Malam ini Gadis sama sekali tidak dapat memejamkan matanya, ia masih teringat pembicaraan ibu-ibu di dalam restoran mengenai ibu dari Adera yang masuk penjara karena penipuan.
Ini malah membuat dirinya begitu penasaran, bagiamana tidak? Dibalik sosok Adera yang menyenangkan, nyatanya ia mempunyai masalah yang sangat rumit.
Gadis meraih ponselnya, ia mulai membuka browser dan mencari kata kunci "Vivian Penipu" secara cepat beberapa artikel keluar membahas penipuan oleh Vivian. Gadis mulai membacanya satu persatu, ia tidak bisa langsung mengambil kesimpulan akan nama Vivian dalam artikel yang ia baca.
Namun matanya seolah keluar saat ini saat melihat foto Adera dan seorang wanita. Dalam judul artikel tersebut tertulis,
Kasihan, janda kaya raya ini ternyata penipu dalam kasus korupsi.
"Apa?" pekik Gadis bangkit dari ranjangnya. Gadis kembali membaca artikel itu dalam hati.
Miris, demi mendapatkan bayaran besar seorang pengacara ini memalsukan data kesehatan koruptor kelas kakap. Tersangka, Vivian ditahan pada hari Kamis dini hari setelah terbukti membuat laporan palsu mengenai kesehatan tersangka korupsi.
Gadis benar-benar tidak percaya, jika Adera adalah seorang anak yatim dan kini ibunya berada di dalam penjara? Bahkan dalam masalah ini dia masih bisa tertawa?
Gadis menekuk lututnya, ia merasa begitu sedih mengetahui sisi lain Adera. "Pantas saja, dia juga tidak ingin bergaul? Apa dia tidak mau identitasnya diketahui? Dia juga home schooling? Astaga! Kenapa baru terpikir sekarang sih?" gerutu Gadis mengusap wajahnya berkali-kali.
Tak lama pintu kamarnya diketuk, suara sang mama terdengar memanggil namanya. "Gadis, apa sudah tidur?" tanya mama.
Gadis buru-buru menyimpan ponselnya dan bangkit membukakan pintu. "Ya, Ma ... aku masih bangun" jawab Gadis. "Ada apa Ma?"
"Boleh Mama tidur disini?"
Gadis tersenyum, lalu memeluk tubuh Mama dan membawanya ke ranjang. "Tentu saja, Gadis ingin tidur di ketiak Mama" kekehnya.
Mama tertawa, segera menutupi tubuh Gadis dengan selimut. "Sepertinya kamu dekat dengan Adera? Apa kalian berpacaran?" tanya mama tiba-tiba.
"Tidak Ma, kenapa bisa berpikir seperti itu? hahahaha"
Mama memeluk tubuh Gadis, "Jadi orang sukses saja dulu, supaya kamu tidak bergantung pada siapapun besar nanti. Jangan seperti Mama" pesan mama. "Lalu diantara Langit dan Adera siapa yang akan kamu pilih?"
"Astaga, Mama ... pertanyaan macam apa ini? Gadis tidak berpacaran dengan siapapun" sela Gadis manja.
Mama tertawa, "Apa jangan-jangan kamu sudah mempunyai pacar di sekolah?" tebaknya lagi.
"Ah, sudahlah Ma ... Gadis tidak mengerti apa yang Mama bicarakan" memeluk tubuh mama erat sambil memejamkan mata.
***
"Astaga!!" pekik Gadis saat membuka pintu rumah. Ia benar-benar dikagetkan akan kehadiran Adera yang sudah berada di depan pagar rumah. "Sejak kapan kamu disini?" tanya Gadis, berjalan menghampiri Adera yang masih duduk diatas motor.
Adera tersenyum, tanpa aba-aba ia memasangkan helm kekepala Gadis. "Apa aku datang terlambat?" ucap Adera menepuk jok motornya. "Ayolah aku antar ke sekolah" ajak Adera.
Gadis terkekeh, ia memukul helm Adera lalu segera menaiki motornya. "Sejak kapan kamu beralih profesi menjadi ojek?" kekeh Gadis.
"Sejak bertemu denganmu" jawab Adera, menutup kaca helmnya lalu menjalankan motor.
Langit yang pagi ini berniat untuk berangkat bersama Gadis dibuat heran ketika melihat sosok Gadis yang berada di atas motor yang begitu ia kenal.
"Itu, anak tengil!! Hey!! Mau kamu bawa kemana Gadisku!!" pekik Langit dipertigaan jalan menuju rumah Gadis. "Hey!!" teriaknya lagi, namun sayang Gadis dan Adera sama sekali tidak mendengar teriakan Langit.
"Aku benar-benar yakin jika anak itu menyukai Gadis!! Argh!!" gerutunya kesal. Ia segera mengeluarkan ponsel dan mulai memesan ojek online agar cepat sampai ke sekolah.
Di atas motor Gadis mendengarkan cerita lucu Adera yang selalu bisa membuatnya tertawa, meski terdengar receh dan sangat garing tapi Gadis masih saja tertawa. Astaga, hanya serendah ini level humor Gadis.
"Adera, kenapa kamu selalu membuatku tertawa?" tanya Gadis disela gelak tawanya.
"Karena aku belum bisa membuatmu jatuh cinta, jadi ku buat tertawa saja dulu ya" jawab Adera begitu polos. Gadis mencubit perut Adera sambil tersenyum. "Kamu sudah tau semuanya bukan? Lalu apa kamu mau menjauhi aku juga setelah mengetahui latar belakang keluargaku?"
Gadis terdiam, ia menelan air liurnya. "Apa yang kamu bicarakan? Dimataku, kamu tetap menjadi Adera yang menyebalkan dan selalu mengangguku" jawab Gadis.
Terlihat sebuah senyuman dari Adera setelah mendengar jawaban Gadis barusan. "Baiklah, aku akan terus mengganggumu" kekeh Adera menaikan kecepatan motor, membuat Gadis spontan memeluknya.
***
Di dalam kelas, seperti biasa Gadis dengan sikap dinginnya acuh akan anak-anak lain yang sibuk membahas olimpiade akuntansi.
"Aku tidak mau mengikutinya! Biar Gadis saja yang terpilih, dipastikan lawannya akan menangis saat melihat sosok galak seperti Gadis" ucap Bianca seperti biasanya.
"Ya, kuis akuntansi kali ini aku tidak akan mencontek! Akan ku kerjakan sebisanya, daripada nanti aku terpilih ikut lomba? Matilah sudah" timpal Keke.
Bel masuk berbunyi, semua murid kini sudah duduk dengan rapi, hingga terlihat sosok Bela yang berlari masuk ke dalam kelas dengan napas terengah-engah.
"Kenapa terlambat?" tanya Gadis saat Bela duduk disampingnya.
"Aku bangun kesiangan" jawab Bela mengeluarkan alat tulisnya. "Gadis, aku minta maaf, kemarin aku pulang duluan dan mengajak Langit. Dia bilang uang jajannya habis" cerita Bela.
Gadis diam, ia berpikir sejenak akan ucapan Bela. "Langit bicara seperti itu?" tanyanya kurang yakin, Gadis begitu mengetahui sifat Langit yang sangat tidak mungkin berkata seperti itu pada orang yang baru dikenalnya.
"Kamu tidak mempercayaiku?"
Gadis menggeleng, sedetik kemudian tersenyum. "Tidak masalah, jangan dipikirkan" jawab Gadis.
"Hari ini ada kuis akuntansi, apa kamu sudah belajar semalam?" tanya Bela.
Gadis menggeleng, "Semalam aku langsung tertidur" jawabnya berdusta, alah ... bukankah semalam ia sibuk mencari tahu keluarga Adera?
"Tenang saja, aku akan membantumu menyelesaikannya" bisik Bela terkekeh.
***
"Gadis!!" pekik Langit menarik tangan Gadis yang tengah berjalan menuju perpustakaan sendirian. "Tunggu, ada yang ingin kutanyakan" ucap Langit menghela napas.
Gadis menatap Langit, menarik tangannya yang masih digenggam Langit. "Ada apa? Kamu mengagetkanku!" gerutu Gadis mencebikkan bibir.
Langit tersenyum, ia merangkul tubuh Gadis. "Akan kutemani ke perpustakaan ya?" ucap Langit mulai berjalan beriringan dengan Gadis.
'Kenapa kemarin ia tidak bilang padaku jika tidak ada uang untuk ongkos pulang?' batin Gadis menatap wajah Langit.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Langit heran mendapatkan tatapan tak biasa dari Gadis.
"Apa ada yang kamu sembuyikan dariku?" tanya Gadis dengan sorot mata tajam.
Langit melepaskan rangkulannya, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Apa yang kamu katakan?" jawab Langit sedikit kikuk, "Kapan aku bisa menyembunyikan sesuatu dari mu?" tambahnya lagi.
Gadis membuang mukanya, "Baiklah" ia berjalan mendahuli Langit.
Langit terdiam sejenak, ia berpikir keras saat ini. "Apa sekarang aku terlihat menyukainya? Tidak mungkin, aku sudah berusaha biasa saja" gumamnya pelan.
"Hey Langit!" pekik Bela mengagetkan Langit dengan menepuknya dari belakang. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyanya.
Langit melirik Bela, "Aku akan pergi ke perpustakaan menyusul Gadis, sampai jumpa!" ia menepuk pundak Bela lalu berlari mengejar Gadis. "Hey Gadis Galak!! Tunggu aku!!" teriaknya.
Bela terdiam, ia hanya mampu menatap punggung Langit yang kini berlari menuju Gadis.
***