Deg... Jantung Sherin berdebar, matanya sangat sulit untuk terbuka. Jemari Adrian mulai terasa di dadanya. Sekian detik Sherin terdiam, menantikan saat pelepasan mahkota yang telah di jaganya selama dua puluh tahun terakhir. "Kau memang menggoda," bisik Adrian terdengar parau. "Sayangnya, aku tidak sebangsat yang kau pikirkan." Tangan Adrian dengan cepat memasang kembali kancing kemeja Sherin satu persatu. Sontak Sherin membuka matanya, megintip secara terang terangan apa yang di lakukan Adrian padanya. 'Kenapa kau melakukan ini, Ad? Bagaimana bisa kau merubah sikap mu dalam waktu sekejap?' Sherin membatin. Air mata Sherin masih mengalir, rasa lelah mulai menguasai dirinya. Di tatapnya pergerakan tangan Adrian yang mengaitkan anak kancing terakhir. Adrian menyeka air mata Sherin de