“Pa… Pak Damien?” sang resepsionis tersentak begitu Damien tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.
Damien tersenyum dan berkata dengan lembut, "Ya, itu aku." Dia mencium leher resepsionis itu, memberi kecupan-kecupan kecil manja di leher sang resepsionis. "Aku sangat senang kamu ada di sini bersamaku." Damien berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya, "Siapa namamu cantik?"
Resepsionis itu tersipu malu, jantungnya berdegup kencang karena keintiman yang tak terduga. "Ruby... Pak... nama saya Ruby." Suaranya sedikit bergetar.
Damien tersenyum, merasakan tubuh Ruby merespons sentuhannya. Dia merapatkan tubuhnya di punggung Ruby, merasakan bongkahan p****t Ruby yang sekal.
Bongkahan da da Ruby yang indah terdesak ke dinding lift, didorong oleh Damien yang memeluknya lebih erat dari belakang
"Ruby... kamu sangat cantik," bisiknya sebelum mencium leher Ruby sekali lagi. Membuat sang resepsionis mengeluarkan desahan erotis.
“Pak….” Desah wanita cantik bermata biru itu.
Damien sudah sangat terangsang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia segera mengangkat rok belakang Ruby ke atas, menurunkan stocking transparan dan dalaman berenda yang dikenakan Ruby pada saat yang bersamaan. Damien menatap bongkahan p****t Ruby yang mulus dan pucat, dia merasakan kehangatan tubuh Ruby di jari-jarinya. Dia dengan lembut membelai paha bagian dalam, bergerak lebih dekat ke area sensitif wanita cantik itu.
Ruby mengeluarkan erangan lembut, melengkungkan punggungnya ke Damien. Tangannya meraih ke belakang, mencengkeram pundak Damien ketika jari-jari sang Presdir mulai menyihirnya.
"Pak Damien... Please..." Ruby menarik napas, suaranya bergetar karena has rat. Dia merasa begitu terbuka dan begitu rentan di dalam lift itu.
Damien tersenyum, dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat, nafasnya yang hangat membelai telinga Ruby. "Aku akan membuatmu merasa sangat nyaman, Ruby," bisiknya, suaranya pelan dan menggoda.
Ruby menghela nafas panjang saat jari-jari Damien akhirnya menemukan sasarannya, pria tampan itu langsung melancarkan aksinya tanpa ragu.
Recepsionis cantik itu membelalakkan matanya ketika Sang Presdir benar-benar masuk ke permainan inti, “Pak...” Ia dapat merasakan milik sang presdir telah memenuhi dirinya.
Wanita cantik itu mendesis kuat, Sensasinya tidak seperti apapun yang pernah dia rasakan sebelumnya.
Saat lift terus bergerak naik, Damien mulai melancarkan aksinya tanpa ragu sedikitpun, ia memainkan tubuh Ruby sesuka hatinya.
Damien memperhatikan ekspresi Ruby, wajahnya memerah dan nafasnya terengah-engah. Dia dapat merasakan panas yang memancar dari tubuh Ruby, dan hal itu membuatnya semakin berga irah.
Saat lift mencapai lantai paling atas, tubuh Ruby berguncang hebat, membuat Damien tersenyum puas.
Damien pun tak menyi-nyiakan dan kembali melanjutkan permainan hingga ia mencapai puncak kenikmatan.
Damien dan Ruby saling menatap melalui pantulan bayangan mereka di dinding lift, senyuman malu-malu tergambar di wajah Ruby, tak menyangka jika kejadian seperti ini terjadi kepadanya.
“Ruby… maaf… aku,” ucap Damien, berusaha menjelaskan aksi gilanya tadi.
Ruby tersenyum, dia mengambil beberapa lembar tisu dari saku kemejanya, membersihkan daerah istimewanya yang terlihat basah, “Kenapa Pak Damien minta maaf?”
Damien lagi-lagi di buat terkejut, tidak hanya dengan Lily, Ruby juga memberikan reaksi serupa, terlihat biasa saja setelah menerima kelakuan bejatnya.
Damien menatap Lily, wanita cantik itu terlihat memakai kembali stocking dan dalamannya, lalu merapikan roknya.
“Maksudku karena kelakuanku tadi… itu-“ Damien terdiam, mencari kata-kata yang tepat untuk Ruby.
Ruby, berjongkok dan mengambil beberapa lembar tisu lainnya, lalu membersihkan lantai lift yang di penuhi cairan kenikmatan mereka berdua.
“Pak Damien, ternyata apa yang di katakan Lily benar adanya, Pak Damien memiliki sisi yang polos dan juga lucu,” ucap Ruby kembali berdiri sambil memegang tisu bekas mengelap lantai lift.
“Lily?!” tanya Damien dengan raut wajah terkejut.
“Eh? Aduh… aku…” Ruby menda dak panik, dia keceplosan membocorkan pembicaraannya semalam dengan Lily. Di mana Lily menceritakan pengalamannya ketika dia dan Presdir tampan mereka bercinta dengan ganas di kamar sang Presdir.
Damien merapatkan tubuhnya di tubuh Ruby yang menunduk, “Jadi… apa yang kalian berdua bicarakan?” Tanya Damien dengan suara beratnya.
“Ah… itu…” Ruby semakin menunduk, tak berani menatap Damien.
Dan tiba-tiba… ‘Cup!’ Damien mendaratkan bibirnya di bibir Ruby. Mengulum lembut bibir Ruby yang memasang raut wajah terkejut.
Damien melepas ciumannya, lalu menatap Ruby dan berkata, “Ceritakan semuanya kepadaku, di kamarku,” ucap Damien tersenyum lembut.
Ruby tersenyum dan mengangguk pelan, kemudian menekan tombol lantai tempat kamar Damien berada di panel lift, perlahan pintu lift kembali tertutup, dari celah pintu lift terlihat mereka berdua kembali berciuman.
“Dam*n! Apa kamu lihat tadi? Pak Damien bercinta di lift dengan si Ruby,” ucap salah seorang staff pria hotel itu.
“Bukan itu saja, dari pembicaraan mereka tadi, Bos Damien juga sudah bercinta dengan Lily,” sahut staff pria lainnya.
Mereka yang sedang beristirahat dan merokok di rooftop hotel itu baru saja menyaksikan dan mendengar sesuatu yang luar biasa. Di tempat yang memang susah terlihat dari pintu lift yang berada di rooftop.
“Aku jadi iri dengan Bos Damien, yang bisa menikmati setiap resepsionis cantik di hotel kita.” Gumam staff pria tersebut sambil membayangkan wajah semua wanita cantik yang bekerja di hotel itu.
“Iya Bro, siapa yang sangka jika Presdir kita ternyata mempunyai rahasia seperti itu, entah sudah berapa banyak resepsionis yang di pakai,” balas staff lainnya, membayangkan jika Damien sudah meniduri semua recepsionis cantik yang berada di cabang hotel lainnya.
Tebakan mereka bukan tanpa alasan, mengingat hotel ini baru diresmikan kemarin. Dari dua staff pria inilah informasi akan tersebar ke semua hotel milik Damien, di mana tanpa dia sadari, dia akan di beri gelar baru yang menjadi rahasia umum di kalangan karyawan, Presdir tampan yang suka mencicipi resepsionis.
***
Pintu lift terbuka dan memperlihatkan kamar Damien, Ruby melangkah masuk, menuntun Damien ke kamar tidur di mana aroma ga irah mereka sebelumnya masih tercium. Mereka duduk di tempat tidur, mata mereka saling bertatapan.
"Jadi, ceritakan semuanya," kata Damien kembali, suaranya lembut namun tegas.
Ruby menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan apa saja yang ia sudah bicarakan bersama Lily. I mulai dengan menggambarkan bagaimana Lily bercerita tentang sesi bercinta mereka yang penuh ga irah di kamar Damien, keperkasaan Damien, dan sisi polos Damien setelah bercinta. Saat Ruby berbicara, Damien mendengarkan dengan saksama, menunjukkan ekspresi yang sulit di artikan.
"Lily mengatakan jika Pak Damien yang sangat perhatian, bukan tipe kasar dan semaunya seperti yang dia pikirkan," Ruby mengaku, pipinya sedikit memerah.
"Lily juga mengatakan jika Pak Damien membuat dirinya merasa istimewa dan diinginkan."
Mata Damien tidak pernah lepas dari wajah resepsionis cantik itu saat bercerita. Dia mengulurkan tangannya, dengan lembut membelai pipi Ruby dengan ibu jarinya. "Dan apakah Lily menikmatinya?" tanya Damien, suaranya nyaris tak terdengar seperti bisikan.