Disebuah Sekolah Menengah Atas kelulusan pun tiba. Ya, Riri kali ini lulus dari SMA. Dia ingin melanjutkan kuliah namun dia urungkan mengingat ekonomi keluarganya terbilang kurang jika untuk kuliah dirinya. Dia sibuk ke sana-kemari mencari kerja, dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya utuk mencari kerja
Suatu ketika saudara Riri, kakak dari ibunya memberi pekerjaan di sebuah perusahaan. Paman Riri, memberitahukan Riri ada salah satu perusahaan otomotif yang membutuhkan tenaga Administrasi kantor. Dia segera melamar pekerjaan di sana dan diterima dengan baik oleh bos nya serta di posisikan sebagai admin. Tak perlu menunggu lama, setelah interview selesai Riri di suruh langsung bekerja.
Riri memberitahukan ibunya, bahwa dia hari ini langsung di terima kerja lewat SMS. Riri juga memberitahukan kekasihnya, kalau hari ini dia sudah mulai bekerja. Riri mempunyai seorang kekasih, tapi orang tua dan keluarganya tidak merestuinya. Mereka menjalani secara diam-diam atau biasanya anak muda zaman sekarang menyebutnya backstreet. Namanya anak muda walau semua orang tidak merestuinya nekat saja tidak melihat kana-kiri, hanya berlandaskan cinta dan nafsu saja mereka melanjutkan hubungannya. Riri tak pernah pacaran sebelumnya, ini cinta pertama Riri dengan pria bernama Agung. Begitupun Agung, dai juga baru pertama kalinya mengenal wanita, yaitu Riri.
^^^^^
Tidak terasa, sudah satu bulan ini Riri bekerja di perusahaan otomotif sebagai seorang Admin. Pekerjaan Riri sangat bagus dan rapi, dan itu semua membuat Pak Heru, big bos Riri suka dengan cara kerja Riri. Teman kerja Riri juga care dengan Riri, walaupun saat ini Riri karyawan perempuan satu-satunya di perusahaan itu.
Sudah pukul 17.00, waktunya Riri untuk pulang. Dia mengemasi pekerjaannya sebelum pulang, merapikan meja kerjanya, dan menyimpan dokumen penting untuk besok di kerjakan di laci mejanya.
Ting....ting...!!
Suara notifikasi pesan di hp Riri berbunyi, ada pesan singkat masuk dari kekasihnya yang bernama Agung.
"Sayang aku jemput ya pulang kerja." ~ Agung
"Oke, aku ingin makan bakso yuk, sekalian pulang." ~ Riri
"Oke sayang, aku On The Way 10 menit lagi sampai" ~ Agung.
Riri selesai kerja dia mengemasi pekerjaanya. Seorang pria memandanginya dari jauh lalu mendekati dan menyapanya.
"Sumringah banget neng wajahnya, lagi jatuh cinta, ya?" sapa Toto pria yang dari tadi memerhatikan Riri dari jauh.
Toto, dia adalah mekanik kepercayaan Pak Heru setelah Mas Wawan, dai sudah memiliki istri dan 2 anak. Namun, pertama melihat Riri dia merasakan jatuh cinta pada Riri, dan hampir setiap hari dia mendekati Riri.
"Kan mau kencan Om Toto, sebentar lagi pacar Riri jemput. Mau ikut Riri kencan, Om?" ucap Riri dan menawari Toto untuk ikut dai jalan bersama pacarnya.
Ya, Riri memanggil teman kerjanya om semua, karena kebanyakan sudah beristri dan beranak bahkan ada yg sudah punya cucu. Tapi sama big bos tetep dong Pak Heru manggilnya.
"Pacar tidak ganteng aja kamu suka, Ri, masih ganteng aku. Udah kecil, kerempeng, dekil, duh gak jelas pokoknya gak ada keren-kerennya gitu, kamu kok mau sih, Ri, sama dia? Mata kamu sakit, hah? Kamu itu cantik, sexy, tinggi, sempurna deh pokoknya. Kok mau-maunya kamu dengan dia." Toto bicara denga sedikit kesal dengan Riri, dan Riri hanya tersenyum saja menanggapi ucapan Toto.
"Om, cinta itu tidak memandang orang itu jelek, dekil, apalah pokoknya, namanya suka ya suka, kok om jadi rempong sendiri, huh." tukas Riri sambil mengarucutkan bibirnya yang tipis dan seksi itu.
"Yaa...ya...ya...cinta itu buta ya, Ri? Kamu cantik, pacarnya seperti itu, kalau saja aku tak punya anak istri, sudah kujadikan kau istriku, Ri."ujar Toto sambil tersenyum dengan tampan, Dia memang sangat menyukai Riri, dia tidak sadar berkata seperti itu, yang membuat semua orang di dalam kantor terbahak-bahak.
"Bro! inget anak-istrimu!" Seru Topan
"Pulang-pulang, tuh ayang beb ku sudah jemput, bye." Riri keluar kantor sambil melambaikan tangan pada teman-temanya.
Riri kerluar dari tempat kerjanya, dia menemui Agumng yang baru saja sampai di depan tempat kerja Riri.
"Cantik banget sayang,"sapa Agung sambil memberikan helm pada Riri.
Riri segera membonceng Agung, dia memeluk Agung dengan erat saat sepeda motornya akan melaju ke kedai bakso langgananya. Dua mata menyaksikan sepesang kekasih yang bermesraan dengan penuh kekecewaan.
“Andai saja aku belum beristri, Ri, aku ingin menikahimu. Entah kenapa semenjak kamu bekerja di sini, kamu benar-benar mengalihkan duaniaku, padahal aku sudah memilki istri dan anak,” gumam Toto sambil memangdang Riri yang semakin menajuh dari pandangannya.
“Woi...! melamun saja, sudah kunci pintunya, kamu sudah punya istri, Bro. Ingat itu!” tukas Wawan.
“Iya, iya, apaan, sih! Ganngu orang melamun saja, kamu,” ucap Toto denga kesal.
Di dalam perjalanan, Riri semakin memluk erat kekasihnya, dia sebenarnya sudah lelah sekali pacaran dengan Agung, karena dia sudah pacaran terlalu dalam. Meskipun Riri masih menjaga mahkotanya itu, tapi setiap bertemu Agung selalu meminta jatah menikmati tubuh indah Riri walaupun hanya sakadar menyentuh tanpa memasukan miliknya ke mahkota Riri.
"Nikah yuk?" ajak Riri tiba-tiba, yang tak sadar berucap seperti itu.
"Kok jadi bahas nikah Ri, gimana mau nikah, orang tua kamu dan keluargamu saja tidak merestui kita," jawab Agung.
"Aku capek sayang, pacaran seperti ini, aku pengen nikah saja, daripada pacaran mulu kan kamu juga udah kerja gak ada yang salah kan kalau kita nikah?" ucap Riri dengan wajah yang tiba-tiba sedikit kesal sambil melepas helmnya, karena sudah sampai di depan kedai bakso.
"Iya sayang, nanti aku bicarakan dengan ibu bapak, ya? Yuk turun, katanya mau makan bakso udah jangan manyun nanti ilang cantiknya." Agung bicara sambil mengelus pipi Riri, ingin rasanya Agung mencium bibir manis Riri yang terlihat membulat lucu saat mengerucutkan bibirnya, tapi apalah daya banyak orang di kedai bakso langganannya itu.
"Ayo sayang." ajak Riri sambil menggandeng tangan Agung.
Mereka menikmati bakso favoritnya itu. Selesai makan bakso agung mengajak riri jalan-jalan kepantai.
"Ke pantai yuk, Ri, "ajak Agung.
"Yuk, aku juga stres sekali, pekerjaan hari ini sangat melelahkan." Riri pun mengiyakan ajakan Agung.
Sesampainya di Pantai hari semakin petang, dan sudah menunjukkan puku 7 malam, dia baru sampai di pantai. Di depan pantai ada sebuah kursi mereka duduk sambil menikmati udara pantai malam hari.
"Sayang," Agung memeluk Riri sambil mengecup tengkuk Riri.
"Uhm..sayang, apaan sih, jangan seperti ini." suara Riri melemah dan setengah melenguh saat Agung memeluk dan menenggelamkan ciuman di tengkuk Riri.
Agung memulai mencium bibir Riri, yang sedari tadi ingin sekali meciumnya. Kecapan mereka terdengar dan samar karena deruan ombak malam itu semakin kencaang. Agung menikmati setiap inci mulut Riri, dan Riri pun membalas ciuman Agung semakin dalam.
"Uhm...sayang." Riri meleguh lagi ketika tangan Agung menyentuh gundukan sintal di d**a Riri, remasan tangan Agung membuat riri semakin menikmatinya.
"Sayang....I Love You," bisik Agung di telinga Riri.
"I Love You too, uhmmpp..." Riri semakin meleguh karena mulut agung menyesap gundukan di d**a Riri.
Hari semakin gelap, 2 insan terhanyut dalam semilirnya angin laut di malam hari riri melihat janm tangan yang melingkar di tangan kirinya. Riri mengajak Agung pulang karena sudah pukul 09.00 WIB.
"Pulang yuk." ajak Riri.
"Sebentar sayang, aku masih ingin," jawab Agung.
"Aku capek sayang, kenapa kalau kita ketemu mesti seperti ini! Aku mau menikah saja kalau seperti ini terus! Sayang buktikan dong sama orang tua ku dan keluargaku, kalau kamu benar-benar sayang, jangan cuma bilang “Riri, kamu adalah cinta pertamaku, aku sayang kamu, dan bla...blaa..blaaa.....!” " ucap Riri dengan kesal.
"Butuh proses sayang, aku kerja saja baru 3 bulan." jawab Agung
"Agung sayang, buktikan kalau kamu benar-benar ingin memiliki cinta pertamamu," ucap Riri.
"Ayo pulang." Riri mengajak pulang Agung, dan Agung mengiyakannya.
Agung tak mengindahkan kata-kata Riri yang mengajaknya pulang, dia menarik Riri lagi ke dalam pelukannya. Riri tidak bisa memungkiri, dia juga masih ingin melakukan kegiatan intimnya itu bersama Agung.
Tangan Agung menyusup ke dalam celana Riri. Jari-jemari Agung menyentuh lembut bagian sensitif Riri hingga ia di mabuk kepayang oleh Agung.
“Sayang, please....sudah ayo pulang....” ucap Riri dengan menyingkirkan tangan Agung yang menyentuh bagian sensitifnya
Riri memberontak dan mendorong Agung dengan keras, Agung sadar apa yang ia lakukan, akhirnya mereka pulang ke rumah dan tidak melanjutkan kegiatan intimnya itu.
Sesampainya di rumah, Riri di sambut ibunya dengan wajah yang penuh amarah.
"Bagus! anak gadis jam segini baru pulang! Sampai kapan kamu sembunyikan hubungan kamu dengan Agung, hah?" tukas ibu Riri dengan sangat marah.
"Ibu lelah Riri, nasehatin kamu tiap hari, cari laki-laki lain apa tidak bisa? dia suka dengan dunia malam, Riri. Sadarlah nak, kamu satu-satunya harapan ibu dan adik kamu." tutur Ibu Riri dengan suara sedikit lembut , karena sudah lelah menasehati Riri.
Riri seakan menutup telinga dan tidak mendengarkan apa yang dikatakan ibunya. Iya, ibu Riri seorang janda dan Riri mempunyai seorang adik perempuan masih SMP.
"Ibu maafkan Riri, dengan atau tanpa restu dari ibu dan keluarga, Riri tetap ingin menikah dengan Agung" jawab riri dengan mata berlinang.
"Baik, kalau itu mau kamu, besok ibu mau orang tua Agung ke sini untuk membicarakan pernikahan mu secepatnya. Ibu benar-benar kecewa sama kamu, Ri. tidak pernah mendengarkan kata-kata ibu,"jawab ibunya dengan kesal.
Riri segera masuk ke dalam kamarnya, dia meletakan tas nya, dan berganti pakaian, dia melihat ada bekas merah di dadanya, tanda yang di tinggalkan Agung di d**a Riri. Riri segera meraih ponselnya, dia segera menghubungi Agung, agar besok Agung dan keluarganya datang menemuinya.
"Sayang besok kamu dan orang tuamu kesini ya? untuk membicarakan pernikahan kita, aku tidak mau tau kita harus segera menikah. Aku tidak mau, terus-terusan pacaran tidak jelas seperti ini. kalau kamu benar-benar sayang sama aku, aku minta turuti keinginanku ini." Riri menuliskan pesan singkat pada Agung.
"Apa kamu siap sayang, kalau kita menikah? Aku hanya bekerja sebagai karyawan bank, penghasilanku juga tidak banyak, kalau kamu siap aku segera ke rumahmu besok,” balas Agung di dalam pesannya.
"Oke sayang, aku tunggu," Riri membalas pesan dari Agung, lalu merebahkan dirinya dan bersiap untuk tidur.
^^^^^
Pagi hari di rumah Agung, ada sedikit perdebatan antara Agung, ibunya dan bapaknya, perihal Agung meminta melamar Riri secepatnya
.
"Ibu masih belum setuju kalau kamu menikah dengan Riri, kamu kerja saja belum becus, Gung. Kamu masih sering keluar malam, hura-hura, Ibu kasihan nanti lihat istri kamu susah." Ibu Tina terus menasehati anak laki-lakinya, Tina adalah nama ibu Agung.
