Helaian rambut Chandni membelai wajah Imdad ketika dia berpindah menaiki tubuh kekar itu untuk bergantian menunggang. Chandni menyapu rambutnya ke belakang dan tertawa kecil sambil memutar-mutar pingggulnya. Gadis itu terpejam dan bibirnya mengeluarkan desahan lemah tatkala Imdad menyundul rahimnya berulang-ulang. “Ah, Tuan, jangan terlalu cepat, saya mau pipis lagi ...,” rengek Chandni, tetapi Imdad mengabaikannya. Imdad tetap menghunjam pinggul Chandni dengan keperkasaannya. Lelaki itu tertawa melihat ekspresi Chandni. Chandni menggigit bibir, menahan pelepasannya. Jemarinya mencengkeram d**a padat Tuan Imdad yang terbuka di antara belahan sherwaninya. Di balik rok sari yang kotor oleh remahan jerami, tubuh mereka menyatu sempurna. Gempuran rasa nikmat yang diberikan Tuan Imdad, mer