sampai kinipun masih terngiang di telinga
Bahkan sampai sekarang, pun
masih terngiang di telinga
Koaran mulut mereka, dengan tajamnya kata-kata
"TAK TAHU DIUNTUNG"
Bangun pagi, berpakaian rapi, beragkat pagi, menyandang tas membawa lembaran kertas,
Menuju kelas,
Di atas jari-jari dan kaki-kaki 2 orang sijoli tua, mengais di atas tanah yang di garab, demi rejeki sesuap nasi
Sakit, menyayat hati tajamnya kata2 mereka, seolah perjuangan itu takkan ada manfaatnya
Menetes mengalir air mata menahan amarah dan luka lara.
Sesekali merasa bersalah, kepada dua sijoli tua, yg terus berjuang, di panas teriknya matahari, menyangai punggung, menyambut tetesan air di atas kepala bahkan membasahi sekujur tubuh, dikala hujan turun dari langit yg kuasa, di atas tanah yg digarap
Sentakan hati ini begitu kuat, yakin dengan doa akan diijabah yg kuasa
Dan dengan kuasanya itulah
Akhirnya
sekarang dapat membungkam mulut mereka yg berkoar dg tajamnya kata kata
Sekarang bisa mengubah putra putri kecil mereka dari para dua sijoli yg entah dari mana, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti apapun menjadi mengerti banyak hal
Ya... merekalah,
yg putra putri mungil, hingga mereka putra putri kanak-kanank akhir, yang memanggilku dengan sebutan ibu guru
Lega dan ringan rasanya bisa membukam kata kata tajam mereka
yg dulu sangat memilu
yang dulu mereka anggap hanya menyusahkan orang tua semata
kata-kata
"TIDAK TAU DIUNTUNG
Dengan semua yg maha kuasa beri sampai saat ini.
Sekarang mereka bungkam
walaupun sekarang
masih bangun pagi berpakaian rapi, masih menyandang tad membawa kertas menuju kelas,
tapi dengan suasana yang berbeda
dulu belajar sekarang mengajar
"Terimakasih Allah"