Menahan Rasa Kekesalan

1084 Words
Hari semakin gelap, terlihat kedua orang sedang duduk di lantai keramik tanpa alas apapun saat ini, kedua orang itu tentu saja Brian dan Manda karena setelah makan mereka berdua langsung saja diam, tanpa berbicara sepatah kata pun karena mereka berdua merasa sangatlah cangung. Apa lagi hanya kenalan beberapa hari saja. "Kenapa laki-laki ini tidak pulang sekarang?" tanya Manda yang sudah mulai mengantuk saat ini, belum lagi seluruh tubunya sangat kelelahan bekerja hari ini. Membuat Manda ingin segera merebahkan tubuhnya dan bermimpi indah malam ini, namun sayangnya Brian malah duduk termenung seperti orang i***t sekarang. Bagaimana tidak, saat ini Brian duduk sambil merobek-robek paper bag yang awalnya tempat membawa makanan tadi hingga rumah Manda terlihat sangat berantakan oleh Brian. "Kenapa suka sekali membuat ku lelah? Untuk membersihkan sampah ini, apa dia tidak melihatnya aku sangat kelelahah hari ini?" gumam Manda, ingin rasanya ia membungkus kepala Brian dengan paper bag tersebut saking kesalnya Manda. "Pak," panggil Manda yang berusaha untuk berbicara lembut dengan Brian. "Hem," jawab Brian dengan cuek. "Apa bapak tidak pulang sekarang?" tanya Manda dengan sangat hati-hati, ia takut jika Brian menjadi marah karena salah sangka padanya. "Kamu mengusir saya?" tanya Brian yang tidak terima. "Sudah ku duga!" gumam Manda, ia tahu Brian laki-laki yang sangat possesive dan mudah tersingung, padahal dirinya sudah berusaha untuk berbicara dengan lembut nan halus, supaya terlihat tidak jahat di mata Brian. "Bukan begitu, Pak. Ini sudah hampir tengah malam, sebaiknya bapak pulang saja dan beristirahat di rumah. Kan, bapak pasti lelah bekerja seharian ini," jelas Manda dengan sangat-sangat lemah lembut. "Katakan saja kalau kamu memang ingin mengusir saya, jangan banyak Alasan!" ucap Brian kesal dengan Manda. "Ya Tuhan, kenapa laki-laki ini sangat sensitif sekali? Apa mungkin ibunya dulu salah makan kali, ya? Galak amat kek buaya," gumam Manda dalam hatinya kesal. "Pak—" ucap Manda terpotong. "Saya tidak akan pulang!" ucap Brian dengan tegas dan seketika mata Manda melotot tajam ke arah Brian. "A-p-a, apa?" tanya Manda terbata-bata. "SAYA TIDAK AKAN PULANG! Apa masih kurang jelas?!" ucap Brian yang sudah mulai emosi. "Ya ampun, kenapa bos ku ini menambah masalah hidup ku saja? Dia tidak tahu jika orang-orang di sekitar sini tahu keberadaanya disini, pasti aku bakalan akan diomongin," gumam Manda dalam hatinya. Manda tidak ingin di pandang sebelah mata oleh orang-orang di sekitarnya, walaupun ia tahu bahwa dirinya bukan gadis yang perawan lagi. Tapi, setidaknya dirinya masih bisa menjaga harga dirinya dan tidak direndahkan lagi oleh orang lain. "Ayo, Pak. Saya antar ke depan," ucap Manda berusaha untuk membuat Brian untuk pulang, namun Brian malah merebahkan dirinya di atas kasur Manda. "Pak!" ucap Manda kesal. "Diamlah! Kenapa kasur ini sangat tipis sekali?" tanya Brian. "Hati-hati Pak tulang bapak bisa patah kalau tidur disini, sebaiknya bapak tidur di rumah bapak saja, ya?" ucap Manda yang terus berusaha untuk membuat Brian pergi dari kos-kosannya. "Tapi sangat nyaman," ucap Brian dan seketika kuping Manda terasa sangat panas mendengarnya, bukannya malah risih dan bangun dari kasur itu, malahan keenakan sekarang padahal Brian sendiri yang mengatakan bahwa kasur tersebut sangat tipis. "Kenapa nyaman? Bukankah bapak bilang bahwa ini kasurnya sangat tipis?" tanya Manda. "Saya hanya mengatakan tipis saja, bukan berarti tidak nyaman!" protes Brian. "Ya?" tanya Manda seperti orang bodoh sekarang dengan ucapan Brian. Namun, Brian mengabaikan ucapan Manda