Aynur menelan ludahnya, dia mulai khawatir berita apa yang belum dia dengar. Jika Ihsan benar ustaz c***l seperti dugaannya, maka dia akan mengakhiri segalanya hari ini juga.
"Maaf, berita negatif apa yang anda maksud?" tanya Aynur pada Ardi.
Ardi menoleh pada Ihsan yang untuk pertama kalinya mendongak dan menatap Aynur sekilas. Ihsan menarik nafasnya dengan berat sebelum berbicara.
"Perkataan saya beberapa waktu lalu direkam oleh seseorang dan tersebar di media sosial." Ihsan mengeluarkan ponsel dari saku koko yang ia pakai. Beberapa detik kemudian dia menaruh ponselnya di atas meja dan memutarkan sebuah video.
Aynur meraih ponsel Ihsan dan menonton video berdurasi tiga menit tersebut. Video yang menampakkan potongan perkataan Ihsan ketika berada di rumah Bobby bersama dengan Aynur dan beberapa teman bu Sofi.
Aynur tersenyum. ' Oh jadi ini' gumamnya.
"Mana bagian negatifnya? bukankah ini video yang menarik? sayangnya direkam secara sembunyi-sembunyi. Seandainya aku tahu akan direkam, maka aku akan berakting dengan lebih baik." Aynur mengakhiri kalimatnya dengan tawa kecil.
Dia kembali meletakkan ponsel Ihsan ke atas meja. Kyai Mustafa mengulas senyum melihat respon santai putrinya. Sementara Ardi dan Ihsan sama-sama tercengang tak percaya.
"Kamu sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut?" tanya Ihsan.
Aynur menggeleng.
"Memangnya apa yang mengganggu?" Aynur balik bertanya pada Ihsan. Bagi Aynur itu sesuatu yang sepele, tak hanya sekali dua kali dia diperlakukan lebih buruk, difitnah dan dihina dina.
"Mungkin tidak berarti apa-apa bagimu. Tapi Ihsan hampir kehilangan segalanya akibat video tersebut." jelas Ardi kepada Aynur.
"Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Aynur tampak bingung dan penasaran.
"Dia dibenci hampir seluruh orang di desanya. Ihsan dianggap mengkhianati kepercayaan dari keluarga calon istrinya, Aisyah. Fakta bahwa Aisyah adalah putri kyai terpandang di desa kami lah yang menyebabkan Ihsan semakin dikucilkan. Tak cukup sampai disitu, ayahnya marah besar karena berita tersebut, bahkan ibunya kini sakit dan---"
"Cukup Om. Kita tidak perlu menjelaskan semuanya." potong Ihsan membuat Ardi terdiam kemudian menghela nafas.
"Semuanya sudah terjadi. Intinya saya diminta bertanggung jawab atas segala yang sudah keluar dari mulut saya. Bapak dan ibu menganggap semua yang ada di video tersebut benar. Ibu meminta agar saya membawa kamu ke desa dan memperkenalkanmu sebagai calon istri." jelas Ihsan panjang lebar.
Aynur masih belum bisa mencerna perkataan Ihsan. Pikirannya masih terfokus pada fitnah yang dialami Ihsan.
"Sebentar, jika itu semua fitnah, mengapa Anda tidak memberikan klarifikasi? Sesuatu yang salah sduah seharusnya diluruskan." Ujar Aynur kepada Ihsan dan Ardi.
'Ini harus diluruskan dulu. Kalau tidak diklarifikasi, kesannya seperti gue merenggut kebahagiaan yang seharusnya dimiliki Insan? Bukankah disini gue juga korban?' tanya Aynur dalam hati.
Ardi menghela nafas.
"Ihsan sudah melakukan apapun untuk menjelaskan hal sebenarnya. Tapi itu tak semudah yang kita bayangkan," ungkap Ardi.
Aynur manggut-manggut.
'Ah, masa bodoh!! yang penting gue nikah sama dia dan bikin keluarga Bobby menyesal dengan hinaannya' putus Aynur.
Aynur menatap ayahnya. Mencoba membaca ekspresi ayahnya itu.
"Menurut bapak bagaimana?" tanya Aynur kemudian.
Kyai Mustafa menyandarkan punggungnya pada sofa yang ia duduki.
"Setelah kejadian waktu itu, ustaz Ihsan memang menjelaskan bahwa perkataannya di rumah bu Sofi tidak serius. Bapak juga tahu kalian tidak benar-benar menginginkan pernikahan. Namun bapak tetap menawarkan pada ustaz Ihsan seandainya mau menjadi suami kamu, Nur. Kita tidak pernah tahu bagaimana Allah mendatangkan jodoh. Dan yang terjadi saat ini termasuk rahasia Allah. Sejujurnya bapak sangat setuju dengan pernikahan kalian. Pernikahan itu ibadah terlama, berkaitan dengan hati. Bapak akan menerima apapun keputusan kamu. Dan jika kamu setuju, bapak tetap memberikan syarat untuk ustaz penuhi jika benar-benar ingin menikahimu." Kyai Mustafa beralih menatap Ihsan dengan mimik serius.
"Syarat apa pak kyai?" tanya Ihsan tenang.
"Jika pernikahan ini hanya untuk mengklarifikasi tentang video tersebut, saya tidak akan pernah menyetujuinya. Seperti yang sebelumnya saya sampaikan bahwa Nur menemuiku untuk memintamu menjadi imamnya karena ingin hijrah dengan cara menikah denganmu. Apa kamu pernah punya keinginan untuk menikahinya meskipun hanya beberapa persen sebelum video tersebut tersebar?" tanya kyai Mustafa serius.
Ihsan menunduk. Dirinya sendiri tak bisa menjawab pertanyaan kyai Mustafa. Tapi Ihsan memang membenarkan hal itu, tak mungkin seorang ayah akan membiarkan putrinya dinikahi oleh sembarang pria.
Ihsan kini ragu, dia sama sekali tak ingin memiliki istri seperti Aynur. Namun ibunya meminta agar Ihsan bertanggungjawab dengan perkataannya, apalagi hal tersebut menyangkut harga diri seorang wanita.
'Aduh ... mengapa bapak malah menanyakan hal ini sih? Gawat!! bisa-bisa si Ihsan berubah pikiran.' batin Aynur was-was.
Dia tak peduli jika Ihsan hanya menikahinya untuk membersihkan nama baiknya. Sebenarnya Aynur merasa lega jika Ihsan menikahinya untuk alasan tersebut, karena faktanya dia pun ingin menikah dengan Ihsan karena alasan tertentu. Setidaknya keduanya impas dan tak perlu merasa bersalah ataupun saling membalas budi nantinya.
"Pak ... Nur tidak mempermasalahkan alasan ustaz Ihsan menikahiku. Nur melakukan ini semua karena Nur benar-benar ingin hijrah." ucap Nur yang sebenarnya ia tujukan pada Ihsan untuk meyakinkan pria tersebut.
"Meskipun saat ini ustaz Ihsan sama sekali tidak mencintaiku. Tapi Nur yakin, cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Yang penting tujuan kita sama. Membina keluarga yang Sakinah, mawaddah, warohmah, dan barokah. Bukankah begitu ustaz?" Nur menatap lembut Ihsan yang tercengang dengan pernyataan Aynur.
'Wanita ini? mengapa sifatnya berbeda jauh dengan beberapa hari yang lalu?' Ihsan bertanya-tanya dalam hati.
'Apakah dia benar-benar mau hijrah bersamaku. Haruskah aku mengganti berlian seperti Aisyah dengan dirinya?' Ihsan menatap miris wajah Aynur dengan polesan make up tebalnya.
"Saya tahu fisik dan akhlak saya bukanlah apa-apa jika dibandingkan Aisyah. Ustaz pasti ragu untuk menerima saya. Tapi saya berjanji akan menemani ustaz baik di waktu sedih maupun bahagia. Saya yakin suatu saat nanti ustaz akan mencintai dan menerima saya seiring dengan berjalannya waktu." Aynur berkata seolah bisa membaca apa yang ada di pikiran Ihsan saat ini.
"MasyaAllah ..." ucap kyai Mustafa lirih.
Ihsan masih diam. Semenit kemudian dia menarik nafas dalam menghembuskannya perlahan.
"Baiklah pak kyai. Dengan ini saya memohon izin meminta Aynur, putri Anda untuk saya jadikan istri. Saya berjanji akan membimbingnya dan menjadikannya bidadari di hati saya baik di dunia dan insyaAllah hingga akhirat kelak." ucap Ihsan dengan penuh keyakinan.
"Alhamdulillah ..." Kyai Mustafa dan Ardi mengucap syukur hampir bersamaan.
'Gila!!! gombalan nih ustaz lumayan juga!!' batin Aynur. Hatinya bersorak gembira karena rencananya berhasil.
***