Suami Istri

1057 Words
"Silahkan dilihat dulu mas Ihsan. Apa benar wanita cantik ini yang ingin Anda nikahi?" ucap penghulu. Ihsan melirik ke arah Aynur. "Bagaimana? Apa dia benar wanita yang akan kamu nikahi?" tanya pak penghulu. Ihsan terdiam, lidahnya kelu, nafasnya tercekat di tenggorokan. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. "Ustaz Ihsan?" tanya kyai Mustafa. 'Mengapa Ihsan diam saja? jangan-jangan dia berubah pikiran??! atau dia kaget karena mbak Laras udah bikin wajah gue jadi aneh!!' batin Aynur was-was. Aynur yang sejak tadi menunduk memberanikan diri untuk mendongak menatap calon suaminya. Untuk pertama kalinya mereka berdua berhadapan dengan jarak dekat. Aynur terkesiap menatap wajah bersih Ihsan yang tampan tanpa koko dan sarung yang biasa ia kenakan. Untuk pertama kalinya kedua mata Ihsan dan Aynur bertemu dalam beberapa detik. Ihsan merasakan getaran yang tak mampu ia jelaskan. "Iya benar, dia calon istri saya." jawab Ihsan lirih. Penghulu membuka acara dengan membaca Al-Fatihah, istighfar, dan syahadat. Kyai Mustafa mengucapkan ikrar dan dibalas oleh Ihsan. "Saya terima nikah dan kawinnya Rasheda Aynur Ahmadi binti Mustafa Ahmadi dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." ucap Ihsan dalam satu tarikan nafas. "Sah?" tanya penghulu pada kedua saksi. "Sah!!" jawab Ardi dan Rizki bersamaan lalu disambut syukur oleh keluarga dan para tamu undangan. Aynur menoleh pada Ihsan dan mendekat untuk mencium tangan suaminya tersebut. Ihsan tampak canggung. Untuk pertama kalinya dia membiarkan tangannya disentuh oleh wanita lain selain mahramnya. Ketika kepala Aynur mendekat padanya, Ihsan mengucap bismillah dan mencium kening istrinya tersebut. "Alhamdulillah, kalian berdua sudah resmi menjadi suami istri. Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir, Aamiin ..." Penghulu melanjutkan doa yang diamini oleh para tamu undangan. Selanjutnya, baik Ihsan maupun Aynur sungkem (memberi hormat) pada kedua orangtua masing-masing. Mereka memulai dari orangtua Ihsan. Aynur bisa melihat wajah ramah Sarmi, ibu mertuanya. Usianya kisaran 50 tahun, namun beliau terlihat tua dan rapuh, mungkin akibat beberapa waktu lalu sempat sakit karena kaget dengan kasus yang menimpa Ihsan. "Semoga Allah memberkahi rumah tangga kalian, cah ayu ...." ucapnya parau. Ada rasa bersalah dan tidak tega pada diri Aynur ketika ibu Ihsan memeluknya. Aynur tak bisa membayangkan betapa kecewanya beliau jika mengetahui alasan pernikahannya dengan putra kesayangannya itu. Aynur beralih sungkem pada Kuncoro, ayah Ihsan. Dia terlihat seusia dengan ayahnya, namun Aynur tak menemukan kesan ramah dari ayah mertuanya itu. Kuncoro sedikitpun tak menatap Aynur. Aynur pun cuek, semakin pria itu membencinya maka kelak semakin mudah Aynur mengakhiri pernikahannya dengan Ihsan. Ihsan dan Aynur kemudian melakukan sungkem pada kyai Mustafa dan bulik Lastri, adik dari mendiang ibu Aynur. Sudah bisa ditebak bahwa Aynur tak mau jika Fatimah yang menduduki kursi ibunya. Acara resepsi pun berlanjut, kedua mempelai berganti busana berwarna nude. Ihsan tampak sangat canggung ketika difoto, namun Aynur dengan sabar mengarahkannya. Tak seperti Aynur tak segan menggandeng, bersandar dan bergaya di depan kamera. Ihsan masih merasa asing dan belum terbiasa dengan status mereka yang sudah menjadi suami istri. 