29. Siapa Cristal Sebenarnya

1409 Words
Setelah Lee sampai di apartmentnya, dia tak terus turun dari mobil, dia memperhatikan dulu camera CCTV di dalam apartment itu dari telefonnya. Dia dapat merasakan ada sesuatu yang aneh pada gadis itu... Seperti menyembunyikan sesuatu? Dia melihat dari layar ponselnya, gadis itu sudah tertidur di sofa sambil memeluk bantal. Ketika pria itu ingin turun dari mobil, saat yang sama ada mobil berhenti tak jauh dari apartmentnya. Sebagai Mafia yang sudah hafal gerak gerik musuh, Lee tahu orang orang dalam mobil itu punya tujuan tertentu. Dua pria bertubuh besar tinggi keluar sambil mobil, sambil memperhatikan sekitar. Lee masih dalam mobil perhatikan orang orang itu, sehingga mereka menuju ke apartmentnya. " Sudah kuduga.." Lee mengambil pistol yang berada di jok sebelah. " Siapa sebenarnya gadis itu.." dia mengetik sesuatu di ponselnya lalu keluar dari mobil dan menghampiri mobil para pria itu, dan di dalam mobil itu masih dua orang tertinggal. " Apa yang kalian lakukan di wilayahku.." tanya Lee dengan santai sambil mengetuk cermin mobil. Kedua orang dalam mobil itu kaget melihat pria itu ada disana. Semantara itu di depan pintu apartment dua orang yang ingin memasuki apartment mencoba menolak daun pintu yang memang tak di tutup rapat. Kedua melihat ada seorang gadis tidur nyenyak di atas sofa sambil memeluk bantal. Melihat paha mulus gadis itu yang sedang di lingkarkan di bantal membuat kedua tak fokus dalam misi. " Cantik sekali.." satu pria itu berbisik pada temannya. " Pahanya juga mulus sekali.." Pria itu ingin menyentuh paha mulus itu namun terus di cegah temannya dan saat yang sama tidur gadis terganggu dengan suara suara aneh di dekatnya. " Tuan.." gumam Cristal setengah sadar sambil menggeliat malas. " Tuan.. sudah pul—" kedua mata gadis itu membulat saat melihat lebih jelas muka kedua orang itu. " Siapa kalian.." Cristal mundur ke belakang lalu melirik ke pintu yang terbuka lebar. Bagaimana kedua orang itu bisa masuk? " Ayo ikut kami.." pria yang tadi hampir memegang paha gadis itu, kini menarik tangannya sedikit kasar. " Arhh... Lepas.." " Lepaskan dia.." cegah yang satu sambil menarik tangan temannya. " Boss meminta untuk kita tak menyakiti gadis ini.." Gadis itu mundur ke belakang dan merasa tak percaya karena dia di biarkan terlepas. Apakah orang orang itu suruhan ayahnya lagi? Dia perlahan mundur berikutnya dia ingin berlari menuju kearah pintu yang terbuka. Namun, seketika mata gadis itu menangkap satu bayangan mendekatinya. " Jangan mendekat! Pergi.." gadis itu berbalik tubuh sambil memaki dan saat yang sama satu lembar sapu tangan putih di tempelkan di mulutnya. Semantara Lee memasuki lift dengan buru buru saat tujuh anak buah Brian sudah sampai di apartment itu, dan dua pria itu sudah pun berhasil di tangkap. Lee mengumpat kesal sendiri di dalam lift sambil menekan butang tombol itu berkali kali, dia sudah tak sabar sampai di lantai apartmentnya. Pistol yang terselip di pinggangnya di ambil saat sudah mau sampai di lantai apartmentnya, dia membuka pengunci pistol dan berjalan keluar dari lift. Dia lihat dua orang pria itu berjalan di lorong apartment, sambil menggendong Cristal. " Lepaskan gadis itu.." kata Lee sambil mengarang pistol kearah dua pria itu. " Diaa..?" " Ya dia anak buah pria itu.." jawab yang satu, namun bukankah kata bos mereka, anak buah Dylan itu sedang berada di rumah utama, karena itu mereka bertindak, namun kenapa tiba tiba saat ini pria itu malah sudah berdiri di depan mereka. " Lepaskan dia.." perintah Lee lagi. Kedua pria itu tidak ada cara lain, selain melepaskan gadis itu yang sudah tak sadarkan diri karena di bius. Setelah meletakkan tubuh gadis itu di atas lantai, kedua mengangkat tangan ke atas. " Siapa yang menyuruh kalian.." tanya Lee sambil memberi isyarat, untuk kedua membalikkan tubuh ke dinding. Kedua masih bungkam tak mau mengaku, sehingga salah satu dari mereka melihat kearah tong sampah. Kedua saling memberi isyarat, dan mengangkat tempat sampah itu lalu di lempar kearah Lee supaya fokus pria itu akan terganggu. " Argh! Sial.." umpat Lee sambil memperhatikan jasnya yang di penuhi sisa sisa makanan. Lalu memandang ke depan, Dia tersenyum sengaja membiarkan kedua pria itu berlari menuju tangga darurat. Tiba tiba seseorang keluar dari lift dan melepaskan tembakan begitu saja, karena tangga darurat itu berada di hujung kedua pria itu masih berlari menuju tangga, dan terkena tembakan. " Nick?" Gumam Lee sambil melihat Nick dengan santai berjalan sambil melepaskan tembakan. Teriakan kesakitan kedua pria itu silih ganti terdengar. Nick yang memang hebat dalam menggunakan senjata api dengan mudah menembak sasaran yang dia mau. Dia kembali mengisi peluru pistol yang sudah habis, dan setelah itu dia menembak lagi. Karena merasa sudah puas menyiksa kedua orang itu, dia menembak pas mengenai kepala keduanya. Setelah itu dia membalikkan tubuh dan melihat Lee sedang menggendong tubuh gadis itu. " Siapa gadis itu, Lee.." tanya Nick sambil mengikuti Lee dari belakang. Lee dengan perlahan membaringkan gadis itu di atas sofa. " Siapa orang orang itu, Lee.." tanya Nick lagi, dia menyepitkan mata melihat Lee membuka jasnya lalu di selimutkan di tubuh gadis itu. " Posesif kali.." " Aku merasa mereka mengincar gadis ini.." kata Lee dengan suara serius. " Siapa gadis itu.." " Dia adalah OB di perusahaan.." jawab Lee sambil duduk di sofa dekat gadis itu. " Kenapa kau membunuh dua orang itu, bukankah kita masih bisa bertanya pada mereka siapa yang menyuruhnya.." " Yang di bawa itu sudah lebih dari cukup.. lagi pula, mereka bukan hanya berempat, dan saat ini sudah tertangkap.." " Sebentar, kenapa begitu cepat, seperti sudah di ketahui.." " Kali ini Dylan yang langsung turun tangan.." Lee terdiam, siapa yang tak mengenali pria lick itu, dia sanggup buat apa saja untuk mempercepatkan perkerjaannya. " Aku rasa Dylan sembunyikan sesuatu dari kita.." kata Lee dengan suara lirih. Semantara Nick tak begitu peduli, bukankah Dylan memang sejak dulu adalah pria kejam. Dia mengamati wajah gadis itu cukup lama, dia seperti pernah melihat atau mengenal gadis itu. Namun dimana? " Kenapa kau melihatnya seperti itu?" Tanya Lee dengan nada tak suka cara Nick memandang Cristal. " Sepertinya aku mengenalinya.." *** Dylan mengambil ponsel atas meja lalu beranjak menuju jendela. " Ya?" " Semua sudah ada di markas, Lan.." jawab seseorang di hujung sana. " Baiklah, selidiki terus siapa yang menyuruh orang orang itu ke apartment Lee..." Dylan menghela nafas sambil membalikkan tubuh kearah Sarah yang masih tertidur di atas lantai. Dia tersenyum puas melihat menderitaan gadis itu, Sarah tampak tertidur namun tubuhnya menggigil kedinginan. " Hey.. bangun!" Dylan menepuk paha polos gadis itu. " Hey!" Perlahan Sarah membuka mata, dia memandang kearah Dylan yang sedang berdiri angkuh di hadapannya saat ini. " Ikut saya ke markas.." Sarah dengan wajah pucat beranjak dari baringnya, dan memandang ketakutan pada Dylan.... Apakah pria itu baru saja menyebut markas? " Tidak, tuan.. saya dirumah saja.." Dylan menatap tak suka pada Sarah, karena Sarah berani menolak ajakannya. " Jadi kamu menolak?" Sarah menggelengkan kepala, airmata juga sudah mengalir di kedua pipinya. " Ampunkan saya tuan.." " Ayo!" Sarah masih menggelengkan kepala, dia benar benar ketakutan kalau ke markas itu lagi, dia tak mau! " Ampunkan saya, Tuan.. tapi saya tak mau ikut, saya dirumah saja.." gadis itu mengiba dengan suara terputus putus karena sedang menangis. Dylan tampak diam, sambil menempelkan ponsel di telinganya. Sarah segera was was, karena raut wajah pria itu sudah terlihat marah. " Perintahkan dua pengawal ke kamarku.." Dylan melirik tajam kearah Sarah. " Ya.. aku ingin kalian membawa gadis ini ke mobil.." " Tidak.." Sarah beranjak dengan tubuhnya yang masih polos memeluk erat tubuh pria itu sambil memohon. " Jangan.. jangan.." " Kalau begitu jadilah, anak baik.." Sarah terus mengangguk. " Good girl.." *** Di satu ruangan dengan sorot cahaya yang tak begitu terang terdapat seseorang melempiaskan kemarahannya disana. " Arghhh!" Dia membanting semua buku buku atas meja. " Bagaimana ini?" Dia sudah panik, karena usahanya selama ini, untuk membuat Dylan tak lagi menginjakkan kaki di dunia bisnes gelap tampaknya tak lagi berhasil. " Dylan!" Dia mengepalkan tangan, dia sangat membenci Dylan, karena pria itu Sonya meninggal. " Bagaimana sakit yang kau rasakan ketika kehilangan keluargamu, begitu juga sakit yang kurasa, saat adikku meninggal karenamu.." Detik kemudian, dia terisak isak, dia tak mau melakukan semua ini, tapi dia sama dengan Dylan, dendam telah membelenggu hatinya. " Kekacauan ini harus di bersihkan.." gumamnya sambil mencapai ponselnya di atas meja yang sudah sangat berantakan. " Bray.." dia tersenyum sinis karena teman yang sudah lama di khianatnya itu menjawab panggilannya. " Luis Wiliam.. ingin bermain main dengan kita sepertinya.." " Iya.. aku ingin mereka di bereskan.." ~ Bersambung ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD