Sembilan

1044 Words
"Seperti melayani masyarakat, melawan ketidakadilan, mengubah masyarakat, yah itu alasan biasa. Seperti asumsi klise para mahasiswa baru. Apa kau tidak mendengarkan Profesor Stephan?" "Ayo kita pergi minum bir." "Sekarang belum lagi pukul tiga, Edward." Bolie hanya minum sedikit, tapi aku jauh lebih sedikit, aku menganggap kalau itu adalah kebiasaan mahal dan saat ini aku harus menabung untuk membeli makanan. “Cuma bercanda," kataku. la mengemudi ke arah sekolah hukum. Hari ini adalah hari Kamis, itu artinya besok aku akan dibebani dengan kuliah Hukum Olahraga dan Kode Napoleon, dua mata kuliah aku anggap sama-sama tak ada nilainya seperti Hukum Manula dan menuntut kerja lebih sedikit lagi. Namun ada ujian pengacara di depan mata, bila memikirkan hal itu tanganku jadi terasa sedikit gemetar. Jika aku sampai gagal dalam ujian pengacara, orang-orang baik yang kaku dan tanpa senyum yang ada di Wills and Trust hampir dipastikan akan memecatku. Itu berarti aku hanya bekerja sebulan, kemudian aku akan menggelandang di jalan. Gagal dalam ujian pengacara sungguh tak pernah aku bayangkan—itu akan menyeretku pada pengangguran, kebangkrutan, aib, dan himpitan kelaparan. Jadi, mengapa aku memikirkannya setiap jam dalam setiap hari? "Bawa saja aku ke perpustakaan," kataku. "Kupikir aku akan mempelajari kasus-kasus ini, lalu aku harus bersiap menghadapi ujian pengacara.” “Ide yang bagus.” “Tapi aku benci perpustakaan.” "Ya, setiap orang benci perpustakaan, Edward. Tempat itu memang dirancang untuk dibenci. Tujuan utamanya adalah untuk dibenci mahasiswa hukum. Kau termasuk normal." "Terima kasih." "Perempuan tua yang pertama tadi, Miss Streep, dia punya uang?" "Bagaimana kau tahu?" "Kurasa aku tak sengaja mendengar sesuatu." "Em, ya. Dia kaya raya. Dia butuh surat wasiat baru. Dia ditelantarkan anak-anaknya dan cucu-cucunya, jadi sudah tentu dia ingin mencoret mereka." "Berapa banyak?" "Sekitar 20 juta." Bolie melirikku dengan pandangan terkesan ragu. "Begitulah katanya," aku menambahkan. "Jadi, siapa yang akan mendapatkan uang itu?" "Seorang penginjil televisi yang seksi dengan sawat Learjet pribadi." "Sumpah." Bolie mencerna pembicaraan ini sejauh dua blok di tengah lalu lintas yang padat. "Dengar, Edward, aku bermaksud menyinggung, kau itu orang hebat, juga mahasiswa yang baik, cerdas, tapi apa kau merasa nyaman menyusun surat wasiat dengan nilai warisan begitu besar?” "Menurutku tidak. Kau?" "Tentu saja tidak. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" "Mungkin dia akan meninggal sewaktu tidur.” "Kurasa tidak. Dia terlalu galak. Aku pastikan kalau dia akan hidup lebih lama dari kita," "Aku akan melemparkannya pada Stephan. Mungkin mencari seorang profesor hukum pajak untuk membantuku. Atau mungkin akan aku katakan pada Miss Streep bahwa aku tak bisa menolongnya, dia perlu membayar pengacara pajak yang hebat sebanyak lima ribu dolar untuk membuat konsepnya, Aku sudah punya banyak masalah sendiri." "Halter Grisworld?" "Ya. Mereka mencariku. Induk semangku juga." "Jika saja aku bisa membantu," kata Bolie, dan aku tahu kalau ia sungguh-sungguh. Dan jika ia bisa menyisihkan uang, dengan senang hati ia akan meminjamkannya padaku. "Aku akan bertahan hingga tanggal 1 Juni nanti. Setelah itu aku akan menjadi pengacara besar di Wills and Trust. Dan setiap jam kemiskinan yang ada dalam diriku akan segera berakhir, benar-benar akan berakhir. Bolie, bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan uang 34.000 dolar dalam setahun?" "Kedengarannya mustahil. Kau akan kaya." "Maksudku, persetan, tujuh tahun aku hidup dari tip dan uang receh. Apa yang akan kulakukan de ngan uang itu?" "Belilah setelan jas lagi." "Kenapa? Aku sudah punya dua." "Mungkin sepatu?' "Itu dia. Benar sekali. Aku akan beli sepatu, Bolie. Sepatu dan dasi, makanan yang bukan makanan kaleng, dan mungkin celana blue jean terbaru baru." Sedikitnya dua kali sebulan selama tiga tahun terakhir ini Bolie dan istrinya mengundangku makan malam. Nama istrinya Emily, perempuan Southaven, dan ia bisa menyulap makanan hebat walau dengan anggaran yang terbatas. Mereka sahabat, tapi aku yakin kalau mereka kasihan padaku. Bolie tersenyum lebar, lalu memalingkan wajah. la bosan dengan gurauan tentang hal-hal tak menyenangkan ini. la berhenti di halaman parkir Los Veliz, di seberang Southaven Law School. "Aku harus belanja sedikit," katanya. "Baiklah. Terima kasih untuk tumpangannya." "Aku akan kembali sekitar pukul enam. Mari kita belajar untuk ujian pengacara.” "Baik. Aku segera ada di bawah.” Aku membanting pintu dan aku berlari kecil menyeberangi Los Veliz. *** Di sudut gelap dan tersembunyi di lantai dasar perpustakaan, di balik tumpukan buku hukum kuno dan retak-retak serta tersembunyi dari pandangan orang, aku menemukan bilik belajarku dalam keadaan kosong, menunggu di sana seperti berbulan-bulan kemarin. Tempat itu secara resmi dipesan atas namaku. Sudut itu tanpa jendela, kerap kali lembap dan dingin, dan karena alasan inilah tidak banyak orang yang pergi ke dekat sini. Aku sudah menghabiskan banyak waktu di sini, dalam liang kecil pribadiku, membaca berbagai kasus dan belajar menghadapi ujian. Selama beberapa minggu terakhir ini aku duduk di sini melewatkan jam-jam penuh kepedihan sambil merenungkan apa yang telah terjadi padanya dan bertanya pada diri sendiri bagaimana aku membiarkannya pergi. Aku menyiksa diri di sini. Tiga sisi dari permukaan meja belajar datar itu dikelilingi panel-panel, dan aku sudah menghapalkan bentuk urat-urat kayu pada setiap dinding kecil itu. Aku bisa menangis di sini tanpa dilihat orang. Aku bahkan bisa mengumpat dengan suara pelan dan tak seorang pun akan mendengarnya. Berkali-kali selama affair yang gemilang itu, Anya bergabung denganku di sini. Kami belajar bersama dengan kursi berdampingan rapat. Kami bisa tertawa lepas, dan tak ada seorang pun yang peduli. Kami bisa berciuman dan bersentuhan, dan tak seorang pun melihat. Pada saat ini, dalam jurang depresi dan kesedihan ini, aku nyaris bisa mencium bau parfumnya. Aku benar-benar harus mencari tempat lain di labirin tempat belajar yang simpang siur ini. Sekarang, jika aku menatap panel-panel di sekitarku, aku melihat wajahnya dan teringat sentuhan kakinya. Aku pun langsung dikuasai kepedihan hati yang seketika melumpuhkan. Dulu, ia ada di sini, cuma beberapa minggu yang lalu! Dan sekarang orang lain sedang meraba kaki itu. Aku membawa tumpukan dokumen Jack dan berjalan naik ke bagian asuransi. Gerakanku sangat lamban, tapi mataku bergerak cepat ke segala penjuru. Anya sudah sangat jarang ke sini, tapi aku pernah melihatnya beberapa kali. Aku menggelar semua dokumen Smith di meja kosong di antara dua tumpukan buku. Aku membaca sekali lagi surat s****n itu. Bunyinya sungguh mengguncangkan sekaligus k**i, jelas ditulis oleh orang yang yakin bahwa Smith dan Eddy tidak akan pernah memperlihatkannya pada pengacara. Aku membacanya lagi dan aku jadi sadar bahwa sakit hati itu mulai mereda—ia datang dan pergi, dan aku belajar untuk menghadapinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD