Tawaran Aaron ada benarnya. Karena ia masuk hotel sebagai Cassandra, maka sewajarnya ia keluar dari tempat itu sebagai Cassandra.
Elliana kembali memoles dandanan Cassandra-nya. Mengenakan mini dress yang sama, dia berdiri di depan cermin, memegarkan rambut, kemudian memoles lipstik merah ke bibirnya — yang mungkin karena efek mabuk, terasa meradang kek bekas disedot- sedot — sehingga terlihat tebal tanpa perlu diberi efek plump.
Gabriel dan Aaron setengah berbaring di ranjang memandanginya dengan sorot memuja. Cassandra kek wanita panggilan mahal yang mau melayani 2 pria me.sum. Terutama Aaron, sampai menjilat bibir dan mencecapnya. Sedangkan Gabriel "lowkey" saja ekspresinya, mendeham kecil beberapa kali, kemudian menunduk mengutak- atik ponsel.
Aaron senang melihat Elliana kesal karena ulahnya. Ia tidak ingin berpisah dari gadis itu. "Ell, kita nginep semalam lagi yuk di sini. Biar gosip di luar makin hot."
Cassandra memelototinya. "Gak usah bikin saya marah bisa gak sih, Pak? Kalau nginep lagi bisa- bisa besok keluar berita CEO Novantis ditemukan tewas dicekik. Bapak tuh super. Super ngeselin."
Gabriel tertawa dikulum, membuat Aaron meliriknya dan merutuk sambil menyepak- nyepak kaki Gabriel. "Kamu seneng banget liat aku di-bully, Riel. Belain dong! Kamu 'kan sobat aku."
Gabriel berusaha mendatarkan wajahnya. "Belain gimana? Ron, sudah jelas kamu sendiri yang ngeyel. Dah dinasehatin juga. Aku mah bisa apa atuh?"
"Ya suruh Elliana tugas lapangan nginep di hotel dampingi aku."
Gabriel mendengkus seraya membuang muka.
Cassandra menyepak kaki Aaron yang terjuntai di pinggir ranjang. "Mau lo, ya! Dasar CEO me.sum! Gak bisa! Saya gak bisa inap inep kek gini. Kucing- kucing saya gak ada yang urus. Kasian mereka kelaparan dan gak ada yang bersihin pup- nya."
"Isshh, ganas amat jadi cewek," gumam Aaron. Lalu ia bersemangat bangkit dari ranjang. "Kalau begitu kita ke apartemen kamu aja. Aku bantuin urusin kucing kamu." Sekalian urusin Mommy pus.sy- nya. Ehehehe ....
"Gak usah!" bentak Cassandra. Ia lalu menghadap Gabriel dan mendesak bosnya itu. "Pak, bisa gak sih ditegor Bapak Aaron nih?"
"Gak bisa, Ell, kek kamu bilang tadi. Dia manusia super. Ngeselin sampai ke tulang."
"Hiih, beneran pengen ta hiiih!" Cassandra menggerutu sambil menjauh. Ia ke depan cermin lagi, memasang mantelnya.
Sama seperti Aaron, Gabriel sebenarnya masih ingin bersama Elliana. Ingin mendekatinya secara wajar dan mana tahu Elliana ingat apa yang mereka lakukan dan memilih bersamanya. Rasanya belum puas. Gabriel mendeham kecil beberapa kali.
Cassandra mendengar dehaman itu dan bersuara pada Gabriel. "Bapak sakit tenggorokan? Saya punya permen pelega, Pak." Ia meraih dompetnya dan mengeluarkan 2 biji permen licorice. "Nih, Pak!" Cassandra menyerahkan permen itu ke tangan Gabriel.
"Makasih, Ell," ucap Gabriel lalu membuka bungkus gula batu tersebut.
"Buat aku mana, Ell?" goda Aaron.
"Gak ada!" Cassandra melengos menjauhi Aaron.
"Isssh, pilih kasih banget sih kamu, Ell. Dasar Nenek Tapasha."
"Dah tau kenapa Bapak masih aja godain saya?"
"Saya suka nonton Nenek Tapasha," ucap Aaron.
Cassandra meringis. "Njiir, aneh banget seleranya. Kok emak- emak banget? Bapak nih besar di Swiss apa di rusun sini sih?"
Gabriel mingkem tertawa ditahan- tahan atas kekonyolan Aaron. Keknya bener kepala Aaron mesti digetok biar bisa warasan dikit.
Mereka bertiga lalu keluar kamar hotel. Cassandra mengenakan kacamata hitam buat nyembunyiin matanya yang kurang tidur. Selebihnya, ia berpenampilan cukup anggun, berjalan berbarengan dua pria tampan. Petugas valet membawakan mobil Aaron hingga depan lobi. Aaron dan Cassandra masuk ke bagian penumpang, Gabriel menjadi juru mudi.
Dari kejauhan, wartawan mengambil foto mereka untuk bahan gosip. Rosalinda sudah mengatur juru bicara untuk menjelaskan hubungan mereka. Yaitu, bahwa mereka teman baik saja dan berada di hotel itu untuk membicarakan proyek kerja. Sebisa mungkin akan menyangkal kalau mereka ada hubungan romantis, biar orang- orang makin penasaran. Menyadari hal itu, Elliana termenung memikirkan bahwa identitas asli Cassandra bakalan dikorek- korek. Ia harus menghindari tampil di skandal- skandal seperti itu lagi.
Mobil bergerak meninggalkan hotel. Mereka mengantar Cassandra dulu ke apartemennya. Di perjalanan, Aaron menggoda gadis itu lagi. "Ell, buka dong blokiran aku. Kita akan bekerja sama dan jadi partner karib, masa aku gak bisa hubungin kamu?"
"Biarin!"
"Apa kamu blokir aku karena kamu takut aku masuk ke hatimu?"
"Ih, apaan sih?" rutuk Cassandra.
"Ya 'kan? Kamu marah- marah terus sama aku tandanya kamu sensitif sama aku. Apa lagi penyebab kamu sensi sama aku kalau bukan karena kamu masih suka sama aku? Sekarang kita terjebak dalam situasi ini, bukankah itu berarti kita ditakdirkan bersama?"
Cassandra gak tau mesti bilang apa lagi pada Aaron. Ia pun mempertanyakan hatinya, apa bener ia masih suka dengan Aaron Sebastian? Cassandra lalu bersuara pada Gabriel. "Pak, berhenti sebentar, Pak. Saya mau pindah ke depan saja. Kalau di sini saya jadi pengen nyekik seseorang."
Daripada mereka berkelahi dan saling terkam, Gabriel menghentikan mobil. Cassandra bergegas pindah ke sebelahnya.
"Huh, berlindung sama Gabriel terus. Awas, ya!" gerutu Aaron.
"Biarin! Wee!" cibir Cassandra lalu duduk santai menghadap jalan. "Makasih, ya, Pak!" ucapnya pada Gabriel yang dibalas senyuman tipis saja.
"Huh!" dengkus sebal Aaron. Ia mengambil tisu, menggumpal- gumpalnya, lalu melemparnya ke kepala Cassandra. Gadis itu meringis merasa terganggu, menoleh padanya sambil membentak. "Apaan sih, Pak? Kolokan banget. Bapak gak happy ending di PAUD? Kelakuan kek anak kecil aja!"
Aaron balas menyolot. "Iya. Kamu tau kenapa? Karena happy ending aku cuma sama kamu!"
Kontan wajah Cassandra merah padam dan bibir terkatup rapat. Tidak mengira rayuan gombal Aaron bakalan membuat tubuhnya bereaksi desiran hangat. Untungnya, kacamata hitam membantu menutupi hal itu. Ia melempar balik tisu Aaron. "Tapi Bapak bukan happy ending saya," desisnya.
"Kenapa begitu? Aku kaya raya, tampan, dan hebat di ranjang."
"Tapi gak ngajak ke pelaminan," sela Cassandra.
"Oke saya lamar kamu. Berapa kamu minta mahar?"
Cassandra kelu lagi lidahnya. Ibarat gadis yang sudah lama menyimpan cinta, ucapan Aaron adalah balasan yang dinantikannya. Tetapi, apakah semudah itu menerima lamaran sang Cassanova?
"Ini bukan soal mahar," imbuh Cassandra. "Ini soal komitmen. Kalau memang Bapak serius sama saya, buktikan dengan Bapak sanggup tidak kencan dengan perempuan mana pun, bahkan dengan alasan penawar sakit perubahan wujud Bapak." Ia yakin 100% Aaron tidak akan sanggup.
Aaron mangut- mangut. "Baik. Kalo itu yang kamu minta dari saya, akan saya lakukan." Rahangnya mengeras lalu bersandar mengempas dan bersedekap erat. Cukup kesal dengan tantangan Cassandra, padahal jika saja Cassandra langsung menerima pinangannya, maka masalah itu teratasi. Kenapa Cassandra tidak mau langsung bilang, "Ya, Aaron, aku bersedia menikah denganmu." Perempuan mikirnya memang terlalu ribet.
Cassandra duduk tegang dan menghadap lurus ke depan. Ia pun juga kesal Aaron menganggap pernikahan main- main doang. Apalagi berlagak setia? Heh, nunggu sampai matahari terbit di barat kali. Kagak bakalan!
Sampai di emperan gedung apartemennya, Cassandra keluar dari mobil. "Telepon aja aku kalau ada apa- apa, ya," pesan Gabriel pada gadis itu
"Iya, Pak. Terima kasih."
"Baiklah, Bye, Ell, sampai jumpa!"
"Sampai jumpa, Pak." Cassandra pamit pada Gabriel, akan tetapi pada Aaron meringis tak suka. Pria itu malah tertawa.
Gabriel segera melajukan mobil agar Cassandra bisa segera masuk ke apartemen. Di belakangnya, Aaron bergumam, "Dia cinta padaku. Aku tahu itu."
Gabriel memandang dari pantulan cermin dan mengembus napas panjang. Ia yakin Cassandra Elliana tidak cinta pada Aaron. Yang dimilikinya hanya ketertarikan sesaat. Namun, ia sendiri tidak yakin apa bisa menarik Elliana hingga ke jenjang pernikahan seperti yang direncanakan kedua orang tua mereka. Bisa jadi Elliana benci perjodohan. Bisa jadi yang dirasakannya juga hanya ketertarikan sesaat.
"Hei, Riel, kenapa kamu diam saja?" tegur Aaron.
"Oh? Hmm, aku memikirkan bagaimana kau hidup tanpa kencan- kencan itu. Sudah lama aku berusaha mengingatkanmu agar berhenti melakukannya, tetapi kau tidak mau mendengar. Sekarang demi Elliana, apa kau yakin kau sanggup? Menjadi Novan saja mungkin lebih baik demi kesehatanmu." Nasihat Gabriel sebenarnya untuk meluluhkan niat Aaron menggaet Elliana dan ia berharap Aaron mematuk umpannya.
Aaron manyun sesaat. "Aku rasa ini saatnya aku harus menanggung risiko dari menjadi sempurna. Bukan hanya karena perasaanku pada Cassandra Elliana, tetapi aku harus tahu sejauh mana obat itu berdampak padaku, apakah rasa sakitnya sepadan atau berujung menghilangkan nyawaku."
"Kau nekat, Aaron."
"Aku bukan pemain aman seperti dirimu."
"Baiklah. Aku tidak akan mengingatkanmu lagi soal ini," ucap Gabriel mengakhiri perdebatan mereka.
Malam itu, Aaron menikmati kesakitannya seorang diri di apartemennya. Satu mantra yang membuatnya berani menjalani perubahan wujud tanpa bersanggama. "Demi kamu, Ell. Aku buktikan keseriusanku!"
***
Cassandra tiba di apartemennya. Pertama yang diperiksanya adalah para kucing. Ruangan Moses dan Anais sangat berantakan. Bulu kucing bertebaran, pasir pup berserakan di lantai, wadah makanannya dijatuhkan dan bijih makanan mereka tumpah. Tergegau melihat kekacauan yang dibuat Moses dan Anais. Berantakan plus bau- baunya. Cassandra menjambak rambutnya sendiri dan berteriak meluapkan kekesalan. "Aaaahh, sialaaaan!"
Dia kapok ke diskotik lagi kalau hari- harinya bakalan jadi sekacau ini. Rencananya sehabis mengurus kucing- kucingnya, ia akan tidur melepas lelah, ternyata harus membersihkan semua kekacauan itu dulu. Badannya jadi kotor oleh debu dan bau, sehingga ia harus mandi bersih.
Saat mandi dan menggosok bagian pribadinya, Elliana merasa gelisah, bagian k*********a berlendir dan puncak buah dadanya mengeras serta agak cenat- cenut nyeri dicubit- cubit. "Ehmmh, kok gini yah? Apa efek mabuknya masih ada ya? Duh, ehmmh, kalau begini gak lagi deh minum- minum di bar. Hmmh ...." Elliana tidak bisa menahan terpejam dan menikmati sentuhan oleh tangannya sendiri. Mimpi erotisnya terbayang lagi bak cuplikan film. Ada Bapak Aaron dan Bapak Gabriel menciuminya bergantian, menggerayangi tubuhnya, menyentuh bagian paling intim di dirinya. Elliana merasa pusing, sejuknya air mandi tidak meredam panas dalam raganya.
Ia membuka mata dan menjauhkan tangannya dari bagian sensitif tubuhnya. "Njiir ... gilaaa, berasa beneran aja." Terbesit Bapak Gabriel benar- benar melakukan hal me.sum padanya, membuat Elliana tersipu sendiri. Cepat- cepat ia menggeleng. "Nggak! Nggak mungkin deh! Kayaknya kebanyakan perangsang ini. Duh, udah ah, mending tidur aja daripada ngebayangin yang aneh- aneh." Kemudian ia bergegas membilas bersih badannya.
Besoknya, bangun tidur pagi, Elliana tidak kepikiran soal naena lagi karena ia ada kegiatan lomba cosplay di mall Bing Hitz. Ketika mau berdandan, ia membaca berita viral di internet soal Cassandra dan Aaron berada di hotel dan diisukan ada hubungan khusus meskipun pihak manajemen Cassandra menyangkal hal tersebut. Banyak yang mendukung Aaron dan Cassandra jadi pasangan kekasih karena sama- sama sepadan. Cantik dan tampan merupakan padanan yang serasi. "Hilih, mereka gak tau aja," gumam Elliana lalu menjauhkan ponselnya dan fokus berdandan.
Daripada jadi Cassandra bakalan dikenali, Elliana mendandani wajahnya mirip Jenny Blackpink. Lagu hits girlband Korea Blackpink diputar mengiringi ia berdandan.
Kelopak matanya gak perlu dibikin karena matanya sudah sipit dan kecil. Ia membuat ekor mata saja serupa dandanan cat's eye, serta bibir diranumin kek cemberut imut. Nuansa palet warnanya pun dipilih yang kalem dan natural. Rambut lurus, pipi berona pink, wajah agak jutek, ya, sudah beres jadi Jenny Blackpink. Pakaiannya juga casual bagai remaja tanggung. Rompi jeans, hotpants, bot selutut, tas selempang kecil. Aksesorisnya, jepit rambut, kalung dan gelang manik- manik. Ia memantrai dirinya sendiri di depan cermin. "Jenny Blackpink, Jenny Blackpink!" Voila, dia adalah Jenny Blackpink KW.
Sambil berjalan meninggalkan apartemen, ia memegangi ponsel chat sama Jimin. Bapak Gabriel mengiriminya pesan dan terlanjur dikliknya sehingga langsung ketahuan pesan terbaca.
[Kamu di mana, Ell?]
"Ih, Bapak Gabriel tahu aja aku mau hangout. Pasti ini suruhan Bapak Aaron. Duh gimana ya? Bohong apa nggak nih?" Hmm, terpikir nanti di-video-call terpergok lagi berbohong.
[Masih di apartemen. Mau jalan, Pak. Ke mall.]
Lalu tidak ada balasan lagi walaupun pesan sudah dibaca.
Elliana tidak memikirkan hal itu juga karena ia ke mall dan di lobi masuk ketemuan dengan Jimin. Pemuda itu gak kaget lagi liat dandanan Elliana soalnya ntar pakai kostum, penampilan mereka bakalan berubah lagi.
Keduanya ke atrium mall, tempat kontes. Di sana sudah ribuan orang berkerumun dan sebagian besar memakai kostum karakter idola mereka. Mulai dari tokoh anime, DC, Marvel, Disney, dan sebagainya. Jimin dan Elliana ikut kontes sebagai couple. Mereka berganti kostum di bilik khusus jatah grup mereka. Jimin jadi Naruto Uzumaki, pemuda ninja berambut landak warna kuning lengkap dengan headband, serta jubah Hokage. Elliana jadi Hinata Hyuga, gadis berambut ungu bermata bundar warna abu- abu, serta berpakaian ninja yang seksi model jala dan bawahan berbelahan tinggi.
Kontestan diharuskan naik ke panggung, menirukan suara dan ekspresi karakter, serta gerakan pamungkas mereka. Selain cosplayer terbaik, juga disediakan kategori favorit, yaitu voting terbanyak dari penonton/pengunjung mall dan sosial media.
Saat kontestan berbaris di atas panggung, Elliana melihat dua sosok yang dikenalnya di antara para penonton. Bapak Aaron dan Bapak Gabriel. Elliana terbelalak. Ngapain mereka di sini segala? batinnya. Buat dukung aku? Ih, jangan GeEr, Ell. Palingan mereka kebetulan aja hang out di mall.
Aaron tampak semringah melihat aksi Elliana di panggung. Bayangkan kalau punya cewek kayak bunglon, bisa disuruh berperan jadi siapa aja. Kayak gonta- ganti kecengan jadinya. Fantasi laki- lakinya segera melanglang buana. Begitu juga Gabriel yang selalu "lowkey" reaksinya.
Kehadiran pria semenawan Aaron dan Gabriel di tempat itu tentu saja menarik perhatian orang- orang dan Aaron tidak menyia-nyiakan pesonanya, apalagi banyak kaum hawa. "Kalau kalian mem-vote pasangan nomor 8, aku bakalan terima follow kalian dan akan ku-follback," umbar Aaron.
Para hawa langsung stalking IG Aaron dan yang udah di- follback pada ngeliat lah itu foto- foto narsisnya Aaron yang topless, sixpack abs bak roti sobek, wajah terpahat berahang tegasnya dan kalau foto dari belakang ada cetakan pantatnya pakai bokser dan punggung bidangnya yang kayak bisa digantungin dua orang. Penyejuk mata sejuta umat. Ya berbondong-bondong lah yang nge-vote dan follow Aaron sampai tombol follback- nya Aaron jebol. Aaron langsung sibuk foto bersama, Gabriel ikut terseret- seret juga kemudian pelan- pelan menjauhi Aaron dan memilih berdiam di sudut panggung.
Kebetulan manajer mall ada di situ juga. Ia mengerahkan pasukan keamanan buat jaga- jaga, serta menyapa Aaron ditengah kesibukannya bersama "penggemar".
Elliana yang melihat dari atas berdiri sambil mendengkus- dengkus kesal. Ia belum boleh turun panggung karena sedang voting. Dalam hati berharap Aaron tidak merusak acara tersebut karena mengumbar pesonanya. Elliana bertatapan dengan Gabriel yang menunjukkan kalau pria itu mengenalinya meskipun dalam kostum Hinata.
Jimin menyikut Elliana dan membisikinya, "Ell, liat vote buat kita, ngelonjak banget."
Voting untuk ia dan Jimin masuk mengungguli kontestan lainnya. Kening Elliana mengernyit kemudian beralih menatap Gabriel. Ia mengeluarkan ponsel dan mengetik pesan buat pria itu.
[Pak, ini teh ulah Bapak Aaron?]
[Begitulah.] Balasan Gabriel.
"Haduh! Kok dia ikut campur sih?" gerutu Elliana yang membuat Jimin keheranan.
"Kenapa, Ell?" tanya Jimin.
Elliana lalu membisikinya. "Itu. Bos aku ngepromoin kita. Gimana itu kalau dianggap curang?"
"Nggak kayaknya, Ell," sahut Jimin. Elliana lalu terdiam. Ia tidak enak hati karena khawatir jadi hutang budi pada Aaron. Jimin merasakan hal itu. Ia berujar pada Elliana. "Udahlah, jangan dipikirkan. Kamu 'kan gak minta. Ya biarin aja dengan ulah dia."
"Iya juga sih." Elliana berusaha tidak peduli.
Mereka lalu menunggu hingga acara pengumuman pemenang. Hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Elliana dan Jimin menjadi pemenang favorit. Untuk cosplay terbaik mereka tidak menang karena tidak ada persiapan matang dan tingkat kesulitan kostum yang tidak seberapa. Namun, piala serta uang hadiah lumayan menghibur mereka, yaitu 5 juta rupiah, dibagi berdua.
Mereka berbincang- bincang setelah turun dari panggung.
"Lumayan buat jajan," ujar Elliana semringah.
"Kamu buat jajan, lah aku buat bayar kosan dan beli sembako," keluh Jimin.
Elliana baru terpikir buat ngasih bagian yang lebih besar buat Jimin, tapi Aaron dan Gabriel muncul mengusiknya. "Ei, ei, habis menang harusnya ngasih persenan dong buat pendukung kamu, Ell," ujar Aaron.
Muka kalem si Hinata langsung merengut denger suara itu. "Apaan sih? Orang gak minta juga!" kilahnya.
"Hiiih! Dasar gak tau balas budi! Kamu jadi cewek tegaan banget sih? Gak ada lembut- lembutnya."
"Hee, 'kan saya bukan cheese cake, Pak. Sudah tau saya barbar, kenapa Bapak masih juga doyan godain saya? Mau bikin saya keder, ya? Huh, dah tau akal bulus Bapak. Wadaaaw!"
Aaron mencubit dan menarik pipi Elliana. "Hiih, kamu ama mulutmu ini gemeshiiin!"
"Lepasin! Lepasin!" cebik Elliana sambil memukul- mukul tangan Aaron.
Gabriel yang berdiri di belakang Aaron merengut. Kekesalannya ditampakkan dengan memicingkan mata pada Jimin.
Sayangnya Jimin tidak punya jurus ninja kayak tokoh yang dimainkannya. Ia merasa rendah diri berada di sana. Ia pamit undur diri. "Ell, aku pergi dulu ya? Ntar lagi aku masuk shift aku."
"Eh? Eh, iya ya, Jim. Sampai jumpa. Hati- hati di jalan, ya!"
"Oke. Bye!"
Jimin pergi, tinggal Elliana berhadapan dengan dua bosnya. Kedua pria itu bersedekap dan mata memicing. "Traktir kami makan!" pinta Aaron dengan gaya memerintah.
Adapun Elliana merasa tidak sampai hati juga mengabaikan bantuan mereka. Lumayan hadiah duit itu bisa bantu Jimin. "Ya deh!" sahut ketus Elliana. "Ntar saya ganti kostum dulu."
Elliana pergi ke bilik berias. Di dekat situ, Gabriel dan Aaron berdiri berjaga. "Kalau- kalau dia mau kabur. Soalnya langsung mau aja ngetraktir. Mencurigakan!" gumam Aaron. Gabriel mah diam bae, bak pengawal setia, padahal kalau dipikir- pikir, ia yang menikam Aaron dari belakang.
Elliana tidak kabur. Ia kembali berkumpul bersama dua pria itu dengan muka si Jenny Blackpink. "Wow wow, the power of makeup!" seru Aaron yang terpana pada muka Elliana yang baru dilihatnya.
"Ssst! Diem, napa sih?" desis Elliana. "Daripada jadi Cassandra, ntar mendatangkan masalah. Nih saya ingetin ya, Pak, jangan bikin saya emosi. Si Jenny senjatanya tas selempang ini. Kalau Bapak macam- macam, saya hajar pake tas ini."
"Emang isi tasnya apa?" tanya Aaron.
"Batu gunung."
"Hiih, kurang kerjaan banget kamu, Ell."
"Biarin, daripada dikerjain Bapak, CEO me.sum! Aw aw aw!"
Aaron menjewer telinga Elliana dan menyeretnya. "Gosah disebut- sebut juga kalee. Kamu mesti tau malam tadi saya gak nge.we dan akibatnya tenaga saya terkuras habis. Kamu harus traktir saya sebagai gantinya!" Ia melepaskan jewerannya.
Elliana berdiri mematung dan terpana. Mengerjap- ngerjap tak percaya akan apa yang didengarnya. Cepat- cepat ia mengumpulkan akal sehatnya. "Ah, mana buktinya? Saya gak percaya!"
"Ntar lu liat aja Novan tambah langsing, kalau gak, kamu bisa liat mayat saya."
Elliana langsung menegang dan diam seribu bahasa, tetapi ia berusaha mengabaikan semua itu. Aaron si Cassanova raja akal, tentunya dia punya banyak cara mengakali perempuan. "Oh, ya? Kalau gitu, kita liat saja nanti." Kemudian ia berjalan lebih dulu beranjak dari atrium mall.
***
Bersambung ....