Imdad membopong gadis itu dipunggung dan membawanya menyusuri sungai. Perlu waktu puluhan menit hingga Chandni merasakan situasi kikuk itu dan dia berinisiatif mencairkan suasana. “Tuan, bagaimana jika aku menyanyi sebagai balasan jerih payahmu membawaku?” tawar Chandni. Imdad tertawa pendek. Ia mulai kelelahan membawa beban di punggungnya. “Kau punya timbang rasa juga rupanya,” sindirnya. “Oh, tentu saja. Paman dan bibiku mengajarkan agar jangan berhutang pada orang lain. Aku harus bisa membalas budi baik orang lain secepatnya.” “Ajaran yang bagus dari paman dan bibimu,” puji Imdad. Chandni mulai menyanyi, bersenandung lebih tepatnya, karena dia tidak membuka penuh suaranya dan yang dinyanyikannya syair-syair pelesetan tentang percintaan, bahkan sesekali dia tertawa kecil oleh ejekan