Bab 22 — Bandung

1000 Words

“Gue mau lo jadi simpanan gue, gimana?”  Ucapan itu terdengar seperti kertas nasi uduk yang sudah terpakai dan layak untuk dibuang ke tempat sampah. Giginya menggelitik, deru napas yang semakin cepat, Ghista menarik napasnya menahan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.  Dengan mengencangkan suara yang berada di telinganya yang tertutup rambut, perempuan yang memakai baju batik parang rusak itu berharap jika kekasihnya mendengar dan segera datang ke dapur.  “Lo sama aja kayak makanan ini. Kalo udah kenyang, lo singkirin piringnya terus pergi gitu aja. Sama kayak lo yang mau gue jadi simpanan lo, kalo lo udah puas, lo bakal buang gue seenak jidat lo. Cukup masa lalu buat pelajaran buat gue! Kalo lo nggak layak buat jadi suami.” Ghista menarik tangannya, lalu meninggalkan lelaki di sebela

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD