Gadis kembali menangis saat mengingat kejadian semalam. Bukan sebuah kejutan indah yang diberikan oleh papa untuk mamanya yang tengah berulang tahun, melainkan sebuah kabar mengenai tante Tasya.
#Flash back
Gadis yang sudah selesai membungkus kado tersenyum sambil menatap pantulan wajahnya dari cermin, hari ini ia begitu senang karena sang papa telah berjanji akan pulang malam ini, malah ia mengatakan akan memberikan kejutan untuk mama.
“Tidak bisakah keluargaku seharmonis orang lain? Ah, tapi setidaknya malam ini mama akan bahagia melihat suaminya akan pulang dan memberikan kejutan” kekehnya, ia bangkit dari meja rias dan segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.
Terlihat ada pesan dari Adera untuknya,
Adera : Kamu ke sini? Aku kelaparan
Gadis hanya mencebikan bibirnya setelah membaca pesan dari Adera yang terlihat seperti anaknya. “Anak manja yang sok kuat!” cibirnya, oh ... tidakkah sikap Adera itu mirip dengannya? Mungkin Gadis tak menyadarinya.
Kini kedua ibu jarinya sudah menari-nari pada layar ponselnya, Gadis tengah mengirimkan pesan pada Langit.
Gadis : Langit bisa bantu aku?
Langit : Kapan aku pernah menolak?
Gadis : s**l, sepertinya aku begitu berhutang banyak padamu!
Langit : Memang seperti itu, apa yang kamu minta?
Gadis : Tolong berikan makanan untuk Adera, ia seperti orang kelaparan
Langit : Astaga, anak itu! Kenapa tidak membelinya sendiri sih? Dengan halaman rumah sebesar lapangan futsal masa tidak bisa membeli makanan?
Gadis : Langit, dia sendirian
Langit : Oke baiklah, imbalannya cium pipiku ya
Gadis : Ya, akan ku cium dengan mengunakan penggorengan!! Ambilah ke rumah makanannya
***
Wajah Gadis begitu gembira ketika mendengar suara mobil yang dimasukan ke dalam garasi rumahnya, ia sudah mempersiapkan semuanya. Dari mulai kue tart, makan malam hingga kado untuk sang mama 100 persen siap.
“Itu papa” ucap Gadis pada mama yang sudah duduk manis di meja makan. “Ayo kita sambut” ajak Gadis menarik lengan sang mama.
“Mama begitu terkejut dengan usahamu sayang, padahal mama tidak ingin dirayakan seperti ini ... usia mama tidak muda lagi” ucap mama tersenyum bahagia.
Gadis mencium pipi mama, “Mama bahagia, Gadispun bahagia” tambah Gadis.
Pintu rumah terbuka, terlihat sosok papa yang masih mengunakan jas lengkap. Sepertinya sepulang kerja, ia langsung datang kesini. Seperti biasa, Mama menyambut kedatangan suaminya dengan penuh senyuman, begitu juga Gadis, ia harus bersikap sebaik mungkin hari ini demi mama.
“Terimakasih Papa sudah menyempatkan untuk pulang” ucap Mama, mengambil tas milik papa.
Papa tersenyum, “Tentu saja, Papa begitu senang saat ini. Ini adalah hari yang spesial” kekehnya membuat raut wajah mama begitu bahagia, Gadis melihatnya ikut senang. “Tasya hamil, kamu akan menjadi kakak! Hahaha ...” cerita papa Gadis.
Mama terdiam, seolah tengah mematung mendengar kabar ini begitupun dengan Gadis yang seolah mendapatkan sambaran petir.
“Kenapa kalian diam saja? Berita ini sangat spesial” kekeh papa sekali lagi sambil menepuk-nepuk pundak mama.
“Apa ada hal spesial lagi hari ini Pah?” tanya Gadis tiba-tiba.
Papa Gadis berpikir sejenak, “Berita itu adalah satu-satunya hal spesial hari ini, ayolah kita masuk sekarang, Papa lapar” ajaknya.
Air mata mama menetes namun dengan segera dihapusnya, tubuh Gadis bergetar, rasanya ia ingin sekali memukul papanya saat ini.
“Baiklah, ayo kita makan. Papa terlihat sangat lapar” potong mama membawa papa masuk ke dalam rumah, mama begitu hebat dalam menyembunyikan perasaannya, berbanding terbalik dengan Gadis yang kini mencoba menahan amarahnya yang siap meledak kapan saja.
Sungguh Gadis tidak bisa menahan emosinya lagi, ia menarik lengan papanya kasar. Matanya sudah memerah, lengannya terus ia kepalkan. “Apa Papa sudah hilang ingatan? Apa Mama sudah tidak penting lagi di mata Papa? Apa Papa tidak bisa membuat Mama bahagia di hari ulang tahunnya?” tanya Gadis gusar tanpa memberikan jeda untuk menjawab.
“Kamu ini! Kenapa tidak ada sopan santunnya!” jawab papa keras.
“Sopan santun Gadis-pun hilang bersamaan dengan hilangnya ingatan Papa!” sela Gadis, berlari masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya keras.
“Gadis! Mamamu ini sudah tua, tidak perlu ada perayaan ulang tahun!” Papa berteriak begitu kencang, membuat Gadis menutup telinganya dengan bantal.
***