'Apakah dia biasa bersikap seperti ini pada semua temannya!' tanya Ihsan dalam hati. Menjelang duhur, Ihsan dan tamu undangan pria menuju masjid di dekat hotel untuk melaksanakan shalat. Kemudian seluruh rangkaian acara pernikahan dilanjutkan kembali hingga jam lima sore. Beberapa tamu undangan satu per satu mulai meninggalkan ruangan setelah ashar. Sejak itu pula Ihsan dan Aynur berdiri untuk menyalami para tamu. "Kalau capek, sambil duduk tidak apa-apa," ucap Ihsan yang berkali kali melihat Aynur memegangi lutut dan pinggangnya. "Gue baik-baik saja," jawab Aynur datar. Akhirnya acara berakhir. Hanya menyisakan keluarga dan teman dekat saja. Ziva menemani Aynur ke kamar untuk melepas busana pengantinnya, sementara itu Ihsan masih berbincang dengan teman-temannya. "Gilaa!!! laki lo cakep banget, She!! gue kira dia ustaz tua dan udik. Gue juga mau yang kayak gitu satu donk!" seru Ziva ketika keduanya sudah berada di kamar. "Buat lo aja!! tapi nunggu jadi bekas gue dulu!!" sergah Aynur sambil terbahak. "Setan lo!!" Ziva mulai melepas aksesoris di kepala Aynur. "She, sumpah lo cantik banget pake make up natural kek gini. Gue bisa liat tatapan Ihsan ke elo tadi," ungkap Ziva. "Gue kira dia tadi mau kabur." Aynur menghela nafas. "Ngomong-ngomong gimana dengan malam ini?" tanya Ziva dengan senyum menggoda. Aynur terdiam, sebelumnya dia tak memikirkan setelah menikah harus melewati malam pertama bersama suaminya. "Gue gak tau, gue tidur sama lo aja," jawab Aynur santai. "Enak aja!!! tapi kalau buat gantiin elo menghabiskan malam ppertama dengan ustaz ganteng, gue pikir-pikir dulu ..." Ziva terbahak. "Dasar otak m***m!!" Aynur menoyor kepala sahabatnya itu. Tak lama kemudian terdengar ketukan dari luar, Ziva berdiri dan mengintip siapa yang berada di luar pintu. "Ihsan!!" serunya. Ia kemudian mengambil dompetnya di atas kasur. "Mau kemana?" tanya Aynur heran. "Ke kamar gue, lah. Suami lo dateng. " "Tapi, Va ... Bantuin gue dulu kali!!" pinta Aynur yang kesulitan menurunkan resleting gaunnya. "Biar dilepasin suami elo. Ingat, She!! Lo jangan terburu-buru cerita ke dia tujuan utama lo nikah. Cari waktu yang tepat buat bahas hal tersebut. Selamat bersenang-senang ..." seru Ziva seraya mencolek pinggang sahabatnya itu. Ziva segera membuka pintu sebelum Aynur kembali protes. Ihsan berdiri di depan pintu. "Oh, saya kembali nanti saja," katanya ketika melihat Ziva yang membuka pintu.. "Eh, gapapa kok, tolong istrinya dibantu ya, agak kerepotan, tuh!!" Ziva melirik ke arah Aynur yang melempar bantal ke arahnya. Ihsan salah tingkah. Dia terdiam mendengar ucapan Ziva. Ia akhirnya perlahan masuk ke kamar hotel setelah Ziva pergi dan memungut bantal yang tadi di lempar Aynur. "Eh, perlu bantuan?" tanya Ihsan pelan ketika melihat Aynur kesulitan menjangkau resleting gaunnya. 'Awas kau, Ziva!!!' teriak Aynur dalam hati. Aynur kemudian menoleh pada Ihsan yang berdiri canggung. Kini mereka hanya berdua di dalam kamar tersebut. Aynur yakin Ihsan merasa tidak nyaman, tapi tak mungkin mereka harus saling menghindar, keduanya harus terbiasa dengan kondisi seperti ini. "Eh, anu ... Bisa minta tolong bukain ini?" Aynur akhirnya berbicara. Tampak ragu tapi Ihsan mendekat. Aynur mengarahkan punggungnya pada Ihsan. Ihsan mencari ujung resleting dan menurunkannya perlahan. Jantung Ihsan bergemuruh melihat punggung putih halus di depannya. Tak sengaja ia melepaskan tangannya ketika baru terbuka separuh. "Cukup, terimakasih," ucap Aynur lirih, ia jelas menyadari wajah grogi Ihsan. "Aku mandi dulu." ucap Aynur kemudian. Namun baru selangkah ia berjalan, kakinya tersandung oleh gaun pernikahannya yang menjuntai ke bawah. Ia hampir terjatuh tapi Ihsan spontan memeganginya. Kedua kulit tangan mereka kembali bersentuhan menyebabkan tengkuk keduanya meremang. Aynur tak pernah begini ketika bersama Bobby. Tapi mengapa berbeda ketika bersama Ihsan? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD