Aynur menuangkan air lemon ke dalam gelas cocktail. Dia menggoyangkan gelas tersebut dengan luwes ala bartender profesional.
"Nih..!" dia menyerahkan gelas cocktail tersebut pada Ziva, gadis cantik berkulit kuning langsat, tubuh semampai bak model dengan rambut berwarna coklat.
"So, elo beneran putus nih ama Bobby?" tanya Ziva setelah menyeruput air lemon yang diberikan Aynur.
"Yess!!! gue pengen ngasih pelajaran tuh cowok cemen!!"
"Trus... cowo yang ngebelain elo gimana nasibnya?" tanya Ziva lagi.
"Pak ustaz???" Aynur balik bertanya sambil tertawa.
"Ya gak mungkin lah kita nikah. Semalem bokap gue udah klarifikasi masalah itu. Gue tau diri kali, lagian dia juga bukan tipe gue, Gila apa gue nikah sama ustaz!!" Aynur kembali tertawa.
"Gue bakal gamisan sebulan kalo lo bener-bener nikah sama tu cowok, hahaha. Terus sekarang bokap elo dah balik ke Jogja?" tanya Ziva.
"Belum. Katanya sampai akhir bulan ini masih ada urusan di Jakarta. Hmm... Bokap minta gue sering-sering ngunjungi pondok, tapi gue males, ribet masalah pakaian!!"
"Gilaaa!!! Ada ya anak pimpinan ponpes model beginian?? ck ck ck... Tapi Gue beneran masih ga nyangka elo anak kyai She!!!" Ziva terbahak.
Ziva dan Aynur masih asyik berbincang ketika seorang pria tiba-tiba menghampirinya.
"Sayang!! kenapa elo ga bales chat gue? ga angkat telepon gue??" Bobby tiba-tiba duduk di depan Aynur, tepat di sebelah Ziva.
Aynur mengabaikan Bobby dan tetap sibuk mengelap beberapa gelas cocktail.
Bobby berjalan ke samping, menuju ruang di belakang meja bartender, tanpa ragu dia memeluk pinggang Aynur dari belakang.
"Jalan-jalan yuk. Elo mau makan apa? atau mau shopping?? hari ini apapun kemauan elo akan gue turutin?" rayu Bobby. Aynur melepaskan tangan Bobby dari pinggangnya.
"Basii!!" cibirnya jengkel. Bobby tak putus asa, dia kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Aynur yang lagi-lagi di tepisnya. Bobby menatap tajam Aynur.
"Elo marah sama gue??" tanya Bobby
"Buat apa gue marah, hah??!! gue cukup sadar diri untuk ga terlalu berharap sama cowo kaya elo!!" jawab Aynur sinis. Bobby tersenyum kecut.
"Jadi maksud elo sekarang mau berharap sama cowo kampungan itu?? elo kira gue percaya dengan omong kosong yang elo ucapin??!!!" bentak Bobby mulai marah. Aynur menyeringai menatap pria di depannya.
"Ngapain elo marah Bob?? bahkan kemarin mendengar gue dihina habis-habisan elo cuma diem. Dan faktanya, malah cowo kampungan itu yang ngebelain gue!!" balas Aynur.
"Elo itu cuma milik gue She!! gue tau siapa elo!! ga mungkin lo bisa hidup dengan cowo kampungan itu!! dan ga mungkin DIA MAU SAMA ELO!!!" bentak Bobby lebih keras dari sebelumnya. Beberapa pelanggan kafe menoleh ke arah mereka, membuat Ziva beranjak hendak melerai Bobby dan Aynur. Aynur tertawa sinis.
"Sekarang gue ngerti dari mana elo mewarisi sifat suka merendahkan orang lain itu Bob!! gue gak pernah main-main dengan apa yang gue katakan kemarin. Dan asal elo tahu!! GUE BERSUMPAH AKAN MENIKAH DENGAN COWOK YANG ELO BILANG KAMPUNGAN ITU!!" Aynur menekankan kalimat terakhirnya dengan jelas.
"SEKARANG ELO KELUAR DARI TEMPAT INI!! HUBUNGAN KITA SUDAH BERAKHIR SEJAK MALAM ITU!!" Teriak Aynur, dia tak bisa mengeluarkan air mata saking marahnya. Sementara Bobby mengepalkan tangannya dengan gemetar. Dia tidak terima dengan sikap Aynur padanya.
"She!! elo jangan gegab--"
"KELUAR!!" teriak Aynur memotong kata-kata Bobby. Kini semua orang menatap mereka berdua sambil berbisik-bisik. Ziva segera menarik lengan Bobby.
"Elo keluar dulu deh. Pliss.. ga enak diliat orang!!" kata Ziva seraya memperhatikan sekeliling. Bobby enggan pergi, namun Ziva terus memaksanya hingga akhirnya Bobby menuruti wanita itu.
"Sampai kapanpun elo gak akan bisa hidup tanpa GUE!!" teriak Bobby sebelum keluar dari kafe Aynur.
Aynur melempar gelas cocktail ke arah Bobby yang segera menghindar dengan menutup pintu kafe. Aynur kemudian terduduk lemah di lantai, dia menangis menahan amarahnya pada pria yang telah bersamanya sejak 3 tahun terakhir itu.
Ziva mengelus punggung sahabatnya. Dia tak menyangka jika hubungan Bobby dan Aynur harus menjadi serumit ini.
"Beb.. kalau elo cinta sama Bobby, yaudah maafin dia. Ngapain sih cuma karena masalah sepele gini kalian mesti putus!!" kata Ziva pada sahabatnya. Aynur mengusap air matanya.
"Gue gak tau lagi Va... kata-kata nyokap Bobby sama temen-temennya kemarin bener-bener bikin gue sakit hati. Gue bakal buktiin kalau gue bisa dapet pria yang jauh lebih baik dari Bobby!!!" jelas Aynur, amarahnya kembali tersulut ketika mengingat hinaan Bu Sofi dan teman-temannya.
"Sudahlah lupain ini semua, kalau emang jodoh, Bobby pasti bakal jadi suami elo kok, ga usah mikirin omongan nyokapnya."
"Terus maksud elo gue suruh nunggu dia lulus S2?? sama aja gue buktiin omongan nyokapnya tentang gue itu bener Va!! seakan- akan ga ada cowok manapun yang mau sama gue sampe gue harus ngejar-ngejar Bobby seperti ini!!".
Ziva terdiam. Perkataan Aynur memang benar, itu hanya akan membuat harga diri Aynur semakin rendah di mata keluarga Bobby.
"Terus sekarang gimana? barusan elo bersumpah bakal nikah sama pak ustaz itu, padahal kenyataannya dia kemarin cuma belain elo, ga serius dengan perkataannya? kalau begini, elo malah susah sendiri kan??!" pertanyaan Ziva membuat Aynur terdiam.
"Gue bakal lakuin apapun untuk membungkam keluarga Bobby. Gue rela nikah kontrak atau apalah, gue bakal menemui ustaz itu! gue akan bayar berapapun supaya dia bersandiwara sama gue, gue bakal buktiin kalau gue bisa hidup tanpa Bobby!!" Aynur mengepalkan tangannya.
Ziva hanya menghembuskan nafas berat mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Elo dari dulu ga berubah! ambisius dan tak mau dianggap lemah. Terserah elo beb.. Tapi kali ini beda! ini tentang pernikahan, elo bener bener ga boleh gegabah dalam mengambil keputusan." pesan Ziva pada sahabatnya.
"Elo tenang aja Va. Gue bukan cewek lemah yang mudah direndahkan. Gue bakal buktiin ke semua orang bahwa gue bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari Bobby!! gue bakal bikin dia dan keluarganya menyesal menolak gue!!" Aynur menggertakkan giginya.