CVC 49. ke diskotik part 1.

1390 Words
Ciuman itu sentuhan yang dibutuhkan raganya. Ya, ia mendambakan ciuman semesra itu dari seorang Aaron Sebastian, pria yang pernah memenuhi ekspektasinya sebagai partner cinta. Akan tetapi, apalah cinta bagi seorang Cassanova? Yang hanya mencari petualangan seksual dan tidak akan menetap pada satu hati. Ia bisa berubah. Ya, tentu saja. Seperti banyak yang dijanjikan pria pada pasangan mereka. Ber.cinta dengan seorang Aaron Sebastian harus bersiap menjadi pecundang. Cassandra berusaha melepaskan diri dari kekangan Aaron. "Lepasin gue, kam.pret" bentaknya sambil mendorong pria itu dan tak lupa menampar wajahnya. Plakkk! Aaron meringis dengan sorot tajam pada Cassandra. "Baiklah, Cassandra. Aku tahu kau suka bermain peran dan aku jamin aku bisa mengimbangimu," kata Aaron. Cassandra mengusap bibirnya yang basah oleh liur Aaron. Ia hendak menendang Aaron, tetapi pintu lift terbuka dan beberapa pasangan muda-mudi masuk sambil berbincang riang. Cassandra dan Aaron terpisahkan oleh rombongan itu. Cassandra mengacungkan tinjunya pada Aaron, membuat pria itu menyeringai sambil mengusap pipinya bekas ditampar. Muda- mudi itu mengenali Cassandra dan menyapanya. "Eh, Mba Cassandra! Waah, luar biasa banget bisa ketemu di sini. Mba, boleh selfie gak? Sekali, aja." Cassandra menyahut dengan senyuman ramah menghiasi wajahnya. "Ya, boleh." Lalu mereka berpose selfi bersama. Gabriel menyikut Aaron agak keras, sehingga menoleh padanya dengan muka merengut. "Apaan sih, Riel?" Gabriel gerah sekali dengan kelakuan Aaron. Ia membisiki pakai geraham dirapatkan. "Kita pulang aja, gak usah ladenin sandiwara Elliana. Aku yakin kita berhenti ngikutin, dia bakalan pulang." Aaron balas berbisik yang menyebabkan orang-orang dalam lift melirik mereka karena berpikir keduanya adalah pasangam gay yang sedang berayuan. "Ei, ini 'kan dia yang nantangin, apa salahnya kita ikutin?" "Ingat, Aaron, ia mengincar jam malam kamu," tegur Gabriel. "Dia tidak akan tega," sahut Aaron. Gabriel semakin kesal. Akhirnya ia bersedekap dan membiarkan saja. "Baiklah, jika itu yang ingin kau lakukan. Silakan. Aku tidak akan mengingatkanmu lagi." Aaron mencubit kedua pipi Gabriel dan meledeknya. "Uwu uwu uwu, si Ariel merajuk .... keknya kamu butuh pelampiasan juga, bos!" Gabriel menepis tangan Aaron. "Aaah! Sudah, jangan ganggu aku!" Lift berhenti dan terbuka. Mereka segera keluar dari ruang mini itu dan berjalan di koridor temaram. Beberapa orang seliweran sambil bersenda gurau ataupun berpelukan. Dentuman musik cepat terdengar jelas dan begitu tiba di depan pintu berornamen pohon tropikal dan memajang palang bertuliskan Havana. Cassandra pernah ke diskotik itu sekali sebelumnya bersama Wiwi yang menemui kenalan, sehingga sedikitnya ia sudah paham ngapain aja di situ. Memasuki Diskotek Havana, musik keras langsung membuat telinga pengang. Namun semakin ke dalam, suara musik membaur dengan percakapan sekitar, tidak terlalu mengganggu lagi. Malahan menambah seru suasana. Orang-orang berjoget ria dan pelayan berpakaian seksi seliweran membawa minuman pesanan pelang.gan. Cassandra menitipkan tasnya kemudian berjalan menuju lantai dansa sambil mengibaskan rambutnya, serta membuka mantel memperlihatkan tubuh yang berbalut mini dress tanpa tali pundak. Beberapa pria melihatnya seorang diri bergoyang menjadi sangat menggoda. Tidak perlu waktu lama, Cassandra bak bunga yang dikerubungi lebah. "Hai, sendiri aja nih?" "Eh, kalau aku gak salah kamu ini Cassandra, ya? Pelukis yang lagi viral itu?" "Hem, kenalan dong! Aku Jorge Luis, kamu siapa namanya?" "Aku traktir ya? Boleh?" Cassandra senyum- senyum saja dan tidak menjawab satu pun pertanyaan mereka. Ia hanya ingin berdansa, mengangkat tangan dan menggoyang pinggulnya dengan leluasa. Ia ingin menunjukkan kebebasan dan menikmati malam tanpa beban. Para pria tidak keberatan, asalkan mereka bisa memepetnya, membiarkan sang bunga menjatuhkan pilihan. Namun, keseruan para pria itu terusik oleh Aaron yang menyeruak di antara mereka, merentangkan tangan menjauhkan para pria itu dari Cassandra Elliana- nya. Cassandra mendelik mata bodoh dan tetap berdansa sesuka hatinya. "Hai, Bung! Lo siapa datang- datang main serobot aja?" tegur salah satu pria. Aaron menjawab tegas. "Gue partner dia datang kemari. Kenapa? Mau apa lo, ha?” Sedikitnya mereka mengenali Aaron dan kearoganannya, membuat mereka urung melawan. Para pria itu mundur menjauhi Cassandra. Sekarang Aaron bisa leluasa berdansa mengiringi Cassandra. Sementara Gabriel masih di luar diskotik, sibuk menelepon pihak hotel untuk persiapan jika terjadi kedaruratan. Cassandra berusaha mengabaikan Aaron, tetapi pria itu tetap bicara padanya. "Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tetapi aku menyukai sisi lain darimu ini, Elliana. Yang mana pun dirimu, aku tidak keberatan. Kita sudah sama- sama tahu sisi gelap masing-masing. Bukankah itu artinya kita akan jadi pasangan yang serasi?" Cassandra mendengkus, kemudian berujar mengetusi Aaron. "Saya gak suka Bapak. Titik!" "Kalau saya mau menuruti semua keinginan kamu, apa kamu masih menolak saya, Ell?" Cassandra tidak menjawabnya. Terus berdansa mengikuti hentakan lagu. Aaron memangdanginya. Dalam keremangan dan siluet gerakan tubuhnya, dia justru terlihat semakin mengundang. "Please, Ell. Saya akan beri kamu uang, boost karier kamu di Novantis maupun sebagai pelukis. Sediain kamu apartemen, biayain kamu buat dandan jadi apa aja. Apa aja, pokoknya kita jadian." Jika seorang wanita membalas ucapan itu dengan perkataan, ah, Bapak bohong ..... Itu pertanda bahwa ia mulai membuka hati, ingin mendengar ucapan, enggak, aku serius .... Tidak. Serius adalah kata yang paling bullshit bagi Aaron jika menyangkut cinta. Aneh memang. Cassandra memejamkan mata berusaha terhanyut dalam musik clubbing. Ia yang sudah semandiri ini masih berpikir cinta adalah hal yang sakral dalam hubungan laki- laki dan perempuan. Ia ingin pembuktian cinta itu dalam ikatan suci pernikahan. Salahkah jika berharap demikian? Aaron menatap Cassandra yang enggan melihat padanya. Berharap setidaknya Cassandra memberi petunjuk bahwa ia punya peluang menjadi kekasih. "Aaron?" suara seorang wanita menginterupsi. Aaron dan Cassandra sama- sama menoleh pada pemilik suara yang ternyata adalah Celine, selingkuhan Aaron. Aaron terperangah. Tidak percaya wanita itu harus muncul di saat-saat ia sedang PDKT dengan Cassandra. "Celine? Kok kamu bisa ada di sini?" "Hei, aku sering kemari. Kamu ...." Celine melirik pada teman wanita Aaron dan seketika terbelalak. "Hah? Cassandra? Oh, jadi kamu jadian dengan Aaron?" Cassandra memutar bola mata, kehilangan minat berdansa. "O please, deh. Kayak gak ada laki- laki lain aja," seloroh Cassandra sambil melengos pergi dari lantai dansa. "Cassandra!" Aaron ingin mengejarnya, tetapi Celine menarik dan mencengkeram erat tangannya. "Aaron, kita harus bicara!" desak Celine. "Soal apaan lagi sih?" ketus Aaron. "Aku minta maaf soal kejadian di mall itu. Aku gak tau kalau salah satu pegawai Novantis itu ponakan kamu. Aku sadar aku salah." Celine mendekap Aaron, membelai telinganya dan membisikinya. "Sebagai permintaan maafku, mari kita habiskan malam bersama, Aaron. Aku kasih kau pertunjukan yang pasti kau sukai. Hurrrh ...," mendengkur kucing di telinga Aaron lalu menggigitnya. "Oh, please, Kitty Baby, ini bukan saat yang tepat, okay?" rutuk Aaron ingin segera melepaskan diri. Celine manyun manja. "Ouuh. Kau masih menyebutku Kitty Baby. It's so sweet ...." "Ya, dan juga pada puluhan perempuan lainnya, aku menyebutnya Kitty Baby juga. Tidak ada yang spesial." "Oh? Jadi selama ini ...." Celine mengatup mulut agar tidak marah- marah pada Aaron. "Cassandra juga?" "Cassandra?" Aaron tergamam sebentar. Terbayang Cassandra sangat menyayangi kucing, membuat Aaron tersenyum tipis. "Cassandra akan jadi Mommy Pus.sy yang baik." Celine terbeliak mau muntah. "Eewh, Aaron. Kamu jadi Baby Pus.sy, gitu? Segitu- gitunya kamu sama Cassandra. Jangan- jangan kamu dipeletnya nih?" Aaron menepis tangan Celine. "Aku tidak peduli dan kau sebaiknya berusahalah tidak peduli dengan urusanku." Bibir Celine terkatup rapat dan dia menggenggam kuat- kuat tangan Aaron. "Ya, aku memang tidak peduli. Aku tidak peduli apa pun, pokoknya kamu harus tetap sama aku," ujarnya dengan sorot berapi- api. Saat Aaron sibuk dengan Celine, Cassandra ke meja bartender dan memesan minuman non alkohol. "Jus jeruk aja, Bang," katanya. Bartender segera membuatkan racikan minuman untuknya. Sembari menunggu, Cassandra menoleh pada Aaron dan Celine di kerumunan sana, entah berdebat atau berdansa mesra, tidak jelas terlihat karena temaram. Ia menarik napas dalam berusaha menata hati. Suasana dalam diskotik itu saja sudah membuat akal sehat terganggu, apalagi jika ditambah minuman memabukkan. Sesekali ia ingin lepas kendali dan rasanya ini malam yang tepat karena ada Bapak Gabriel yang akan mengatasi Bapak Aaron serta membereskan kekacauan. Eh, tapi ngomong-ngomong dalam hati nih, Bapak Gabrielnya mana ya? Diskotik ibarat kandang untuk orang yang mau menjadi liar. Di dalam sana adalah kumpulan jiwa muda yang menggila. Selain Celine, di diskotik itu juga hadir biang kekacauan lainnya yaitu Billy. Saingan Aaron serta lawan Cassandra. Billy melihat Cassandra ada di meja bar dan seketika hasrat balas dendamnya menemukan pelampiasan. Pria itu terkekeh sendiri sambil membatin, Cassandra, kali ini kau akan hancur! Huahahahha .... Ia mengirim pesan untuk bartender yang melayani Cassandra agar membuat gadis itu mabuk berat. Tanpa kesulitan Si bartender mencampurkan sesuatu ke dalam jus jeruk buatannya dan menyajikannya pada Cassandra. *** Bersambung .... Part ini baru setengah ya. Ntar ada sambungannya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD