Malam berganti, dan Fira mulai kembali ke aktifitasnya di Jakarta bersama dengan Brian. Wanita cantik itu semakin dekat dengan Brian, karena memang pekerjaan dan juga Brian selalu ada buatnya. Seperti hari ini, Brian membantunya mengemasi barang-barang di butiknya dan juga Emil. Pria itu seperti tidak ada pekerjaan di minggu pagi ini, Fira sudah terbiasa dengan adanya Brian sehingga dia tidak lagi merasa canggung seperti dengan teman lelaki nya yang lain.
Masalah Brian mengatakan mencintainya sewaktu mereka di Medan, tidak dijawab olehnya. Karena memang Fira belum yakin akan pilihan hatinya.
Fira melihat Brian yang menelpon seseorang dan pria itu tersenyum begitu manis, membuat Fira ikut tersenyum melihatnya.
Tapi ternyata mata elang Brian yang sekarang beralih melihatnya dengan intens lalu mendekat.
"Hei, mau bantu aku ?" Brian bertanya
Kepada Fira yang baru saja selesai merapikan beberapa file miliknya.
"Mau bantu apa pak manager ?" Jawab Fira sambil tersenyum.
Senyum yang begitu digilai oleh Brian, senyum yang mampu menembus seperti pedang ke jantungnya.
"Temani aku sebentar." Fira mengernyit tak mengerti, tapi dia hanya mengangguk tanda setuju. Setelah itu mereka berdua pamit kepada Emil untuk pergi.
Mobil yang dikemudikan Brian membelah jalanan Jakarta yang padat dan macet itu. Selama di perjalanan Brian hanya diam sambil terkadang tersenyum mendengar Fira bersenandung, dan sebuah pertanyaan muncul dikepala Brian.
"Ra, kenapa kamu gak mau jawab pertanyaan aku waktu itu ?" Fira hanya diam dan melihat wajah Brian lalu menghembuskan nafasnya.
"Aku gak mau pacaran Brian. Apa kamu lupa ?" Kata Fira lalu menatap keluar mobil.
"Aku tidak mengajak mu berpacaran, aku mengatakan mencintaimu. Apa kau mencintainku ? Setidaknya adakah perasaan ingin bersamaku dihatimu ?"
Fira diam tak menjawab, dia bungkam karena bingung akan menjawab apa.
"Aku serius ra, dan kamu tahu. Kalau kamu katakan kamu juga memiliki perasaan yang sama untukku , aku pastikan keluargaku akan melamar secepatnya." Fira langsung melihat keseriusan dimata Brian. Tapi seperti ada yang mengganjal dihatinya, tiba-tiba Brian memberhentikan mobilnya disebuah halaman yang luas .
"Kita ngapain kesini ?"
Tanya Fira karena heran Brian membawanya ketempat seperti ini.
"Almarhum mamaku berulang tahun hari ini, jadi aku mengajak anak-anak dari panti asuhan untuk bermain dan makan di tempat ini . Ayo, " ajak Brian membuat Fira ikut turun dari mobil.
Disana dia melihat tepat dibawah pohon di taman luas itu ada banyak anak-anak dan beberapa orang dewasa.
"Itu papa ku, yang itu oma, dan itu opa." Brian menunjuk tiga orang yang sangat dia hormati didalam hidupnya.
Mereka berjalan semakin mendekat dikeramaian itu lalu Banu mendekati mereka bersama Bella.
"Ah...kau sudah datang rupanya. Ayo kita panjatakan do'a lalu makan bersama."
Keluarga Jayker layaknya sedang piknik disana bersama anak-anak dari panti asuhan yang diajak Brian, makanan yang sudah diurus oleh pihak catring itu sengaja dipesan lebih banyak oleh Brian agar bisa dibawa pulang oleh anak- anak itu.
Mereka memanjatkan doa untuk almarhumah ibu Brian yang dipimpin oleh Opa mereka, semua tampak khusuk berdoa terurama Brian. Pria itu merindukan ibundanya, Brian selalu merindukan kebersamaannya dengan sang ibunda apalagi dihari ulang tahun ibunya ini.
Setelah membacakan doa , mereka semua makan bersama tapi Brian memilih menyendiri dihujung taman . "Happy birthday mom. I miss you so much mom". Gumam Brian lirih yang dapat didengar Fira, karena Fira memilih melihat keadaan Brian dari sana Fira tahu kalau Brian ternyata sangat mencintai ibunya. Fira yang tidak ingin Brian terus bersedih lalu menghampiri Brian dan ikut duduk disebelah Brian.
"Aku iri sama kamu." Kata Fira membuka percakapan mereka.
"Kamu tahu hari ulang tahun dan ibu atau ayah kandung kamu. Sedangkan aku..." kata Fira sedih. Brian menepuk pundak Fira sembari tersenyum.
"Setiap orang punya masalahnya sendiri Ra." Menjentikkan jarinya dikening Fira, dan tersenyum.
"Kau benar, dan untuk itu kau harus tersenyum sekarang. Ayo kita ajak anak-anak itu bermain." Fira memang benar, Brian tidak seharusnya bersedih saat ini.
Fira dan Brian berjalan menuju salah satu penjual layang-layang disana lalu Brian membeli semua layang-layang itu. Semua anak-anak yang sudah selesai makan mengerubuni Fira dan Brian, mereka mengajak Fira dan Brian memainkan layang-layang itu.
Akhirnya mereka semua bersama-sama menerbangkan layang-layang itu. Fira memegang layang-layang yang akan dinaikkan oleh Brian lalu Brian mengulur benang. Setelah cukup Brian menaikkan layang-layang itu agar terbang, dan berhasil layang-layang itu perlahan keatas dan terus meninggi. Fira lompat-lompat kegirangan membuat Brian tertawa dan mereka tertawa bersama.
****
Senja ditaman itu membuat pemandangan semakin indah. Fira dan Brian membaringkan tubuh mereka direrumputan hijau sambil menatap layang-layang yang masih berada diatas langit berwarna jingga itu.
Semua orang sudah kembali kerumah mereka masing-masing, termasuk para anak panti asuhan yang sudah dijemput dengan bus pesanan Brian.
Hanya tinggal Brian dan Fira disana yang masih betah.
"Ini indah banget ya." Kata Fira tersenyum. Lalu Fira melihat sebuah cincin didepan matanya yang masih setia menatap langit senja.
"Menikahlah denganku Fira, aku akan menjaga hati dan perasaanku untukmu. Aku akan menjadi pria yang lebih baik lagi untukmu. Ijinkan aku selalu berada disisimu," Fira duduk dan diikuti Brian.
"Bukankah cincin itu, cincin yang aku pilihkan untuk teman kencan mu ?"
Tanya Fira ragu. Tapi dia ingat itu adalah cincin yang dia pilihkan dulu.
"Tidak ada teman kencan, cincin ini untukmu. Aku sengaja melakukan hal itu agar aku bisa mengajak mu keluar."
Fira tak percaya , apalagi saat Brian memasukkan cincin itu di jari manis Fira tanpa persetujuannya.
"Brian tapi aku belum jawab terima kamu atau enggak." Kata Fira kesal.
"Aku tahu kamu memiliki perasaann yang sama untukku."Brian menarik tubuh Fira lalu memeluknya. " sabar ya, sebentar lagi aku akan melamarmu secara resmi." Kata Brian lalu mengecup puncak kepala Fira. Fira bahagia, ternyata Brian serius dengannya. Senyuman indah jelas terlihat di wajahnya walau setelah itu dia mengusir rasa jatuh cinta itu. Di jauhkannya tubuh Brian sambil tersenyum hangat,
"Aku menunggu janji mu"
TBC...