BAB 4

1160 Words
Seorang pria baru saja tiba di club tempatnya bekerja, ia terlihat terburu-buru, sampai menabrak beberapa orang yang sedang menuju keluar. Beruntung saja wajahnya tampan, dan tidak mendapatkan caci-maki dari orang-orang itu, beruntung juga banyak orang yang menghargainya di tempat tersebut. Pria itu merasa lega, ia kemudian membuka pintu, dan semua orang di dalam ruangan langsung memerhatikannya. “Ansel!” panggil para wanita yang sudah lama menunggu. Mereka terlihat sangat senang saat bisa melihat pria itu, mereka kira pria itu tidak akan datang karena menerima pekerjaan lain di luar club. Ansel yang mendengar panggilan itu melambaikan tangan, tidak lupa memasang senyuman manis, dan mengedipkan mata kirinya untuk membuat semua wanita itu histeris. “Ansel, kau dipanggil oleh Bos. Sebaiknya cepat, jangan banyak menebar pesona.” Ansel yang mendengar pemberitahuan dari teman satu profesinya hanya mengangguk, ia kemudian segera berpamitan dengan para wanita, dan menuju ke lantai lima. Pria itu juga sejak awal ingin bertemu dengan sang atasan, bahkan ia sampai terburu-buru setelah menyudahi acaranya dengan salah satu pelanggan tetap. Ansel menghela napas, ia kembali melihat penampilannya pada kaca, dan merasa sangat puas. “Masih tampan seperti biasa, hum … sempurna.” Ansel kemudian mengalihkan fokus, pintu lift sudah terbuka, dan ia langsung saja keluar dari sana. Bibirnya melengkungkan senyuman, ia terlihat sangat percaya diri. Langkah kaki pria itu terlihat begitu pasti, rambutnya yang sedikit panjang terlihat sangat rapi dan membuatnya semakin menarik. Pria yang sempurna, dengan semua kehidupannya yang luar biasa. Raja Host yang tersohor, penakluk wanita kesepian, dan menemani mereka semua dengan pelayanan yang sangat memuaskan. Setelah melangkah cuku lama, akhirnya Ansel tiba di depan ruangan khusus. Ia tahu atasannya ada di sana, dan pastinya sedang menunggu. Tangannya dengan cepat mengetuk pintu, menunggu sampai ada yang memintanya masuk. “Masuk!” Ansel langsung saja membuka pintu, ia kembali memasang senyuman manis. “Bos, ada apa? Tidak seperti biasanya akan memintaku datang? Apa ini masalah para pelanggan yang datang dan mencariku?” Sang atasan mengangguk. “Salah satunya itu, tetapi beberapa saat lalu ada hal yang lebih penting daripada itu.” Ansel merasa bingung, apa yang dimaksud sang atasan dengan kata ‘beberapa hal’? Pria itu kemudian menatap ke arah tatapan sang atasan, ia kaget kala melihat seorang wanita. Apa ia harus menerima pelanggan seorang wanita bersuami lagi? “Apa Nyonya ini ingin menjadi pelanggan tetapku?” bisik Ansel. Ia melirik sang atasan, dan tersenyum kala wanita itu menatapnya. “Jangan memanggilnya ‘Nyonya’ Dia itu wanita muda. Mungkin hanya tak tahu bagaimana mengatur penampilan,” bisik sang atasan guna menjawab pertanyaan Ansel. Ansel mengangguk, ia kemudian tersenyum lagi kepada wanita itu. “Apa Nona memerlukan bantuan saya?” Jessica menatap lebih jeli, kemudian mengangguk. Ia berdiri, dan menghampiri Ansel. “Kau pria yang bersama wanita di depan café saat kita bertemu, bukan? Kalau tidak salah, kau memanggilnya ‘Nyonya Cua’, atau ‘Nyonya Cuan’, aku lupa.” Ansel mencoba mengingat dengan siapa saja ia bertemu hari ini, tetapi ia lupa. Pria itu kembali tersenyum. “Benar, Nona. Mungkin kita tadi bertemu, dan saya rasa itu wajar. Dunia ini sangat sempit, benar bukan?” Jessica hanya mengangguk. Mungkin lebih baik pada intinya saja, daripada ia harus melakukan hal yang sia-sia seperti basa-basi, atau melakukan hal tak penting lainnya. “Jadi bagaimana, Nona. Apa Anda menyukai Host yang satu ini?” tanya atasan Ansel. Jessica menghela napas, ia kemudian menatap Ansel dengan saksama. “Aku suka dia, dan sepertinya dia juga memiliki banyak pengalaman yang bagus.” Ansel yang mendengar itu tersenyum. Sejujurnya ia juga merasa bangga dengan pujian yang baru saja Jessica berikan padanya. “Tapi aku ingin dia membuka bajunga, ada yang ingin aku amati.” Ansel dan atasannya terbelalak kaget, mereka tak menyangka jika Jessica meminta hal seperti itu. “Ada apa? Aku hanya ingin memastikan tubuhnya dengan baik. Aku punya beberapa kriteria, dan aku harus memastikannya lebih lanjut lagi.” Mesum! Hanya itu yang bisa Ansel dan sang atas pikirkan. Tetapi, melihat Jessica yang malah tak yakin, Ansel menjadi kesal. Ia segera melepas bajunya, dan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang memiliki porsi sempurna. Jessica menatap jeli. Ia menghitung otot perut Ansel, lalu mengangguk. “Coba kau berjalan, dan berikan pesonamu lebih lanjut lagi.” ‘Wanita ini aneh!’ Ansel membatin. Jessica yang tak kunjung mendapatkan keinginannya menggeleng, ia mendesah pasrah. Kelihatannya tak ada yang spesial dengan pria yang diberi julukan Raja Host di tempat tersebut. Wanita itu kemudian kembali ke sofa, ia meraih tas, dan kembali berdiri. “Aku tidak akan menggunakannya. Dia tidak sempurna, dan aku tidak tertarik. Julukan yang diberikan tidak sesuai.” Jessica kemudian melanjutkan langkahnya, tetapi ia harus berhenti kala Ansel menahan tangannya. Pria itu langsung menyudutkan Jessica di dinding, ia menatap lekat manik mata wanita itu. Jessica mencoba untuk lebih tenang, ia membalas tatapan Ansel, dan mereka bungkam. “Sayang, apa kau ingin terus merajuk? Apa kau tahu aku sudah berlari hanya untuk menemuimu?” Jessica diam, dan ia tetap menatap Ansel. “Kau selalu saja merajuk hanya karena hal kecil. Wanita itu bukan siapa-siapa bagiku, hanya ada kau, dan tidak dengan yang lainnya.” Ansel langsung mendekatkan wajahnya, ia kemudian menciumi Jessica, dan sukses membuat atasannya menahan teriakan. Jessica terpaku, sedangkan Ansel menjauh dari wanita itu. “Apa kau suka?” tanya Ansel. Jessica menyentuh bibirnya. Apa yang pria itu lakukan padanya? Kenapa harus ciuman? Ini ciuman pertamanya, dan pria itu tanpa izin sudah mencuri keperawanan bibirnya. Tunggu … Jadi begitukah rasanya berciuman? “Nona?” atasan Ansel merasa bingung, ia melambaikan tangannya beberapa kali di depan mata Jessica, tapi wanita itu masih diam dan terpaku. “Apa yang kau lakukan, Ansel?” tanya sang atasan. “Aku hanya menciumnya.” Ansel kemudian memasang wajah tanpa dosa, ia memasang bajunya, dan berkacak pinggang. Jessica yang tersadar merasa dirinya sangat mengerikan. Ia menuangkan isi tasnya, lalu menari tisu basah. Tidak … tidak mungkin! Ciuman itu pasti akan membuatnya rusak. ‘Gawat, aku akan hamil! Jangan … aku belum siap punya anak!’ Hanya itu yang terus dan terus disuarakan oleh hati Jesica. Karena begitu panik Jessica tidak menggunakan otaknya, yang ada saat ini hanya kebodohan saja, dan banyak hal di luar nalar yang keluar begitu saja. Jessica memang bukan orang yang begitu pintar, ia masih percaya dengan kata-kata yang diberikan oleh orang tuanya saat masih kecil. Yang Jessica tahu hanya menulis, dan menulis. Walau ia menulis cerita dewasa, tetapi ia menganggap itu hanya fiksi, untuk hal yang nyata seperti beberapa saat lalu tentu saja membuat otaknya mati, apalagi ia masih percaya dengan mitos. Jessica pernah memiliki seorang teman yang hamil setelah berciuman dengan seorang pria, dan temannya juga mengaku jika itu baru pertama, dan setelah itu selalu ingin melakukannya. Jessica juga ingat apa yang ibunya katakan. ‘Jangan berciuman dengan pria asing. Kau bisa hamil karenanya. Jadi, kau harus selalu ingat itu.’ “Nona, apa Anda baik-baik saja?” Jessica menghentikan ulahnya, ia kemudian menatap Ansel dan atasan pria itu. Wanita itu mencoba untuk tenang, tubuhnya gemetar. “Nona?” Ansel berjongkok. Ia kemudian menatap Jessica lagi. “Apa itu ciuman pertamamu?” Jessica panik lagi, ia kemudian berdiri, dan menunjuk ke arah Ansel. “Aku ingin dia, aku ingin menyewanya selama tiga atau empat bulan. Aku akan membayar berapa pun biayanya, tapi dia harus tinggal bersamaku, dan selalu memerhatikanku dengan baik. Aku tidak menerima penolakan, sekian, dan terima kasih.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD