7. OO KETAHUAN DEH

1518 Words
Masih terngiang-ngiang di telinga Gina saat Abian memanggilnya Bebe. Bukankah selama ini sejak dia memulai hubungan dengan Abian, pria itu selalu memanggilnya Sayang? Tidak pernah panggilan lain kecuali Dek sesekali. Lalu, kenapa tiba-tiba memanggil Bebe? Tidak ingin su'udzon tapi pikirannya tetap mengajak Gina untuk memikirkan bahwa Abian sepertinya mempunyai rahasia. Apakah ini berkaitan dengan tidak pernahnya Abian berkencan di malam minggu lagi bersama Gina? Apakah waktu akhir pekannya sekarang bersama seseorang yang dia panggil 'Bebe'? Feeling seorang perempuan selalu akurat tapi kebanyakan dari perempuan itu akan menahannya dalam hati dan akhirnya tertekan batin. Tring Bunyi pesan masuk di ponsel Gina membuat gadis itu kembali dari pikirannya ke alam nyata saat ini. Dia membuka pesan masuk dan menemukan sebuah foto. Itu adalah sebuh gelang cantik yang selama ini dia impikan. Tidak ada pesan lain selain foto itu tetapi dia tahu bahwa gelang itu di beli untuk dirinya oleh sang kekasih. Gina: "Thanks Ayang" Tulis Gina sebagai pesan balasan membuat si penerima pesan ketar ketir dan sadar sudah salah mengirimkan pesan. Abian memeriksa pesan berkali-kali dan membaca nama si penerima pesan. Detik berikutnya dia menepuk dahinya sendiri karena salah kirim pesan dan salah menggunakan ponsel. "Kalau udah gini kan jadinya repot," ucapnya pelan. "Untung deh aku nggak tulis kata-kata pas ngirim ini," lanjutnya. Dengan terpaksa, dia mengeluarkan uang dobel hari ini karena membeli hadiah untuk dua orang. Gelang yang tadi sebenarnya mau di berikan untuk Melda karena istrinya itu kerap kali merengek tidak di beri hadiah padahal udah hamil. Sampai-sampai Abian bosan mendengarnya dan berinisiatif membelikan gelang. Abian: "Apa sih yang nggak untuk yang tersayang." Kepalang basah mending manji aja seperti kata pepatah. Abian membalas pesan Gina dengan setengah ikhlas karena kerugian dobel hari ini. **** Gina mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan menatap benda halus yang berkilau melilit pergelangan tangannya. Ini bukan kali pertama Abian memberinya hadiah tapi baru kali ini berupa perhiasan. Biasanya pakaian, tas, sepatu ataupun jam tangan. "Aku udah pengen bangat beli gelang mini kayak gini biar tangan aku nggak polos-polos bangat. Ternyata kita sepemikiran," ujar Gina yang berbaring di lengan Abian. Pria itu mengelus kepala Gina sebentar lalu fokus dengan game di ponselnya. "Kita emang sehati, Yang. Jodoh kayaknya," lanjut Gina seraya tersenyum. Cuitannya tidak di balas oleh Abian dan Gina sudah maklum soal itu karena ketika Abian sudah memainkan game di ponselnya, apapun yang terjadi di sekitarnya tidak akan dipedulikan lagi. Gina membiarkan kekasihnya itu asyik sendiri sementara dia juga asyik memandangi hadiah barunya dan sesekali mencium pipi Abian sebagai ucapan terima kasih. Bosan menunggu pria itu bermain game yang tidak Gina mengerti sedikitpun, wanita itu bangkit dari baringannya dan berjalan ke arah dapur mini di sudut kamarnya. Dia mulai meracik masakan sederhana untuk makan malam mereka berdua. Tak butuh waktu lama, sepiring mie goreng sudah matang dan telur dadar yang bisa menggugah selera walau sangat sederhana. Gina dengan telaten menyuapi Abian yang tetap asyik main game lalu menyuap dirinya sendiri. "Hufff, akhirnya aku bisa menang lagi setelah tujuh kosong melawan si kampret ini," ujar Abian seraya melemparkan punggungnya kembali ke atas kasur dan menjatuhkan ponsel dari tangannya. Permainan sudah selesai. "Aku terus di olok-oloknya kalau kami sedang makan siang di kantor. Sekarang aku udah menang telak," lanjutnya tapi Gina benar-benar tidak bisa respon karena tidak mengerti sedikit pun tentang permainan itu. Abian melihat jam di pergelangan tangannya dan dia mendesah pelan karena harus segera pulang. Satu jam dari sekarang, dia harus melakukan panggilan video call pada istrinya bahwasanya dia sudah ada di rumah dan sudah bersih. Jika dia masih di jalanan, siap-siap saja telinganya akan memerah dan pengeng besok atau nanti subuh ketika mereka sudah bertemu. "Be-- Yang, aku balik yah," ujar Abian langsung meralat panggilan. Gina memejamkan mata dan hendak menanyakan apa yang mengganjal dalam hatinya sejak beberapa hari yang lalu tapi dia urungkan kembali karena takut memicu pertengkaran di hubungan mereka yang sedang baik-baik saja. "Nginap sesekali kenapa?" jawabnya setengah merajuk. Pertemuan yang udah makin jarang dan juga sangat singkat ini sungguh menyiksa Gina yang ingin bermanja-manja di pelukan Abian. "Aku kangen di peluk sepanjang malam sama kamu," lanjutnya seraya mengangkat wajah dan memandang Abian yang juga sedang memandangnya. Ada perasaan kasihan di dalam diri Abian pada kekasihnya ini tapi jika dia menginap disini, akan menjadi perang dan bisa di pastikan Melda akan mulai menaruh rasa curiga dan bisa mencari tahu kemana Abian pergi sepanjang malam. Abian mendekat, satu tangannya terulur dan mengusap wajah kekasihnya itu. "Nanti, kapan-kapan aku akan menginap. Sekarang nggak bisa karena selain kerjaanku banyak, Melda juga nggak bisa di tinggal sendirian di rumah karena dia takut katanya. Selain itu, mulutnya juga bocor, ntar dia lapor ibuku aku nggak pulang kan bahaya. Bisa sidang tujuh hari tujuh malam." Gina mengangguk patuh di dalam telapak tangan tangan Abian yang masih menempel di wajahnya. "Berdirilah!" titah Abian dan di turuti oleh Gina. Sejenak kedua orang itu saling berciuman dalam untuk perpisahan malam ini. "I love you, Sayang." "Hmm, i know!" ****** Abian mendesah lega begitu kakinya menapak ruang tamu rumahnya. Masih ada waktu sekitar lima menit dan dia segera mandi lalu berganti pakaian. Mengatur segalanya tampak natural dan dia menghela sekali lagi agar terlihat santai. Tak lama, terdengar bunyi ponselnya dan Abian buru-buru memakai kaca matanya. "Hmmm!" "Ohh, udah di rumah. Aku kira melalak di luar." Abian menatap sebentar sambil menggulirkan bola matanya lalu pura-pura sibuk dengan laptopnya. Sebenarnya dia sudah bosan dengan rutinitas ini karena merasa dia sangat tidak di percaya oleh Melda. Melapor tiap malam jika Melda masuk shift dua dan harus sudah di rumah. Ooo Came on gaes, di luar sana Abian ini masih status lajang loh. "Ya sudah, aku mau kerja lagi. Bye-bye, Beb." Abian langsung melemparkan kaca mata lalu punggungnya ke sandaran kursi seraya menghela nafas kasar. Hanya untuk percakapan tiga puluh detik, dia harus meninggalkan Gina tadi dalam posisi pasrah untuk di cumbu. "Sialan!" makinya pelan seraya mengepalkan tinju dan meninju udara. Abian merasa sangat terkekang sekarang sejak dia menikah apalagi istrinya adalah pilihan orang tua jadi dia tidak bisa mengatur apapun di rumah ini. Bahkan, untuk hang out dengan teman-teman di malam minggu saja dia sudah tidak pernah lagi karena harus standby di rumah apalagi dua bulan terakhir ini ketika Melda positif hamil. ***** Akhir pekan yang sangat membosankan bagi Abian karena dia akan mendekam di rumah seharian bersama Melda yang juga off kerja di hari Sabtu. Abian sibuk dengan game di ponsel untuk membunuh rasa bosan yang sudah mulai menebal tapi tiba-tiba ujung matanya menangkap siluet Melda yang sedang berjalan ke arahnya sambil mengusap-usap perutnya yang masih sangat rata. "Beb, kita keluar yuk. Utun bosan di rumah," ucapnya manja sekali. "Kemana?" "Mall!" ucapnya riang. Lalu Melda menyebutkan satu persatu barang yang dia inginkan seolah-olah mereka memiliki pohon uang yang siap di petik di halaman rumah. "Ck! Jangan aneh-aneh deh, beli yang perlu bukan yang di maui," ucap Abian malas lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar untuk berganti pakaian. Tak lama, dia keluar dengan penampilan kasual yang menonjolkan ketampanannya hingga membuat Melda yang barusan kagum langsung cemberut. "Ganti!" titahnya. Abian mengerutkan kening tanda tak mengerti tapi dia mengikuti kemauan istrinya dan melangkah pelan setelah dia di dorong ke kamar oleh istrinya itu. Melda memilihkan pakaian dan mengubah tampilan Abian seraya berkata, "Mulai sekarang, kamu nggak boleh keluar dengan penampilan kayak yang tadi. Ntar orang-orang kira kamu masih available to take." Melda juga mendengus setelah dia membaui tubuh Abian. "Kali ini aku biarkan, lain kali nggak perlu pake parfum." Pundak Abian langsung terjatuh begitu dia menyadari bahwasanya penampilannya pun akan di atur oleh istri yang tidak dia inginkan tapi apapun itu harus dia ikuti demi keamanan dunia rumah tangga mereka. Keduanya pergi ke mall dengan mengendarai mobil Abian. Tak segan-segan, sepanjang mereka berjalan di mall, tangan Abian di gandeng terus oleh Melda yang katanya takut kecapean dan membahayakan perutnya. Keluar masuk toko-toko walau tidak jadi membeli membuat Abian merasa malu di sangka tidak mampu bayar untuk satu barang pun. Tapi Melda menggeleng ketika Abian menanyakan apakah mau di beli atau tidak. "Aku hanya pengen lihat-lihat saja, tidak mau beli. Untuk apa?" Lagi-lagi, bola mata Abian bergulir malas. Bukankah tadi dia yang menyebutkan banyak barang yang dia maui? Kenapa ketika Abian hendak beli dia malah bilang untuk apa? Apa semua perempuan seperti Melda ini? "Makan dulu yuk!" ajak Melda seraya menatap satu persatu counter makanan yang berjejer di sisi kirinya. Huffff, Abian mendesah pelan begitu bokongnya menyentuh kursi. Sejak dua jam lalu, mereka sudah berkeliling mall dan tidak menghasilkan apapun selain rasa malu apalagi ketika Melda masuk ruang ganti dan mencoba satu per satu pakaian tapi tidak jadi beli. Pun dengan sepatu, mencocokkan dan melihat tampilan kakinya di cermin yang di sediakan toko tapi tidak jadi beli. "Senang bangat deh bisa keluar di akhir pekan kayak gini bareng suami. Nggak kayak sebelum-sebelumnya, membosankan!" ujar Melda lalu menyeruput es teh yang sudah di sajikan oleh pelayanan. Lalu kedua tangannya mengusap perut ratanya seraya bertanya, " Adek senang nggak jalan-jalan sama mama dan papa?" Lalu wanita itu tersenyum sendiri dan menatap Abian, "Adek katanya senang, jadi tiap weekend kita harus keluar jalan-jalan seperti ini." Abian memejamkan mata hendak menolak namun suara merdu dari seseorang menghentikannya. "Bian?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD