69. Ada Apa Dengan Jackson

1103 Words
" Akh!" Brian meringis sakit saat lengannya terkena pisau. " Ternyata hanya itu kemampuan Mafia Red Dragon.." kata pria itu menyindir Brian dan kembali menyerangnya. Namun kali ini, Brian yang sudah bisa membaca gerak gerik pria itu berhasil menangkap tangannya dan mengarahkan pisau tersebut ke perut pria itu. " Arghhh..!!" Pria itu berteriak kesakitan, pisau tersebut menebus sampai ke belakangnya. Tanpa mencabut pisau tersebut, Brian menendang pria itu hingga terpelenting ke pintu pecah di belakangnya. " Guys.. aku belum menemukan Kim.." kata Aaron sambil memasuki ruang tamu di rumah Brandon. Wajah pria itu sudah sedikit babak belur karena menolong para anak buah Brian di luar tadi. " Dia sudah meninggal.." jawab Jackson yang sedang terduduk santai menyaksikan perkelahian antara Dylan dan dua anak buah handalnya. Semantara itu di ruang kerja Brandon, Mia sedang berusaha membuka pintu yang ternyata di kunci dari luar. " Tolong!" Gadis itu berteriak sekuat hati, tetapi tidak ada yang mendengar suaranya, karena ruangan itu di lengkapi dengan kedap suara. " Bagaimana ini dia sudah banyak kehilangan darah.." Dia kembali mendekati kim, dan memandang perut pria itu yang tak berhenti mengeluarkan darah. Dia memandang wajah pria itu, dia masih bernafas namun sangat lemah. " Tuan.." Pria itu masih tak memberi respon. Dia beranjak lagi, dan menuju ke rak buku, mencari sesuatu yang bisa menolong pria itu. " Sialan! Kenapa tidak ada.." gadis itu menggerutu tak tentu arah. Kemudian dia berlari kearah almari, dan membongkar isi almari tersebut, namun tak menemukan apapun disana, selain pakaian. Dia berlari lagi menuju ke meja kerja Brandon, dan menjatuhkan semua barang barang di atas meja tersebut. Sehingga dia menemukan kotak obat obatan di dalam laci. Dia mencapai gunting dan membawa kotak obat tersebut, lalu mendekati Kim yang sudah sangat memucat karena banyak kehabisan darah. Tanpa ragu ia menggunting t-shirt pria itu, namun karena tak sabaran, dia menariknya sehingga robek. Dia dengan teliti membersihkan luka pria itu, Kemudian menjahitnya. " Akh!" Di kesadaran Kim yang sudah sangat menipis merasakan yang teramat sakit di perutnya. Jarum tersebut keluar masuk di luka itu, dan perlahan tidak ada sudah darah yang mengalir keluar dari perutnya, luka itu sudah tertutup belang. " Akh!" Kim masih menikmati rasa sakit, walaupun Mia sudah tak melakukan apapun. " Tuan.." Mia bergerak mengangkat kepala pria itu ke atas pahanya. " Tuan.." Kim sudah berhenti meringis sakit, dengan waspada Mia memeriksa denyut nadi Kim. Semantara itu di luar, Dylan berhasil terkena bogem di tepi bibirnya oleh anak buah Brandon. " Hahaha..." Brandon tertawa terbahak bahak melihat Dylan terpelenting ke belakang. Dylan memegang sudut bibirnya yang terasa perih. Dor! " Akh!" Dylan mengalihkan pandangan kearah Brian yang tampak sudah bosan berkelahi, jadi dia menembak saja lawannya. Kemudian dia fokus lagi kearah kedua lawannya itu, Dylan mengangkat sebelah tangannya ke depan, dan menggoyangnya empat jarinya, tanda dia menyuruh kedua orang itu maju. " Bunuh dia.." Brandon beranjak dari duduknya, tampaknya dia mulai sadar kekalahan sudah depan mata. Dia menarik samurai dan berniat mau menyerang Dylan. Namun tanpa di duga satu tendangan kuat dari Brian pas mengenai wajahnya. " Akh!" Dengan gerakan cepat dia berdiri, lalu menyerang Brian. " Kau akan mati hari ini juga.." kata Brandon dengan penuh amarah. Brian tak bisa mendekat untuk membalas karena Brandon memegang samurai yang lumayan panjang itu. Semantara Dylan sudah berhasil mengalahkan salah satu anak buah Brandon. Tinggal satu orang lagi, itu pun sudah tak memiliki tenaga lagi untuk membalas. Dylan bergerak ke belakang dan memegang kepala pria itu lalu memutarnya dengan kuat, sehingga terdengar bunyi khas dari leher yang patah itu. Kini tinggal Brandon keseorangan. " Brian.. pergi tolong Aaron mencari Kim, dia biar mencari urusanku.." teriak Dylan. Brandon menoleh kearah Dylan, namun belum sempat sepenuhnya dia menoleh, sudah terkena tendangan di wajahnya. " Akh!" Pria tua itu menggelengkan kepala, pengelihatannya berkunang kunang karena sudah berulang kali terkena tendangan di wajahnya. Ketika dia ingin mengambil samurai tersebut, Dylan dengan cepat menginjak tangannya. Lalu menendang lagi wajah pria itu. *** " Kim.. kamu di dalam.." teriak seorang dari luar sambil mengetuk pintu itu dengan kuat. Mia terus berlari kearah pintu, dan memutar handle pintu tersebut, agar orang di luar sana tahu ada orang didalam ruangan itu. Kemudian gadis itu mundur ke belakang Tiba tiba pintu itu di tendang dari luar, dan seseorang melangkah masuk. " Siapa kamu?" Tanya Aaron pada gadis itu. " Anu saya.." " Kenapa anumu.." tanya pria itu sambil memandang d**a gadis itu yang hanya mengenakan bra. Mia yang menyadari arah pandang pria itu, terus mengeratkan jaket yang di pakaikan Kim tadi. " Bukan, tuan maksudku.. dia.." Mia menunjuk kearah Kim yang terbaring tak sadarkan diri. " Kim.." Aaron terus mendekati kim, dan menampar muka Kim sedikit menggunakan tenaga. " Kenapa dia bisa pingsan? Ini lagi mana bajunya? Apa yang sebenarnya terjadi?" Gadis itu terdiam, karena bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. " Kenapa kamu diam?" " Itu tuan, tadi saya membuka bajunya.." " Apa? Kamu mencari kesempatan untuk memperkosanya?" " Bukan tuan, dia tertusuk pisau tadi.." " Oh begitu.. siapa yang melakukannya.." tanya Aaron sambil menekan luka Kim sehingga dahi pria itu berkerut, menahan sakit. " Oh dia masih hidup ternyata.." kata Aaron sambil menarik tangannya dari perut Kim. " Tuan Brandon.." Jawaban gadis itu membuat Aaron terdiam seketika. " Tuan, kita harus membawanya kerumah sakit.." " Calm down gadis kecil, dia tidak akan mati.." Kemudian Aaron memaksa Kim untuk duduk. " Tuan dia—" " Diam di tempat, dia akan baik baik saja." Kata Aaron yang sama sekali tak merasa kasihan dengan keadaan kim. Semantara itu di markas dua, Delia sudah berdiri di depan pintu. " Tunggu disini.." perintahnya dengan suara di buat tegas. " Baik Nona.." Pengawal itu sedikit merendahkan tubuhnya untuk memberi hormat ketika Delia masuk ke dalam kamar tawanan. " Papa!" Panggil Delia sambil berjalan hati hati karena kamar itu masih berantakan. " Pa.." Gadis itu memandang kearah lantai, dan jejak melihat darah menuju ke kamar mandi. " Papa di dalam.." tanya gadis itu sambil mengetuk pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat. Delia memandang lagi ke lantai sambil bergidik ngeri. " Papa.. aku masuk ya.." Untuk seketika gadis itu diam, menunggu Jackson menjawab, Namun sama sekali tidak ada jawaban. Delia menarik nafas dalam, lalu menolak daun pintu. " Papa.." panggil gadis itu dengan hati berdebar. Dia melihat seseorang dalam bathtub namun dia tak dapat melihat wajahnya karena sedang menghadap ke dinding. " Tidak mungkin itu Papa.." gumam Delia meyakinkan diri. " Tidak mungkin.." Dia merendahkan tubuhnya dan melihat tangan pria yang terluka, dia memotong nadinya. " Papa.." Delia memegang muka pria itu dengan perlahan lalu memutar kearahnya, Ya pria itu adalah papanya, Jackson! " Oh tidak! PAPA!" ~ bersambung ~

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD