Riri pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motornya. Benar kata Toto, udara terasa begitu dingin sore ini, karena akan turun hujan. Angin juga berhembus kencang, membuat jaket yang melekat di tubuh Riri mengembang karena terisi angin. Maklum, badan Riri kecil dan badan Toto 2 kali dari badan Riri, makanya jaketnya kegedean di pakai Riri.
Rii mengingan apa yang ia lakukan tadi di kantornya bersama Toto. Dia mengingan kejadian tadi pagi saat Toto memperlakuka dia seperti itu di depan toilet kantor. Bayangan kejadian itu masih terekam di mata Riri, apalagi dia mengingat bagaimana wajah Toto yang dengan penuh nafsu menciumi tubuh Riri tadi pagi.
Riri sampai di rumah nya, dia memasukan sepeda motronya ke samping rumah. Dia segera masuk ke dalam rumahnya, dan masuk ke dalam kamrnya. Riri melepas jaket milik Toto, dia menciumi jaket Toto yang masih ada aroma tubuh Toto. Entah kenapa aroma itu menjadi candu bagi Riri saat ini. Dia terus menciumi aroma tubuh Toto yang melekat pada jaketnya.
Riri masih memeluk dan menciumi jaket Toto, hingga ia lupa melepas seragamnya. Dia memang sudah meyukai Toto sejak lama. Lebih tepatnya, dia menaruh simpati pada Toto karena Toto selalu perhatian pada Riri. Terlebih saat Toto setiap hari sarspn dai kantor, dan seperti tak di urus dengan istrinya. Dia semakin menaruh simpati pada Toto dan selalu memberi perhatian kecil pada Toto sekadar memerikan lauk pada Toto untuk sarapan pagi. Riri memang selama menikah dia memasak dan selalu membawa bekal untuk makn siang di kantornya. Namun, setelah Agung pergi dri rumahnya, dia sudah jarang memasak lagi. Riri kembali mengingat saat pertama kali ia menawari masakan pada Toto, hingga saat rumah tangga Riri sedikit berantakan, Riri selaly memberikan lauk pada Toto.
*Flashback On*
Riri memang sudah mempunyai rasa simpati pada Toto, semenjak pernikahan Riri di penuhi pertengkaran. Dia merasa kasihan pada Toto, setiap hari dia melihat Toto sarapan pagi di kantor dengan sebungkus nasi yang dia beli saat hendak pergi ke kantor.
"Baru sarapan Om kamu?" tanya Riri.
"Iya, kamu mau? sini aku suapin," jawab Toto.
"Gak mau, aku juga bawa bekal, tapi buat makan siang, Om mau? Ada sayur lodeh ni, baru mateng." Riri menawarkan bekal yang ia bawa untuk makan siang.
Riri selalu rajin memasak sebelum pergi kerja dan menyiapkan sarapan untuk suami nya yang sebentar lagi berubah posisi menjadi mantan suami. Namun, Agung selalu membanding-bandingkan masakan nya dengan masakan ibu nya. Kadang Riri merasa sakit hati ketika di bandingkan begitu, tapi Riri berusaha sabar dan bahkan sama sekali Agung tak mencicipi masakan istrinya. Riri hanya menahan sakit hatinya.
"Aku cicipi ya masakan mu," ucap Toto.
"Boleh silakan," jawab Riri.
"Enak sekali, Ri. Senang ya, punya istri yang bisa masak dan selalu menyiapkan sarapan sebelum suaminya kerja," puji Toto.
"Ah, kamu bisa aja, om. apa istrimu tidak pernah masak?" tanya Riri.
"Jarang, bahkan saat-saat ini tidak pernah, setelah punya anak dua, dia jadi repot sekali, padahal setiap pagi yang cuci baju aku." jawabnya sambil makan masakan Riri yang lezat.
"Sungguh seandainya suami aku seperti ini, apa yang aku masak selalu di puji dan menghabiskan masakan ku aku bahagia sekali setiap pagi. Tapi, apa yang aku dapat? bahagia kagak, kesel iya? Selalu saja di banding-bandingkan dengan masakan ibunya, bahkan aku sudah berusaha meminta resep nya sekalipun ke ibu mertuaku, tetep saja Agung sedikit menyicipnya, dan bilang tidak sama rasanya seperti masakan ibunya," gumam Riri dalam hati.
Toto melihat Riri yang melamun, dia mengagetkan Riri.
"Hay nyonya Agung yang cantik jelita bak putri raja, pagi-pagi dah melamun, hayo, mikirin semalam sama suami ya?" Toto menepuk bahu Riri hingga terjingkat.
"Ehm, gak apa-apa Om Toto, enak masakan Riri?" tanya Riri mengalihkan pembicaraan.
"Enak banget Ri, punya istri kaya kamu aku betah Ri, pasti aku makan di rumah terus, bahkan makan siang pun aku rela pulang kerumah," puji Toto lagi.
"Makasih Om Toto ganteng, makan nya jangan kaya anak kecil dong belepotan gini."Riri berkata sambil membersihkan sisa makanan di bibir Toto.
Kedua mata meraka saling beradu pandang degub jantung Riri berubah seketika menjadi lebih cepat.
"Aku tinggal kemeja kerja dulu Om, mau beresin sama siapin file-file hari ini." Riri pun berlalu meninggalkan Toto dengan jantung yang masih berdegub kencang.
"Toto kamu kok kasihan sekali, apa istrimu sibuk dirumah, sampai tidak sempat masakin kamu? Andai kamu yang jadi suami aku, aahhh mikir apa aku ini," gumam Riri dalam hati.
Semenjak itu Riri sedikit memberi perhatian dan selalu mencuri pandang pada Toto saat bekerja. Apalagi Toto memang benar-benar mencintai Riri sejak pertama kali mereka bertemu.
*Flashback Off*
Riri bimbang dengan perasaannya. Riri melepas seragamnya, sebelum melepas seragamnya, dai mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu. Riri melihat tanda merah yang ada di sekitar d**a dan leher Riri. Tanda merah yang Toto tinggalkan tadi pagi. Riri bercermin dan menyentuh tanda merah yang ada di dadanya. Gundukan sintal dan padat milik Riri terlihat jelas di cermin. Riri menyentuh dan meremasnya, serta memilin bagian sensitif di gubdukan sintal itu. Riri membayangkan Toto menyentuhnya seperti tadi pagi hingga Riri ingin sekali mengulangi kegiatan tadi pagi di depan toilet kantor.
Riri tersadar akan lamunannya yang semakinmenjadi, karena putingnya semakin mengeres. Dia menghentikan kegiatan memabukan itu. Riri berbaring di tempat tidur, ungkapan cinta dari toto selalu terngiang di telinga Riri. Riri tak bisa memungkirinya, dia njuga sudah sedikit menjatuhkan hatinya pada Toto.
"Sadar Ri, dia suami orang, kamu mencintainya, bukan bahagia yang kamu dapatkan. Tapi sakit yang lebih dalam yang akan kamu dapatkan," batin Riri dalam hati.
Saat sedang melamun, Ponsel Riri tiba-tiba bergetar. Alex mengirim pesan pada Riri.
"Sudah pulang?"tanya Alex lewat pesan w******p nya.
"Sudah ini mau mandi," jawab Riri.
"Ikut,"balas Alex
"Gak mau, sudah ya aku mandi dulu," ucap Riri yang agak malas membalas pesan Alex karena masih memikirkan Toto.
"Ya sudah, mandi dulu sana. Love You sayang, nanti kalau ketemu mandi bareng ya?"balas Alex.
"Love you too, kapan ketemunya?" balas Riri.
"Insya Allah secepatnya, kalau masalah kamu sudah celar, aku akan segera ke rumahmu, berkenalan dengan orang tuamu, dan aku akan mengajakmu menemui orang tuaku," balas Alex.
"Kamu mau kan, aku ajak menemui orang tuaku?"tanya Alex.
"Iya, Insya Allah, ya sudah smbung nanti ya, aku mandi dulu,"bales Riri.
"Oke,"balas Alex.
Riri pun beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi, dia segera masuk ke kamar mandi. Gemercik air membasahi tubuh Riri, rasa lelah pun seketika luntur terbawa air. Bayangan Toto masih mengelabuhi lensa mata Riri, apalagi senyuman Toto yang manis dan tubuh atletisnya yang memikat hati perempuan. Dai pun tak bisa lepas dari bayang-bayang Alex yang selalu menyapanya lewat dunia maya.
"Alex, apa kamu benar-benar mencintaiku? atau hubungan kita hanya sebatas kekasih bayangan saja?" batin riri bertanya-tanya.
"Dan kamu Toto, apa aku harus menerimamu? kamu suami orang, tapi rasa sayang ini selalu ada untukmu," lirih Riri.
Selesai mandi Riri memakai baju favoritnya. Ya, daster adalah pakaian favorit Riri. Dia mengoleksi berbagai macam model daster terkini dan daster yang biasa saja. Riri merebahkan tubuhnya lagi di tempat tidur dengan bermain ponselnya. Dia membuka aplikasi Wechat yang sudah lama ia tak membukanya. Walaupun Vina sudah memiliki akun Wechat , dia sama sekali belum memiliki.
Dia membuat akun Wechat, baru saja dia membuat, sudah ada permintaan pertemanan, dia membukannya, dua permintaan pertemanan dari seseorang yang bernama Juna dan Annas. Dia menerima permintaan pertemanan itu.
Juna mengirim pesan pada Riri, dan ingin berkenalan dengan Riri.
“Hai....” ~Juna
“Hai, juga,” ~ Riri
“Boleh kenalan?” ~ Juna
“Boleh,” ~Riri
“Aku Juna, nam asli sesuai akun ini, orang semarang,” ~Juna
“Aku juga nama sesuai akun, aku Riri, eh...sama-sama orang Semarang?”~Riri
Mereka lama mengobrol dalam chat hingga dia bertukar nomor ponsel. Ternyata Juna dulu kakak kelas Riri sewaktu SMP. Namun, karena Riri siswa pendiam, dia tidak begitu hafal kakak kelasnya. Mereka mengobrol hingga lama, dan Juna mengajak Riri untuk bertemu nanti malam di cafe.
Riri mengiyakan ajakan Juna, dengan syarat dia membawa teman. Juna pun mengiyakan Riri untuk membawa teman saat bertemu nanti. Riri akhirnya mengajak Vina untuk menemui Juna di cafe, dan Vina pun mengiyakannya, karena dia juga butuh refreshing dan jalan-jalan.
Sehabis isya, Riri keluar rumah dan berpamitan pada ibunya untuk pergi ke rumah Vina, dan menemui Juna di cafe yang Juna beritahukan. Sesampainya di rumah Vina, Riri langsung masuk ke kamar Vina, seperti biasa dia berdandan dulu dengan temannya itu.
“Mau menemui siapa kamu, Ri?” tanya Vina.
“Gebetan baru,” jawab Riri dengan tertawa.
“Bau-bau janda sudah merebak ke semua penjuru kaum adam,” ucap Vina sambil tertawa lepas.
“Iya lah, dari pada pusing, punya gebetan macam Alex, jauh sekali, ehh... ada si Toto, aduuuhh....masa iya, mau sama suami orang,” ucap Riri sambil mempoles lip tint pada bibirnya.
“Gak apa-apa, buat tantangan, pacaran sama suami orang,” ucap Vina.
“Iya sih, benar juga, masa iya mau sama itu, sama anu, sama yah...entahlah,” ucap Riri.
“Gak usah di pikir, beb, yang penting kita happy,”
“Benar juga sih, kata kamu, kayak judul lagu ya, I’m Single, and Very Happy” ucap Riri
“Nah itu baru teman ku, gak sedih mulu, mikirin Si Agung,”
“Ya...ya...ya... yuk ah berangkat, katanya juna juga mau jalan,” ajak Riri.
Riri sampai di cafe yang Juna beritahu, dia mencari laki-laki yang memakai kaos berwarna Navy dan celana Jeans. Ternyata laki-laki itu sudah ada di samping Riri dan langsung menyapan Riri karena dia memberitahukan pada Juna kalau Riri memakai kaos dusty pink dan celana jeans hitam denga menggunakan sepeda motor Vario berwarna merah.
Juna mendekati Riri dan menyapa Riri yang masih berada di atas sepeda motornya.
“Riri ya?” tanya Juna.
“Iya, kamu Juna?” tanya Riri
“Iya, ayo Ri, masuk saja,” ajak Juna.
Mereka masuk ke dalam cafe dan mencari tyempat duduk yang nyaman. Setelah menemukan temoat duduk yang nyaman, mereka bertiga mengobrol bersama.
“Oh, iya, ini teman ku, namanya Vina.” Riri memperkenalkan Vina pada Juna.
“Hai, Vin, slam kenal, aku Juna.” Juna mennjabat tangan Vina.
“Salam Kenal juga,” balas Vina.
Mereka kembali mengobrol hingga acara live musik di mulai. Juna tiba-tiba naik ke atas panggung dan mengambil gitar akustik lalu menyanyikan sebuah lagu untuk Riri dan semua yang ada di dalam Cafe. Selesai menyanyi, Juna mengajak Riri untuk berduet menyanyikan sebuah lagu, dan Riri pun mengiyakannya. Mereka menyayikan sebuah lagu duet milik Robinhood dan Asmirandah yang berjudul salahkah kita yang waktu dulu sempat terkenal pada masanya.
Dari situlah Juna menaruh perasaan pada Riri. Riri memang wanita yang supel dan mudah untuk bergaul, juga mudah sekali jatuh cinta dan menjatuhkan cintanya teramat dalam. Waktu sudah menunju8kan pukul 23.00 WIB. Riri berpamitan untuk pulang. Juna mengantar Riri hingga ke rumah Vina dan setelah itu, Juna mengantar Riri sampai di depan Rumahnya.
Riri masuk ke dalam rumahnya, dia sebenarnya takut di marahi noelh ibunya, tapi ibunya mengerti kalau Riri juga butuh hiburan karena maslahnya yang telalu pelik. Di tinggalkan Agung yang entah ke mana perginya, belum masalah soal utang Agung pada Bank yang haru Riri juga yang menanggungnya.
Riri masuk ke dalam kamarnya dan membuka tasnya lalu melihta ponselnya. Tak ada pesan dar Alex ataupun Toto. Riri mencoba menghubungi Alex berkali-kali dan mengirimkan pesanpadanya. Tpi, tak ada satupun jawaban dari Alex. Riri membiarkan ponselnya tergeletrak di tempat tidur, dia merasa mengantuk sekali dan akhirnya Riri ketiduran.
(Alex P.O.V)
Dirumah Alex
Alex sibuk dengan segudang pekerjaanya. Selain menjadi pengajar dia juga menjadi photograper.
"Lex, kemari sebentar Papah sama Mamah mau bicara dengan mu,"panggil Papah Alex.
"iya sebentar Pah, Alex sedang cetak foto," sahut Alex.
"Nak, ditinggal dulu sebentar."Mamah nya pun menyuruh Alex menghentikan pekerjaanya.
"Ada apa Pah, Mah?" tanya Alex.
"Sini duduklah sebentar," ajak Mamah Alex.
"Nak kapan kamu akan menikah? umur kamu sudah cukup untuk menikah, apa kamu masih mencintai Maria mantan tunanganmu itu?" tanya mamah Alex.
"Pah, mah, sebenarnya Alex sudah ada pengganti Maria, tapi alex belum bisa membawa dia kesini, karena dia orang jauh, pah, mah. Dia yang bisa menggantikan Maria di hati Alex," jawab Alex.
"kalau perempuan itu sesuai dengan kita pasti kita akan menerimanya, Lex," sahut papah Alex.
"Maksud papah?" tanya Alex.
"Papah mau, dia keturunan orang sini asli, dan satu adat dengan kita. Apa pilihanmu itu asli orang sini?"tanya mamah Alex.
"Pah, Mah, dia orang Semarang. Apa Alex tidak boleh dengan dia?" Alex pun bertanya dengan perasaan yang bimbang dan ragu. Alex sudah tau, kalau hubungannya dengan Riri akan di tentang oleh kedua orang tuanya. Apalagi kalau tau Riri itu janda dan hanya karyawan biasa, hidup sederhana dan harus membiayai kebutuhan keluarganya.
"Bukannya kami tidak boleh, kita harus tau bibit, bebet, bobotnya, dia anak siapa, ibu dan bapaknya bekerja sebagai apa, itu yang penting. Kamu harus tau Alex, bagaimana posisi papahmu di sini,"ucap mamah Alex.
"Iya pah, mah, Alex tau. Tolong mamah dan papah jangan seperti ini, biarlah Alex memilih calon pendamping Alex sendiri. Alex tidak mau kejadian dulu terulang, pah, mah. Sakit sekali ketika Maria meninggalkan alex karena pria yang lebih kaya dari Alex, lebih memilih orang yang berpangkat," jawab nya sambil mengacak rambutnya.
"Alex kali ini papah dan mamah ingin kamu menuruti kami, kamu lulus dari Ponpes terbaik, kuliah di universitas terbaik, tapi kamu memilih menjadi pengajar ketimbang ikut di perusahaan papahmu, kami tidak melarangmu, Lex. Walaupn lami tak mau kamu menjadi seorang pengajar,"ucap mamahnya alex.
"Mah, Pah, tolong kasih kesempatan Alex, untuk mengenalkan wanita pilihan alex."mohon Alex kepada Papah dan Mamahnya.
"Oke, tapi kalau kami dan keluarga besar tidak bisa menerimanya, kamu harus mau dengan pilihan kami," tegas papahnya Alex
"Baik pah, Alex permisi ke kamar dulu." pamit Alex dengan wajah yang murung.
Alex melanjutkan pekerjaannya, perkataan Papah nya masih saja terngiang di telinganya.
"Riri, sungguh ini menyakitkan, aku mencintaimu walau dalam angan dan bayangan ku, sungguh aku ingin memilikimu, tapi Papah dan Mamahku? aku tak yakin dengan statusmu, entah Papah dan Mamah serta keluarga besar menerima mu atau tidak," lirihnya dalam hati.
Alex terdiam dan terhanyut dalam lamunan.Sampai dia tidak menghiraukan ponselnya, padahal dia janji akan menghibungi Riri lagi setelah Riri selesai mandi.
"Ya ampun, aku sampai belum sempat menghubungi Riri,"lirih Alex.
Dia mencari ponsel nya dan melihat banyak sekali pesan masuk dalam ponselnya.