. Ditinggalkannya begitu saja Seokjin yang masih histeris menceramahinya. Mengenai Taehyung-yang jauh dari bayangan Seokjin, Jungkook tidak begitu ambil pusing. Biarlah gambaran sosok asli Taehyung menjadi dirinya sendiri.