"Benar kata ibu mu, kakak-kakakmu saja belum menikah, Gung, apa kamu tega mau melangkahinya?" kata pak Ijan beliau adalah ayah Agung.
"Pak, Bu, aku benar-benar ingin menikahi Riri, mohon restui Agung, Agung janji akan jadi suami yang baik dan bertanggung jawab," ucap Agung.
"Baiklah, kalau itu mau kamu, nanti siang kita pergi ke rumah Riri untuk membicarakan pernikahanmu," ujar ibu Tina.
"Bu, apa ndak dipikirkan lagi dulu? anak kita seperti itu, bapak tidak tega nanti melihat Riri di perlakukan tidak baik oleh anak kita," ujar Pak Ijan.
"Pak percayalah, Agung siap pak, restui Agung untuk menikah dengan Riri."Agung memohon kepada Ayahnya.
"Nak apa kamu sudah menghamili Riri? kenapa tiba-tiba kamu minta segera menikahinya?" tanya Pak Ijan.
"Bapak bicara apa! Walaupun Agung nakal, sering pulang malam, tapi Agung tidak pernah menyentuh milik Riri yang sangat berharga, pak. Agung masih menjaganya," jawab Agung.
“Maaf pak, aku sudah menyentuhnya, tapi hanya sebatas jari telunjukku yang menyentuh mahkota Riri,”gumam Agung
"Baiklah, kita bersiap siap ke rumah Riri nanti jam 1 siang," ucap Pak Ijan.
Waktu menunjukan pukul 1 siang, keluarga Agung bersiap-siap untuk datang ke rumah Riri. Untuk melamar Riri. Mereka membawa bawaan seadanya, ya karena memang sangat mendadak sekali rencananya.
"tok...tok...tok..." terdengar ketukan pintu depan rumah Riri.
"Assalamualaikum..." terdengar salam dari balik pintu rumah Riri.
"Wa'alaikumsalam..." jawab Riri, Riri membukakan pintu rumahnya, dan ternyata yang datang adalah orang tua Agung beserta keluarganya. Agung juga ikut ke rumah Riri.
"Silahkan masuk, Riri panggil ibu dulu. Silahkan duduk, Pak, Bu." Riri mempersilahkan mereka utnuk duduk.
Siang itu Riri resmi dilamar agung dengan acara seadanya, dan pernikahan Riri akan di selenggarakan satu bulan lagi.
^^^^^
Ke esokan harinya, Riri dengan sumringah pergi kerja, kali ini dia pakai motor sendiri.
"Tumben neng, bawa motor sendiri, tidak di antar pangeran dekilmu itu?" Sapa Toto yang sudah berada di tempat parkir Karyawan.
"Ih..apaan sih om Toto, pagi-pagi sudah mulai berbicara yang tidak jelas," sahut Riri.
"Wah, sumringah sekali calon pengantin, dengar-dengar, sebualan lagi nikah kamu, Ri? Yeay....makan gratis nih!" seru Topan dengan senang. Topan teman kerja Riri dan dia juga teman akrab Agung.
"Pasti di beritahu sama Agung,"ucap Riri.
"Iya lah, secara dia teman akrabku,"ucap Topan.
"Ayo brifing dulu!" seru Wawan.
Brifing pun selesai, semua karyawan kembali ke taempat kerjanya masing-masing. Pekerjaan Riri setengah hari berjalan lancar, jam makan siang pun tiba, Riri makan siang bareng teman kantornya di kantin.
"Ciee calon pengantin, makan yang banyak biar tambah kuat,"sapa Pak Heru bos Riri, yang berada di kantin juga.
"Eh...Pak Heru, iya pak," jawab Riri dengan mengembangkan senyumnya.
Jam makan pun selesai, karyawan mulai kerja lagi. Hari senin pasti rame sekali banyak konsumen datang untuk perawatan sepeda motornya.
Jam kerja pun berakhir, Riri pulang tepat waktu, karena di rumah ibu Riri sudah menunggu Riri pulang, karena mau ke penjahit buat pesan baju pengantin dan ke rias pengantin.
"Ayo sayang, cepetan keburu malam ini," ibu Riri sambil mondar mandir menunggu Riri dandan.
"Iya ibu sayang"jawab Riri.
Dan sesampainya di sana, Riri memilih bahan untuk di jadikan gaun pada pernikahannya.
Riri memilih warna pastel untuk gaun nya dan untuk agung dia memilih membuat setelan jas.