malahan sekarang Brian tiba-tiba saja berbaring di atas paha Manda yang terlihat putih mulus dan sangat lembut itu. Manda yang merasakan itu, tentu saja sangatlah geli karena dirinya benar-benar tidak biasa jika ada orang berbaring di atas pahanya seperti Brian saat ini. "Pak, ini bantalnya," ucap Manda yang berusaha untuk memindahkan kepala Brian dari pahanya, namun Brian memeluk segera paha Manda dengan cukup erat dan sepertinya Manda melihat bahwa Brian tidak ingin sama sekali untuk bangun dari pahanya. "Kenapa buaya ganas ini tidak tahu malu sekali?!" kesal Manda sambil mengeserkan sedikit-demi sedikit kepala Brian dari pangkuannya. "Diamlah!" peringat Brian dengan dingin dan seketika Manda terhenti melakukan aksinya. "Pak, saya ingin pergi ke toilet terlebih dahulu," ucap Manda yang tidak akan pernah berhenti mencari alasan untuk menghindar dari sentuhan Brian. "Pergi ke toilet atau saya akan mencium mu!" ucap Brian memberikan ancaman kepada Manda. "Lagi-lagi, aku selalu kalah telak! Apa yang akan aku lakukan lagi sekarang? Buaya ganas ini semakin buas sekali!" gumam Manda dalam hatinya. "Apa ingin pergi ketoilet sekarang?" tanya Brian sambil matanya terpejam. "Tidak!" ucap Manda dengan cepat. "Pak, apa bapak tidak takut mobil bapak akan dicuri diluar?" tanya Manda. "Saya punya segalanya, kehilangan satu mobil tidak akan membuat saya bangkrut," jawab Brian dengan santai dan akhirnya Manda pasrah sekarang, entah bagaimana lagi dirinya harus mengusir Brian dari kos-kosannya malam ini, padahal matanya sudah sangat mengantuk sekarang. Belum lagi dirinya berpakain yang tidak layak di hadapan laki-laki itu saat ini. "Sekarang tidurlah!" perintah Brian. "Saya juga ingin tidur, Pak. Tapi, bapak tidur disini! Bagaimana saya bisa tidur?!" tanya Manda dengan sangat kesal, ia tidak bisa lagi menahan rasa kekesalan di hatinya lagi saat ini. "Sudah, apa kamu akan marah-marah tidak jelas lagi?" tanya Brian yang dengan sekejab langsung memindahkan kepalanya di atas bantal. Ia sangat bosan mendengar alasan Manda yang selalu berniat ingin mengusirnya dari tadi. "Bagaimana saya tidak—" ucap Manda terpotong karena Brian langsung sekejab mata menarik Manda untuk berbaring dekat denganya dan langsung memeluk Manda dengan sangat erat. Merasakan hal itu dengan sangat tiba-tiba membuat Manda sangat terkejut dan sekaligus tidak percaya apa yang dilakukan Brian terhadapnya. "Pak, lepaskan!" ucap Manda berusaha memberontak namun suaranya ia pelankan, ia takut tetangga sebelahnya mendengarnya. "Semakin kamu bergerak maka tangan ini akan memegang kedua benda itu!" ancam Brian dan lagi-lagi Manda langsung terdiam mendengar perkataan Brian. "Sudahlah aku sangat pasrah sekarang, laki-laki ini sangat pandai sekali membuatku aku tidak bisa berkutik," gumam Manda dengan sangat pasrah. Manda pun langsung saja menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar sekarang, ia tidak menyangka dirinya malah masuk kedalam kandang bersama buaya yang sangat ganas saat ini. "Sepertinya, dengan cara mengancam gadis ini tidak akan pernah bisa berbuat ulah lagi!" gumam Brian dalam hatinya tersenyum devil. Hati Brian sangat senang ketika kemauannya telah berhasil malam ini dan Brian akan melakukan aksinya malam ini dengan gadis bersamanya sekarang karena selama di kantor, Brian sudah menahan rasa gairahnya untuk tidak menyentuh dan menikmati tubuh Manda. Dengan cara melakukannya di kos-kosan Manda, Brian bisa bebas melakukannya karena ia tahu Manda pasti tidak akan bisa melawan atau berteriak karena jika Manda berteriak maka hidupnya akan hancur dengan ulahnya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD