Selamat membaca
"Huaaaa!!" Miki terus menangis tanpa henti sembari mengelap ingus di hidung dengan tisu dan membuangnya ke sembarang tempat.
Eli yang melihat kamar kosnya sekarang berantakan dan penuh dengan tisu yang berserakan di mana-mana mulai mengomel. "Sumpah! Demi apa pun gue pingin buang lo ke kali sekarang!" pekiknya kesal kepada Miki yang masih saja menangisi b*****h itu.
"Ini yang bikin gue nggak setuju lo pacaran sama Rama, dia itu cowok b******k!"
Eli terus mengoceh dan memarahi Miki sampai mulutnya berbusa, sedangkan Miki tidak menggubris ocehan sahabatnya itu dan lebih memilih untuk menangis saja.
"Aaaaa!! Rama sialan!" teriak Miki kesal mengagetkan Eli.
Eli membuang napas kasar. "Sebenarnya gimana ceritanya? Gue bingung karena lo tiba-tiba datang ke sini nangis-nangis dan bilang kalau Rama selingkuh."
Miki kembali berteriak untuk meluapkan amarahnya.
Eli yang berada di sebelah Miki terlonjak kaget. "Lama-lama gue tabok sandal mulut lo," tukasnya mulai emosi.
Miki menarik napas panjang lalu mengembuskan perlahan.
"Jadi, gue datang ke apartemen Rama buat kasih dia kejutan, karena gue bilang Minggu ini nggak bisa ketemuan. Tapi saat gue masuk ...." Miki kembali menangis tersedu-sedu. "Dia lagi ciuman sama cewek lain," rengek Miki sembari menendang-nendang kaki.
"Terus cowok b******n itu gimana reaksinya waktu ketahuan sama lo?"
"Rama nggak lihat gue, karena posisi dia lagi nindih cewek itu di kasur. Tapi cewek itu lihat gue dan malah senyum ke arah gue, sialan!" Miki melempar tisu kasar ke dinding.
Darah Eli seketika mendidih, ia tidak terima sahabatnya dikhianati oleh Rama dan si uler keket. "Gila! Kenapa lo nggak nyamperin mereka?" Eli berteriak emosi tepat di depan wajah Miki.
"Ngamuk-ngamuk nggak jelas kayak orang gila, gitu? Harga diri gue malah hancur, El."
"Padahal gue udah berusaha melakukan yang terbaik buat Rama selama dua tahun ini. Meskipun sikap dia dingin dan nggak peduli sama apa yang gue lakuin, tapi gue tetap bertahan. Karena gue yakin dia bakalan luluh dan berubah, tapi ternyata gue salah! Dia sama aja kayak cowok k*****t di luaran sana!"
Eli menghela napas pelan. "Nggak heran juga sih kalau banyak cewek yang ngincar Rama, secara dia direktur utama di perusahaan terkenal."
"Siapa selingkuhannya? Sekretaris pribadi dia?"
Miki menjatuhkan tubuhnya lelah di atas kasur. "Kalau itu sih masih mending, gue jadi nggak terlalu insecure. Lah ini selingkuhannya artis papan atas! Lebih parahnya, dia putri tunggal salah satu konglomerat di Jakarta!" ungkap Miki dengan menggebu-gebu.
"Serius lo?!" Eli tampak terkejut.
Miki mengangguk lesu. "Nah, lo bayangin jadi gue. Saingan gue gede-gede, anjir! Sedangkan gue cuma anak yatim piatu yang kerja sebagai karyawan biasa. Gimana gue nggak langsung menciut, coba?"
"Tapi kan kita juga kerja di perusahaan besar, Ki. Walaupun kita cuma karyawan biasa."
Untuk kesekian kali Miki menghela napas seperti orang yang sudah merasa bosan dengan kehidupan.
"Dari pada lo galau nggak jelas kayak gini, mending nanti malam kita pergi ke club, gimana? Siapa tau lo ketemu cowok yang lebih keren dan tajir dari Rama," bujuk Eli dengan semangat membara.
"Gue nggak suka ke sana," tolak Miki malas.
"Sekali-kali lah, Ki. Lagian kita juga nggak aneh-aneh, cuma mau senang-senang aja."
"Ya? Ya?" Eli menatap Miki dengan tatapan penuh harap.
Miki mendengus kesal. Dan dengan sangat berat hati ia mengiyakan ajakan Eli karena menghargai niat baik sahabatnya itu yang ingin menghibur dirinya.
*****
Orang-orang berjoget ria saat DJ mulai memutar musik. Mereka berkerumun dan menari bersamaan di bawah lampu yang gemerlap. Eli yang baru saja tiba di tempat itu juga ikut bergabung di tengah keramaian.
Saat Miki juga ingin ikut membaur, tiba-tiba ada seseorang yang memegang pinggang Miki dari belakang. Miki membalik tubuh sembari mempertajam penglihatannya karena ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang bertubuh tegap yang tengah berada di depannya saat ini.
Orang itu menarik tangan Miki menjauh dari keramaian dan membawanya pergi.
Raut wajah Miki seketika berubah panik saat ada orang asing yang tiba-tiba menghampiri dirinya dan membawanya pergi entah kemana. "Kamu mau membawa aku kemana?" Miki bertanya was-was.
Orang itu tidak menjawab Miki dan tetap berjalan menuju kamar VIP. Setelah masuk ke dalam, orang itu mengurung tubuh Miki dengan tubuh besarnya di dinding. Dengan cepat dia melumat bibir Miki sembari merengkuh pinggang Miki dan mendekatkan ke tubuhnya.
Saat Miki ingin mendorong tubuh orang itu menjauh, tiba-tiba sekelabat bayangan Rama tengah berciuman dengan wanita lain melintas di benaknya. Rasa kecewa semakin meluap-luap menyakiti hati Miki. Tanpa sadar ia justru memejamkan mata menikmati ciuman panas pria asing itu untuk menghilangkan rasa sakit hati yang begitu menyesakkan karena pengkhianatan kekasihnya.
Miki yang berada di atas tempat tidur tertegun saat pria itu melepas kemeja hitam serta ikat pinggang yang menampilkan tubuh kekar berototnya.
Pria itu mendekati Miki yang tampak cemas. "Jangan takut." Suara rendah nan menenangkan itu mengalun lembut di pendengaran Miki.
"Aku baru pertama kali," tutur Miki khawatir dan terlihat gelisah.
Pria itu membelai wajah Miki lembut dan berbisik tepat di telinga Miki. "Aku akan pelan-pelan," lirihnya dengan suara serak. Dan perlahan dia mulai mendekatkan tubuhnya ke tubuh Miki.
"Akh!"
TBC.