Kepala Andrea tertunduk dengan dua tangan sebagai penyangga sekaligus memijat keningnya yang berdenyut nyeri. Menjaga sang ayah di rumah sakit, jelas tidak akan membuatnya bisa tidur dengan lelap dan nyaman. Bahkan tidak bisa dikatakan benar-benar tidur karena ada rasa was-was. Demi membiarkan Laila tidur, membuat Andrea harus berjaga tanpa peduli rasa kantuk yang menyerang. Segala bentuk lelah bisa Andrea diabaikan asal ia tahu kalau ayahnya baik-baik saja. Desahaan panjang lolos begitu saja dari bibir Andrea. Dengan sisa tenaga ia beranjak dari tempat duduknya, untuk pergi ke ruangan Naka. Sambil membawa satu kerajang buah berukuran sedang, ia siap mengisi kulkas di ruangan bosnya. Buah yang ia dapat dari bagian dapur, yang khusus disiapkan untuk Naka. “Kamu di sini?” Andrea terkesiap